LEBAK, BANPOS – Puluhan unggah yang berada di Desa Sukamanah dilaporkan mati mendadak dalam sepekan kemarin. Hal itu membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak turun tangan melakukan pemeriksaan, lantaran terdapat dugaan mati massalnya unggas itu akibat flu burung.
Namun berdasarkan pemeriksaan, tidak didapati adanya penyebaran virus flu burung pada fenomena mati massal unggas di Desa Sukamanah. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Rahmat Yuniar.
“Kami gerak cepat dan hasil pemeriksaan di lapangan, unggas mati itu akibat bakteri snot dan negatif flu burung,” ujar Yuniar, Senin (24/7).
Menurutnya, bakteri snot tersebut menyerang akibat dari perubahan cuaca, sehingga ayam kurang memiliki nafsu makan yang mengakibatkan pertumbuhan dan produktivitas dari ayam menjadi terhambat.
Yuniar mengemukakan bahwa risiko penyakit snot dapat menyebabkan kematian pada ayam berdasarkan data statistik, hanya 30 persen. Meski demikian, ia mengatakan bahwa unggas yang terserang snot jangan dibiarkan begitu saja, dan segera dipisahkan dari ayam-ayam lain untuk diobati.
Ia mengatakan, cara pengobatan penyakit snot bisa diobati dengan bahan alami, seperti bawang putih diparut dan diberikan pada ayam yang menderita snot. Bawang putih menurutnya, kaya akan antioksidan dan antivirus, sehingga sangat baik untuk menyembuhkan snot pada ayam.
Selain itu, juga bisa menggunakan bawang merah maupun jahe dicampur dalam 1 liter air, gula batu sebesar 5 sentimeter, dan direbus. Setelah dingin, larutan disaring dan ditambahi dengan gula batu dan air sebanyak 10 liter, lalu berikan pada ayam.
“Kami minta pemilik unggas agar bisa mengobati secara tradisional agar terbebas dari penyakit snot,” ujarnya.
Guna mencegah penyebaran bakteri snot, langkah yang lebih efektif yakni dengan cara menjaga kebersihan kandang secara rutin, dari sisa-sisa makanan dan kotoran ayam. “Jangan memelihara terlalu banyak ayam dalam satu kandang karena berisiko tinggi terkena snot,” ucapnya.
Selain itu, ia menegaskan bahwa kandang itu harus disesuaikan dengan populasi ayam, sehingga terdapat sirkulasi udara di dalam kandang lancar dan tidak pengap atau lembap. Di samping itu, penyemprotan desinfektan untuk membunuh segala kuman penyebab penyakit di kandang.
Selanjutnya, ayam itu diberikan vaksin, vitamin, dan perbaiki mutu pakan ayam agar daya tahan tubuhnya meningkat. “Saya kira untuk menghindari penyakit snot dengan menjaga makanan dan rutin membersihkan kandangnya,” katanya.
Sementara itu, Romli (53), seorang warga Babakan Desa Sukamanah, mengatakan bahwa sejak sepekan terakhir unggas yang mati sekitar 52 ekor. Populasi unggas yang mati itu terus berlanjut hingga milik warga Kampung Babakan lainnya.
“Kami khawatir kematian unggas itu terkena flu burung sehingga melaporkan ke dinas peternakan dan kesehatan hewan setempat untuk ditindaklanjuti,” tandas Romli. (DZH/ANT)
Tinggalkan Balasan