Perajin Gerabah Bumi Jaya Butuh Perhatian

SERANG, BANPOS – Perajin Gerabah di sentra Desa Bumi Jaya, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang  butuh perhatian khusus dari pemerintah. Berdasarkan penelusuran BANPOS, para perajin mengeluhkan tentang kuantitas penjualan yang kian hari makin sepi. 

Salah seorang pengrajin gerabah yang tinggal di Kampung Kosambi 003/002 Desa Bumi Jaya, Masduki mengatakan bahwa permintaan gerabah di tempatnya semakin menipis.

“Dulu waktu 2010 masih ramai orang orang bule datang kesini, kalau sekarang sudah tidak ada lagi,” ucapnya kepada BANPOS.

Pria yang sudah menjadi perajin sejak tahun 1972 hingga saat ini mengaku banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas penjualan. Ia mengatakan bahwa banyak warga asli kampung tersebut yang di pekerjakan di pulau bali, sehingga masyarakat sudah sulit sekali untuk memasarkan produknya.

“Penyebabnya karena banyak warga disini yang kerja di bali, jadi itu yang mempengaruhi kuantitas penjualan gerabah disini,” ujarnya.

Menurutnya, saat ini penjualan gerabah hanya dilingkungan pasar nasional dan itupun sedikit peminatnya.

“Jika saya bandingkan dengan beberapa tahun lalu, pastinya sangat berbeda sekali, semenjak orang bali juga memproduksi barang yang sama dengan kita, jadi kondisinya sekarang disini sulit, kalah saing,”. ucapnya.

Pria yang sudah lanjut usia itupun mengatakan jika regenerasi yang dilakukan oleh para perajin gerabah disini pun kurang menjanjikan, pasalnya banyak anak anak dari para perajin yang lebih memilih pekerjaan di kota-kota besar.

“Para perajin disini untuk menurunkan seni membuat gerabah kepada anak cucunya sudah sulit, karena mereka lebih memilih untuk bekerja di pabrik, di kantor ataupun tempat tempat yang dirasa cukup perfeksionis untuk bekerja,” ujarnya.

Masduki mengatakan jika saat ini ia masih sering membuat gerabah dengan banyak jenis, namun ia lebih sering membuat gerabah yang laku dipasaran.

“Gerabah yang saya buat banyak motifnya seperti Guci, Kendi, ataupun kowi dan lain sebagainya. tapi kalau yang sering saya buat melihat kondisi pasar juga,” ujarnya.

“Untuk saat ini yang masih laku dipasaran adalah gerabah bentuk Kowi atau pelebur emas, karena memang kualitas yang kita buat disini sangat bagus,” tambahnya.

Menurutnya, kualitas tanah yang berada di desanya itu memiliki kekuatan yang lebih kuat dibandingkan beberapa jenis tanah yang berasal dari kota lain. Maka dari itu, banyak para wisatawan asing maupun lokal yang lebih menyukai hasil gerabah yang dibuat di Desa Bumi Jaya.

“Kualitas tanahnya gausa diragukan lagi, kita mampu bersaing dengan daerah tetangga, tapi kalau untuk perajinnya, mungkin kita masih dibawah mereka,” ujarnya

Ia menambahkan bahwa para wisatawan yang dulunya sering datang ke desanya sekarang lebih memilih bali, karena memang disana lebih didukung oleh pemerintah setempat mulai dari pengambilan tanah, pengolahan dan tenaga kerjanya.

Menurutnya sangat berbeda halnya dengan kondisi di Bumi Jaya, ia mengatakan jika pemerintah terkait seakan tutup mata terkait pengiriman tanah maupun tenaga kerja keluar kota. 

“Karena pemerintahnya juga turun tangan bantu mewadahi para perajin disana, tentu menjadi salah satu faktor kenapa wisatawan asing lebih memilih bali,” ujarnya.

padahal, jika dari beberapa tahun lalu pemerintah turut serta membantu dalam hal pengelolaan maupun pemasaran gerabah di desanya, ia rasa kondisinya akan jauh berbeda dengan tahun ini.

“Kalau pemerintah bantu iya memang membantu, tapi kan hanya sekedar, coba diseriusin, pasti banyak masyarakat yang hidupnya sekarang jauh lebi sejahtera,” pungkasnya.

Masduki berharap, agar para pihak terkait, mulai dari pemerintah desa hingga pemerintah provinsi untuk turun memperhatikan kondisi para perajin, pasalnya jika tidak di mulai dari sekarang, maka kedepannya para perajin semakin hari akan terus berkurang.

“Dulu total perajin yang ada disini kurang lebih 250 orang, kalau sekarang cuma 150 orang, itupun yang sudah berumur,” ucapnya.

“Semoga pemerintah bisa bantu untuk mempertahankan produktivitas pembuatan gerabah disini, agar anak cucu kita bisa merasakan salah satu peninggalan nenek moyang,” tambahnya.

Selain itu, salah seorang perajin gerabah dikampung yang sama, Ujang mengatakan jika penjualan gerabah ditempatnya juga menurun drastis, lantaran banyak daerah yang mengambil bahan bakunya dari Desa Bumi Jaya.

“Penjualannya sangat merosot, dulu bisa sebulan sekali, kalau sekarang cuma satu tahun sekali, itupun tergantung permintaan juga,” ucapnya.

Pria yang sudah hampir 12 tahun menjadi perajin itu mengaku jika pihaknya dan bersama warga yang lain untuk bersatu mencegah pengambilan tanah liat yang akan di kirim oleh pihak yang tidak bertanggung jawab ke luar kota.

“Syukurnya kami disini semua bisa bersatu untuk melakukan pencegahan ketika ada mobil ataupun kendaraan yang mencurigakan masuk wilayah sini (Bumi Jaya),” ujarnya.

Selain itu juga ujang mengatakan bahwa pemerintah sempat memberi bantuan beberapa tahun lalu untuk biaya kerusakan alat pembuat gerabah miliknya.

“Bantuan kayanya sudah pernah merasakan, tapi lupa tahun berapa, itu pun cukup untuk mereparasi alat saja,” ucapnya.

Ujang mengatakan jika pemerintah ingin membantu para perajin disini, lebih baik langsung diberikan kepada yang berhak menerimanya, agar tidak terjadi hal hal yang merugikan.

“Titip pesan untuk pemerintah, ketika memberi bantuan lebih baik langsung datang ke rumah rumah para perajin aja, karena banyak pihak yang nakal, dari atasnya berapa sampe bawah berapa,” pungkasnya.

Berdasarkan informasi, bukan hanya Masduki dan Ujang saja perajin yang membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah terkait, karena masih banyak warga yang mengatakan jika selain kualitas gerabahnya yang ditingkatkan, jalan dan tempat penyimpanan gerabah pun harus dipikirkan.

Salah seorang perajin asal desa bumi jaya, suhaemi juga mengatakan jika ia sangat berharap kondisi saat ini di desa Bumi Jaya bisa setara dengan kondisi dibeberapa kota di Indonesia, seperti Jogja, bali, dan yang lainnya. Agar para wisatawan bisa datang ke tempatnya dengan rasa nyaman dan aman.

“Fasilitas penunjang juga harus dipenuhi, seperti akses jalan menuju ke desa ini, lampu penerangan, dan penataan gerabah disetiap rumahnya agar lebih enak dipandang,” ucapnya.

Menurutnya, jika segala aspek sudah terpenuhi, maka siapapun yang datang ke desanya akan merasakan kepuasaan tersendiri, terlebih Kabupaten Serang di dukung dengan berbagai jenis destinasi wisatanya. (MG-01/AZM)

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *