JAKARTA, BANPOS – Industri keuangan di Tanah Air menatap 2023 dengan penuh percaya diri (pede). Mereka yakin kinerja tahun ini tetap kinclong meski perekonomian global sedang diselimuti ketidakpastian.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Lembaga Jasa Keuangan (LJK), termasuk Him¬punan Bank Bank Milik Negara (Himbara) mewaspadai ketidak-pastian kondisi di tahun 2023.
Hal tersebut disampaikan Jokowi saat bertemu dengan pelaku industri perbankan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Istana Merdeka, Senin (16/1).
Turut mendampingi Presi¬den dalam pertemuan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Har¬tarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Dalam pertemuan, Presiden Jokowi memberikan arahan agar momentum penguatan pertum¬buhan ekonomi di tahun 2022, terus dijaga.
Ketua Himbara Sunarso mengatakan, pihaknya berkomit¬men mendukung seluruh lang¬kah Pemerintah. Khususnya, mengenai hilirisasi industri yang berbasis ekstraksi Sumber Daya Alam (SDA).
“Industri perbankan komit un¬tuk mendukung proses hilirisasi, agar seluruh rangkaian nilai tam¬bahnya dinikmati oleh masyarakat Indonesia,” ujar Sunarso dalam keterangan resmi, Selasa (17/1).
Terkait hilirisasi industri ini, sambung bos BRI ini, Jokowi telah menekankan bahwa Pe¬merintah akan terus melakukan hilirisasi industri yang diyakini bakal menjadi lompatan besar peradaban negara.
Di kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menambah¬kan, pihaknya menemui Presi¬den Jokowi untuk menyampai¬kan persiapan dalam rangka pertemuan tahunan industri jasa keuangan, yang akan dilaksana¬kan pada awal Februari 2023.
Strategi Himbara
Meskipun laporan keuangan belum diterbitkan, Himbara op¬timistis kinerja bank-bank milik negara tahun 2022 melampauinya capaian tahun sebelumnya. Bank pelat merah berkinerja sangat baik dan solid.
“Terbukti bahwa kualitas aset yang kami kelola jauh membaik dan itu semua tidak lepas dari kebijakan OJK,” jelas Sunarso.
Secara khusus, kata Sunarso, Himbara dan BRI memiliki strategi untuk menjaga pertum¬buhan yang sehat dan berkelanjutan. Di mana perseroan tumbuh secara selektif, dengan melaku¬kan pencadangan yang memadai. Terutama dalam mengantisipasi jika terjadi pemburukan-pembu¬rukan akibat kondisi ekonomi, yang diproyeksikan masih meng¬hadapi ketidakpastian.
“Kami siap untuk tumbuh dan menghadapi berbagai tantangan dengan pencadangan. Kami sudah buktikan di tahun 2022 perbankan Tanah Air sangat solid,” pungkas Sunarso.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah melihat, kondisi perbankan saat ini masih sangat sehat dan stabil. Ini ditunjukkan oleh indikator permodalan, likuiditas, keun¬tungan, serta kualitas aset (Non Performing Loan/NPL).
“Kondisi tersebut didukung oleh perekonomian yang masih terus menunjukkan pemulihan. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2023 diprediksi akan tumbuh lebih tinggi lagi,” kata Piter kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Meskipun tahun ini dibayangi prediksi global yang suram, Indonesia diyakini akan ber¬tahan melanjutkan pemulihan ekonomi. Seiring dengan itu perbankan diperkirakan akan tetap stabil dan sehat.
Namun, Piter mengingatkan, risiko pasti ada. Potensi tekanan perbankan tahun ini, terutama era suku bunga yang kian tinggi, berpotensi meningkatkan kredit macet. Perbankan pun sudah membentuk cadangan yang cukup untuk mengantisipasi risiko itu.
“Dan proses pemulihan ekonomi akan membantu secara bertahap mengurangi risiko tersebut,” ucap Piter.
Ia berharap, industri perbankan melakukan identifikasi se¬jak dini dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Begitu juga risiko dengan kredit macet.(RMID)
Tinggalkan Balasan