JAKARTA, BANPOS – Menteri Koperasi dan UKM (Menkop UKM) Teten Masduki berjanji, Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) bakal menyiapkan dan mengarahkan bisnis santripreneur dan para calon saudagar di sektor-sektor usaha yang menjadi keunggulan domestik Indonesia.
Menurutnya, saat ini hampir semua negara di dunia kini tengah mencari keunggulan domestiknya masing-masing, tak terkecuali Indonesia.
Ia juga mencontohkan Norwegia yang dulu pendapatan terbesarnya dari migas, tapi sekarang, dengan riset yang kuat, pendapatan terbesarnya dari budidaya ikan salmon. Begitu juga dengan Selandia Baru yang bisa membesar pendapatannya hanya dengan tiga produk unggulan domestik yakni, daging, susu, dan buah-buahan.
“Kita punya laut yang begitu besar yang di dalamnya terkandung ikan tuna, lobster, dan sebagainya. Tapi, investasi di sektor kelautan ini baru 2 persen yang besar,” ucapnya dalam sambutan di acara Santripreneur Award 2022, Jakarta, Senin (21/11) malam.
Contoh lain, Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia. Tapi, yang bisa diekspor baru sebatas minyak goreng. “Lihat Unilever yang terbanyak membeli CPO kita, mampu memproduksi banyak sekali jenis produk, dari mulai makanan, kosmetik, hingga farmasi,” ungkap Teten.
Teten mengatakan, Pemerintah ingin mengubah hal itu dengan memulai industrialisasi dan sekarang dengan hilirisasi yang tidak lagi menjual bahan baku.
“Industrialisasi sedang kita koreksi dengan melakukan industrialisasi berbasis keunggulan domestik dengan bahan baku lokal. Bukan lagi manufaktur berbahan baku impor,” ujar Teten.
Selain memiliki banyak potensi sumber daya alam yang menurutnya, Indonesia juga memiliki banyak kekayaan produk-produk berbasis kreatif.
“Maka, untuk menciptakan pengusaha tangguh, pendekatannya harus melalui inkubasi. Ibarat telur, dierami, ditetaskan, kemudian dibesarkan. Jadi, kita perlu menyiapkan inkubator-inkubator,” tuturnya.
Ke depan, Indonesia membutuhkan banyak industrialis dan entrepreneur yang memiliki model bisnis yang inovatif. Salah satu caranya, Pemerintah terus mengembangkan ekosistem kewirausahaan. Misalnya, porsi kredit perbankan untuk UMKM akan terus ditingkatkan dari sekarang sebesar 19,8 persen menjadi 30 persen pada 2024.
Selain itu, pendekatan perbankan dalam menyalurkan kredit dengan menerapkan agunan juga harus berubah, menjadi pendekatan credit scoring. Perusahaan Fintech saja bisa kredit sampai Rp 2 miliar tanpa agunan.
Teten terus mendorong para pelaku UMKM go digital, dimana catatan keuangan harus sudah digital memakai aplikasi yang sudah banyak tersedia. Sehingga, kredit UMKM tidak lagi harus pendekatan agunan, melainkan credit scoring dari usahanya.
“Ini solusi yang harus kita lakukan,” ungkapnya. Bukan cuma itu, perizinan usaha juga dijanjikan bakal terus dipermudah. Saat ini, untuk menjadi usaha formal, cukup dengan Nomor Induk Berusaha (NIB). Dengan NIB bisa mendapatkan izin edar, sertifikat halal, dan yang lainnya.(RM.ID)
Tinggalkan Balasan