BARU saja kita semua melewati Hari Raya Idul Adha, atau yang biasa disebut lebaran haji atau sebagian dari kita menyebutnya Hari Raya Idul Kurban yang jatuh pada 10 Dzulhijah kemarin. Hari Raya Idul Adha sendiri sejatinya merupakan dirayakan dalam rangka memperingati peristiwa Nabi Ibrahim yang bersedia mengorbankan putranya Ismail sebai wujud kepatuhan terhadap Allah SWT.
Di Banten sendiri, gegap gempitan perayaan Idul Kurban sudah terasa sejak calon jamaah haji di tanah air mulai berangkat ke tanah suci Mekah. Disaat itu pula, sebagian dari pengusaha dadakan hewan kurban sudah mulai menjajakan dan memamerkan barang dagangannya berupa domba, kambing, sapi hingga kerbau.
Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun 2000-an, dimana saya sendiri selaku penulis mengalami hal serupa saat almarhum ayah saya menjadi pedagang hewan kurban dadakan di kala itu. Makin, tahun, makin ramai pedagang serta pembelinya. Tak kurang dari Terlebih lagi, kondisi ekonomi masyarakat sudah mulai setelah beberapa tahun sebelumnya dihajar pandemi.
Saya juga masih ingat pepatah orang tua dahulu yang menyatakan, berapapun jumlah hewan kurban yang dijual. Ketika memasuki hari H, tidak ada kata tidak habis. Tadinya saya seolah tak peduli dengan kata-kata ini, tetapi saat saya mencoba bertanya ke beberapa pedagang. Memang betul, jika hewan kurban yang mereka jual sudah habis terjual. Kalaupun masih ada hewan yang dipajang di lapak. Itu sudah ada pembelinya, tinggal menunggu untuk diantarkan atau diambil sendiri oleh pembeli.
Misalnya untuk warga Ciruas dan sekitaranya, mengenal Haji Satibi sebagai pedagang hewan kurban. Ia meniti karir sebagai penjual hewan ternak di bilangan pasar ciruas dan kalodran. Melalui momen Idul Kurban nasibnya melompat menjadi konglomerat hewan kurban dan segala jenis kebutuhan pertanian. Karena sekali musim, ia mampu menjual hingga ratusan ekor hewan kurban, baik domba, sapi maupun kerbau.
Pedagang lainnya di kawasan Carenang, Kabupaten Serang, M. Hadi misalnya sudah beberapa tahun ini ia belajar membuka lapak hewan kurban di kawasan tersebut. Ia mengaku tidak pernah mengalami hewan kurban yang tidak laku. Karena meski sudah memasuki Idul Adha, masih ada dua hari tasyrik lainnya untuk proses penyembelihan hewan kurban. Ia bersyukur tahun ini ada peningkatan penjualan meski belum banyak.
Saya sendiri optimis akan geliat ekonomi dari berkah Idul Adha semakin tahun akan semakin lebih baik. Terlebih lagi, masih ada perkampungan-perkampungan di Banten yang belum ada aktivitas penyembelihan hewan kurban. Meski demikian, diperlukan dorongan alim ulama atau pihak-pihak terkait untuk mendorong dan membiasakan titik-titik kampung yang belum terbiasa dengan penyembelihan hewan kurban. (*)
Tinggalkan Balasan