PBMA: Lawan Narasi Khilafah dengan Islam Rahmatan Lil Alamin

INDONESIA, BANPOS – Narasi-narasi khilafah yang terus dikumandangkan kelompok tertentu harus dilawan. Caranya, dengan menjalankan konsep Islam rahmatan lil alamin, yang mengayomi seluruh umat manusia, bukan hanya umat Islam.

Sekjen Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) Jihaduddin mengatakan, narasi khilafah sebagai solusi segala permasalahan bangsa, jelas salah. Pemikiran itu datang dari sempitnya pola pikir dan pengetahuan kelompok yang menggelorakan konsep ini. Hal ini kian memprihatinkan ketika kelompok tersebut mulai menjual ketakutan resesi ekonomi.

“Kenapa yang diangkat hanya soal itu itu saja? Karena mereka hanya melihat dari sisi, bagaimana sebuah pemerintahan itu semestinya memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Dia menganggap yang bisa mensejahterakan itu saat ini hanya dengan konsep khilafah, padahal tidak seperti itu,” ujar Jihaduddin, seperti keterangan yang diterima redaksi, Minggu (27/11).

Menurutnya, penerapan sistem kekhilafahan bukan solusi mutlak sebagaimana yang dipromosikan, termasuk dalam hal ekonomi. Dalam hal ini, cara terbaik dalam mengatasi problem kebangsaan hanya dengan memperkuat konsep Islam rahmatan lil alamin.

“Dengan konsep Islam yang rahmatan lil alamin, yang saling mendukung. Kalau semuanya saling memahami dan menolong, tentunya nggak mungkin akan terjadi juga (dampak resesi),” tutur Jihad.

Jihad menjelaskan, prinsipnya ketika semua umat menyadari betul bahwa fungsi agama adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah. Juga meyakini dengan baik ajaran agama dan keyakinan masing-masing. Dalam Islam, pemahaman konsep Islam rahmatan lil alamin itulah yang perlu dipelajari dan diperdalam.

“Saya melihat, dari hampir 150 pemuka agama dunia di acara Religion Forum (Forum Agama) atau R20 di rangkaian G20 di Bali kemarin, mereka meyakini bahwa fungsi agama adalah untuk menyelesaikan masalah apa pun. Bukan untuk menjadikan konflik. Saya kira semuanya akan baik-baik saja,” ujar Wakil Rektor Universitas Mathla’ul Anwar, Banten, ini.
Ia menegaskan, khilafah bukan solusi untuk problem kebangsaan. Namun, pemerintahan bersih dan masyarakat yang menyadari dengan baik sejarah pembentukan bangsa ini merupakan kunci dalam menghadapi berbagai permasalahan.

“Saya sepakat bahwa bukan persoalannya khilafahnya, tapi pemerintah mana pun kalau dia sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, kesepakatan bangsa yang berlaku, saya kira semuanya akan baik dan bisa diatasi,” ujar Jihad.

Dalam pengamatannya, ia menilai masyarakat Indonesia sudah tidak begitu tertarik dengan dengungan konsep khilafah. Masyarakat juga telah bosan dan enggan menanggapi narasi-narasi liar khilafah yang terus-menerus bergulir di setiap kesempatan. “Menurut saya, sekarang masyarakat sudah tidak minat dengan narasi seperti itu. Masyarakat sudah terbiasa,” imbuhnya.

Ia menegaskan, agama itu bukan teori tapi harus diaplikasikan. “Saya selalu sampaikan dan mendorong bagaimana pendekatan dan pemahaman agama itu lebih kepada praktik, bukan teori. Dan juga tentang kesalehan sosial, bukan hanya tentang kesalehan pribadi. Karena kebahagiaan itu menurut Allah SWT tidak sendiri, namun bersama-bersama,” tandas Jihad.(RM.ID)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *