PANDEGLANG, BANPOS – Dalam upaya melakukan pemulihan lingkungan hidup terutama terhadap ekosistem mangrove, Yayasan Alabama Indonesia Lestari (YAIL) memberikan pelatihan membuat gula dari tanaman nipah atau Daon kepada ibu-ibu yang ada di Kampung Jengkol, Desa Cibungur, Kecamatan Sukaresmi, Kabupaten Pandeglang.
Community Empowerment Officer (CEO) YAIL, Nanda Bahari mengatakan, apa yang dilakukannya saat ini merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang menjadi salah satu pendukung projek Mangrove Ecosystem Rhinoceros Conservasion In Indonesia (MERCI) yaitu sebuah proyek pemulihan lingkungan hidup terutama ekosistem mangrove.
“Melalui proyek MERCI, YAIL mendampingi kelompok perempuan pesisir dalam pemanfaatan potensi sumberdaya alam lokal berbasis mangrove dan pesisir untuk menjadi produk atau komoditas yang bisa meningkatkan nilai kesejahteraan masyarakat,” kata Nanda kepada wartawan, Minggu (22/1).
Dijelaskannya, program pemberdayaan yang akan dijalankan tersebut, tidak hanya ada di Kampung Jengkol saja. Namun, akan ada di kampung-kampung atau desa-desa lain yang akan didampingi dengan dukungan dari Organisasi Nirlaba asal Perancis yakni Planète Urgence. Pendampingannya akan dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki oleh desa dan masyarakat.
Selain dilatih untuk mengolah gula nipah, pihak pendamping juga telah menyiapkan pasar untuk menampung hasil produksi gula yang menjadi salah satu bahan pembuatan kecap.
“Dengan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk pengolahan gula nipah atau daon ini, kami berharap menjadi solusi untuk penambahan pendapatan ekonomi secara berkepanjangan,” jelasnya.
Salah satu warga Kampung Cijengkol, Runi (50) mengatakan, tanaman nipah banyak tumbuh subur dihalaman belakang rumahnya. Tanaman nipah yang habitatnya didaerah rawa atau muara yang berair payau atau daerah yang terkena pasang surut air laut ini, sudah sangat dikenalnya. Karena masyarakat sudah sering memanfaatkan daun nipah atau daon untuk membuat atap rumah. Namun, ia tidak menyangka bahwa ada manfaat lain dari tanaman nipah.
“Daon atau nipah di Cijengkol. Tapi baru tahu, kalau daon ini bisa dibuat gula,” katanya.
Menurutnya, dengan Langkah yang telah dilakukan YAIL, pihaknya mengapresiasi karena telah mengajak emak-emak di kampungnya untuk mengenal sumber daya alam yang mempunyai potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mendapatkan tambahan penghasilan untuk keluarganya.
“Dengan pelatihan itu, kami jadi tahu dengan potensi diri, potensi lingkungan sekitar yang bisa dikelola atau dimanfaatkan dan bernilai ekonomi, tanpa harus merusak sumber daya alam yang ada,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Runi, dirinya dipercaya untuk memimpin kelompok Mandiri Perempuan Jengkol dengan melakukan eksperimen atau mulai mempraktekan teori atau materi yang didapatkan dari pelatihan tentang tata cara melakukan penyadapan dan tata cara membuat gula nipah.
“Setelah pelatihan, kami (Perempuan Kampung Jengkol,red), sepakat membuat kelompok untuk mulai mempraktekan materi serta pengetahuan tentang cara menyadap dan membuat gula nipah,” ungkapnya.
Sementara itu, Program Manager Planete Urgance, Mulyono Sardjono mengatakan, proyek MERCI merupakan rangkaian kegiatan konservasi lingkungan dengan tiga pilar kegiatan yakni peningkatan kesadaran lingkungan, reforestasi khususnya di ekosistem mangrove dan peningkatan ekonomi masyarakat (livelihood) berbasis potensi lokal.
“Dalam konteks wilayah pesisir barat Kabupaten Pandeglang, tanaman nipah yang merupakan salah satu spesies mangrove merupakan sumber daya potensial untuk dijadikan sumber ekonomi masyarakat. Budidaya pembuatan gula nipah merupakan hal yang baru bagi masyarakat Kampung Jengkol, dan tentunya banyak tantangan yang dihadapi. Tantangan berupa proses produksi untuk menghasilkan produk yang berkualitas, melakukan perhitungan kelayakan bisnis, pemasaran produk dan pengembangan jaringan,” katanya.
Dijelaskannya, pendampingan dari Yayasan Alabama dengan dukungan dari Planète Urgence ini masih dalam tahap awal dan memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
“Pihak Desa melalui BUMDES bisa menjadi jembatan dalam pengembangan usaha, sedangkan OPD terkait seperti Dinas Koperasi dan UMKM bisa mendampingi secara teknis sekaligus pengembangan jaringan ketika kelompok usaha ini berkembang,” ungkapnya.(dhe/pbn)
Tinggalkan Balasan