Akademisi Sebut Publik Tidak Gembira dengan Pilkada

PANDEGLANG, BANPOS – Masih sepinya suasana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020, yang akan dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang, disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi yaitu Partai Politik (Parpol) merasa gamang dan Parpol menganggap elektabilitas incumbent jauh dari elektabilitas dari para Bakal Calon (Balon) yang lain.

Hal tersebut disampaikan Ketua Lorong Diskusi yang juga Akademisi Unma Banten, Said Ariyan, saat dihubungi BANPOS melalui selulernya, Kamis (23/1).

“Orientasi Parpol itu masih kepada siapa yang manggung hari ini, jadi mereka gamang untuk menentukan pilihan dan cenderung tidak percaya diri. Ketidak percayaan diri itu mengakibatkan euforia Pilkada ini belum terlihat sampai hari ini,” kata Said.

Selain itu, lanjut Said, Parpol juga cenderung oportunis ingin berebut siapa yang akan menjadi pendamping Irna, sehingga hal itu menjadi kurang sehat dalam alam demokrasi.

“Elektabilitas Irna jauh dari elektabilitas dari para Bakal Calon (Balon) yang lain, sehingga Parpol menjadi cenderung oportunis ingin berebut siapa yang akan menjadi wakil Irna. Nah ini yang menjadi kurang sehat, dalam alam demokrasi hari ini bahwa incumbent itu bukan tidak bisa dikalahkan. Sedangkan yang bisa mengalahkan incumbent itu adalah ketepatan strategi yang dibangun Parpol dan koalisi yang kuat, ini yang belum terlihat,” terangnya.

Menurutnya, dengan kondisi seperti ini, publik tidak terlalu gembira karena dinamika demokrasi tidak muncul maka pelaksanaan Pilkada akan kembali lagi seperti Pilkada pada tahun sebelumnya.

“Kita publik tidak terlalu gembira dengan kondisi seperti ini karena dinamika demokrasi tidak muncul dan akan kembali lagi seperti Pilkada pada lima tahun sebelumnya,” ujarnya.

Jika Parpol tidak bergembira saat akan dilaksanakannya Pilkada, ia menilai dampaknya akan kemana-mana diantaranya akan berdampak pada rendahnya partisipasi publik.

“Kalau lima tahun yang lalu partisipasi publik itu diangka 56 persen, kalau begini lagi akan seperti diangka yang lima tahun lalu. Nah ini jadi tanggung jawab Parpol untuk meningkatkan angka partisipasi pemilih. Kalau tawarannya hanya satu pasangan calon, saya yakin rendah keinginan publik untuk datang ke TPS. Tapi kalau ada opsi pilihan lain, itu publik punya opsi pilihan,” katanya.

Dia menjelaskan, seperti yang disebutkan di media massa bahwa masih ada partai yang bisa mengusung pasangan calon seperti PKB, PPP dan Nasdem bisa mencalonkan satu pasangan.

“Saya melihat itu ada kemungkinan benar masih ada partai yang bisa mengusung pasangan calon misalnya koalisi antara PKB dengan PPP ditambah Nasdem itu bisa mencalonkan satu pasangan dan peluang itu besar,” ucapnya.

Agar kompetisi politik sehat dan tidak terlalu pragmatis, ia menyarankan agar Parpol membangun kepercayaan diri untuk mencalonkan satu pasangan dalam Pilkada mendatang.

“Seperti halnya PAN, PKS sudah terlihat bahkan sudah diklair, yang wait and see itu Golkar. Golkar ini tergantung pada sejauh mana Irna menentukan pasangannya. Saya kira harus disisakan untuk orang lain, jangan diborong semua, mari berkompetisi dengan sehat dan Parpol jangan terlalu pragmatis. Parpol harus percaya diri dong, Gerindra harus membangun self confidentnya jangan mau jadi wakil, kemudian Nasdem ayo coba cari opsi lain yang bisa berkompetisi dengan sehat,” ujarnya.(dhe/pbn)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *