MALAYSIA, BANPOS – Dua daerah pemilihan (dapil) di Malaysia, menunda pelaksanaan pemilu. Alasan penundaan karena bajir hingga ada kandidat yang meninggal.
Secara nasional Pemilu ke-15 berlangsung pukul 8 pagi, dan ditutup pukul 6 petang waktu setempat.
Pemungutan suara dihentikan di daerah pedesaan Baram, Sarawak, karena cuaca buruk dan banjir. Selain itu, pemungutan suara di daerah pemilihan Padang Serai, Kedah, ditunda hingga 7 Desember 2022 menyusul kematian kandidat yang juga petahana dari koalisi oposisi Pakatan Harapan, Karupaiya Mutusami. Ia meninggal Rabu (16/11).
Hari ini, sebanyak 945 calon berkompetisi untuk merebut 222 kursi parlemen (Majelis Rakyat). Namun, karena penundaan di dua dapil, hanya 220 kursi parlemen yang diselesaikan, Sabtu (19/11).
Partai politik atau koalisi partai politik yang memenangkan setidaknya 112 kursi berhak membentuk kabinet, dan menunjuk perdana menteri.
Tapi karena ada penundaan di dua daerah pemilihan, maka hari ini koalisi minimal harus mendapat 110 kursi.
Malaysia tengah menunggu hasil Pemilu ke-15, Sabtu, 19 November 2022. Komisi Pemilu yang disebut dengan Suruhanjaya Pilihan Raya Malaysia (SPRM) menyebut, hasil sementara menunjukkan 70% warga atau 14 juta dari 21 juta pemilih (termasuk 6,23 juta pemilih baru) menggunakan hak suara mereka dalam pemilihan anggota parlemen.
Jumlah tersebut merupakan rekor sepanjang sejarah pemilu di negeri jiran itu. Angka tersebut 2,5 juta lebih banyak dibanding jumlah pemilih sebelumnya pada 2018.
Peningkatan jumlah pemilih dikarenakan adanya sistem pendaftaran otomatis bagi warga yang memenuhi syarat. Selain itu, karena usia memilih diturunkan dari 21 menjadi 18 tahun untuk pertama kalinya. Ada 1,4 juta pemilih golongan usia 18-20, yang dikenal dengan sebutan Undi18.
Pengamat politik dari Universitas Teknologi Mara, Mujibu Abdul Muis, mengatakan pemilu kali ini amat tenang tapi sambutannya hangat.
“Persentase pemilih sejauh ini dilihat meningkat berbanding pemilu lalu. Tetapi saingan blok Pakatan sekarang dua yang dominan, mungkin menjadikan tidak ada partai yang akan sampai ke angka 112,” jelasnya kepada BBC News Indonesia.
Sebelum pencoblosan dimulai, sejumlah lembaga telah mengeluarkan proyeksi hasil pemilihan berdasarkan survei sebelum pencoblosan. Sebagian menempatkan koalisi Pakatan Harapan pimpinan sosok oposisi Anwar Ibrahim unggul dalam perolehan suara.
Selain itu, ada lagi yang memproyeksikan koalisi yang akan unggul adalah Barisan Nasional di bawah partai UMNO (Organisasi Nasional Melayu Bersatu).
Ada pula yang memproyeksikan Perikatan Nasional, dengan partai utama Bersatu dan PAS, bisa unggul dalam perolehan suara. Walaupun proyeksi mereka berbeda-beda, ada satu kesamaan dari hasil survei berbagai lembaga itu. Tak satu pun koalisi diperkirakan akan bisa mengumpulkan cukup suara untuk membentuk pemerintahan sendiri, tanpa harus menggandeng koalisi lain.
Pemilu dipercepat sembilan bulan dari tenggat waktu seharusnya. Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob memutuskan membubarkan parlemen dan menggelar pemilu setelah mendapat tekanan dari faksi-faksi di partainya, UMNO.(RM.ID)
Tinggalkan Balasan