JAKARTA, BANPOS – Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) yang juga anggota Komisi VIII DPR menerima Panitia Konferensi International Jakarta Islamic Center (KIJIC) di Ruang Kerja, Gedung Nusantara III, Komplek Senayan, Jakarta, Selasa (15/11).
Kehadiran delegasi yang dipimpin oleh H. Herlan Intapura itu untuk mengundang HNW dalam konferensi sebagai keynote speech.
Dikatakan, meski Masjid Jakarta Islamic Centre sedang mengalami musibah, kubah yang ada terbakar, namun mereka tetap menyelenggarakan acara internasional yang sudah diprogramkan.
KIJIC akan digelar pada 22 hingga 23 November. Dalam acara tersebut panitia mengundang sejumlah Islamic Center yang ada di Indonesia. Selain Islamic center juga masjid raya, ormas-ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, MUI, juga diundang. Bahkan peserta dari Sudan, Turki, India, Jepang, dan Malaysia, menyatakan siap hadir.
Kegiatan konferensi akan digelar di banyak tempat, selain di Masjid Raya Islamic Centre, juga di Masjid Istiqlal dan konferensinya di Hotel Mercure Ancol. Sebagai masjid besar dan Islamic Centre, Jakarta Islamic Centre tak hanya ingin menjadi pusat peribadata tapi juga markas peradaban dan pusat kajian Islam.
Kehadiran panitia KIJIC disambut hangat oleh HNW. Dirinya mengungkapkan rasa keprihatinan atas musibah yang terjadi pada Masjid Jakarta Islamic Centre. Dan berharap agar musibah itu jadi bahan instrospeksi.
Dia juga mendukung agar Pemprov DKI segera melakukan renovasi dengan menyediakan anggaran sebagaimana Premprov DKI bisa segera menyiapkan anggaran untuk program yang lainnya.
Selama ini, alumni Pondok Pesantren Gontor itu kerap berkunjung ke sana untuk mengisi berbagai kegiatan termasuk khutbah Idul Adha 1444H. Dalam kesempatan itu, HNW juga mengapresiasi rencana penyelenggaraan KIJIC.
“Mengapresiasi penyelenggaraan KIJIC yang baru kali pertama ini digelar. Semoga jadi sunnah hasanah, tradisi baik yang terus bisa dikembangkan, menjadi manfaat bagi Islamic Center dan kegiatannya, juga umat manusia sebagai mitranya,” tuturnya.
Dikatakan, setiap masjid itu sebenarnya juga merupakan “Islamic Center”. Karena sejak awal Nabi Muhammad SAW membangun Masjid, mama masjid merupakan pusat segala aktivitas dakwah, sosial, dan peradaban.
Sejak awal Masjid menjadi pusat kegiata Ummat, menjadi Islamic Center, tidak hanya mengurus masalah ibadah namun kegiatan ekonomi, pendidikan, sosial, dan segala hal yang menyangkut kehidupan ummat Islam dan kemanusiaan juga diatur bermula dari masjid. Masjid menjadi center (pusat) kegiatsn Umat dan Bangsa.
Islamic centre sendiri disebut fenomena baru yang ada di Barat. Di kota-kota besar Eropa dan Amerika dan di negara-negara di mana umat Islam minoritas, disana Umar biasa mendirikan lembaga yang diberi label “Islamic Centre”.
“Sebab terminologinya baru, mempunyai daya tarik dan bobot. Selanjutnya istilah Islamic Centre sangat populer hingga juga dipakai di mana-mana termasuk di negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam, seperti di Indonesia,” tuturnya.
Pada hari yang sama, sebelum menerima panitia KIJIC, HNW menerima tamu dari Universitas Al Washliyah, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Kehadiran delegasi yang dipimpin oleh Razvi itu untuk mengundang HNW hadir sebagai keynote speech dalam acara wisuda mahasiswa Universitas Al Washliyah. Wisuda akan digelar pada 13 Desember 2022. Dalam dua pertemuan tersebut dibahas juga berbagai permasalah keummatan dan bangsa.
HNW mengingatkan, pentingnya kolaborasi serta peran peradaban berkeunggulan dari Islamic Center dan Universitas Islam untuk koreksi Islamophobia, sekaligus sebagai bukti Islam yang memang rahmatan lil alamin dan kontribusi berkelanjutan untuk kemajuan dan kesejahteraan umat dan bangsa.(RM.ID)
Tinggalkan Balasan