SERANG, BANPOS – Popularitas dalam dunia politik merupakan suatu nilai plus untuk para calon dalam menghadapi pemilu. Oleh karenanya saat ini banyak para calon baik dalam pemilu legislatif maupun pilkada yang berasal dari kalangan publik figur.
Hal tersebut karena publik figur sudah banyak dikenal dan diketahui oleh masyarakat luas. Namun demikian, dalam dunia politik suatu popularitas bukanlah suatu acuan masyarakat akan memilihnya, karena dalam pemilu perlu adanya kinerja dan pemahaman serta gagasan dalam memimpin nantinya.
Akademisi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), Suwaib Amiruddin mengatakan bahwa popularitas bukanlah suatu hal yang bisa menjadikan seseorang tersebut dapat dipilih oleh masyarakat.
“Jadi selama ini, kalau dia punya popularitas yang tinggi itu baru untuk ditonton bukan dipilih. Hanya diketahui orang. Jadi jangan seolah-olah sudah pasti akan dipilih oleh masyarakat. Saya kira popularitas itu tidak cukup bagi para calon legislatif termasuk kalaupu ln calon tersebut seorang artis,” katanya, Selasa (8/8).
Menurutnya, hal yang terpenting bagi seorang calon legislatif maupun calon kepala daerah adalah kinerja yang baik dan sejauh mana para calon tersebut memiliki kedekatan kepada masyarakat.
“Yang paling penting itu adalah sejauh mana dia sudah berbuat kepada masyarakat dan bagaimana dia sudah dekat secara langsung dengan masyarakat,” ucapnya.
Suwaib menjelaskan, saat hendak mencalonkan diri jangan jadikan popularitas sebagai acuan dalam pemilu, tetapi gagasan serta ide yang perlu dikedepankan. Karena popularitas seorang publik figur hanya sekedar untuk ditonton.
“Jangan sampai kita cuma mencalonkan diri karena merasa memiliki popularitas yang tinggi, kemudian kita sudah ditonton orang, kemudian banyak orang menyebut nama kita, mengetahui nama kita, saya kira tidak cukup sampai disitu. Kalau beberapa oknum artis modalnya cuma tiga hal itu tadi, dia sudah merasa sudah dikenal, dia sudah merasa diketahui namanya, lalu dia merasa saya akan memiliki lumbung-lumbung suara dari para penggemar fanatik. Penggemar fanatik dalam dunia artis, itu berbeda dengan penggemar fanatik di dalam pileg,” jelasnya.
“Karena artis itu cuma melihat dari jiwa seninya, tapi dari segi aspek berkaitan dengan pengabdiannya, apa yang dia kerjakan di masyarakat itu belum terealisasi. Itu yang jadi persoalan di dunia artis,” tambahnya.
Suwaib menuturkan, saat ini masyarakat sudah memiliki intelektual yang tinggi. Dimana masyarakat saat ini sudah bisa memilih bakal calon pemimpin seperti apa yang bisa untuk memimpin suatu daerah.
“Saya kira sekarang ini masyarakat juga sudah pada pintar dalam memilih dan memilah caleg yang memiliki kualitas dalam memimpin dan memiliki ide serta gagasan-gagasan dalam kepemimpinannya,” tandasnya.(CR-01/PBN)
Tinggalkan Balasan