CILEGON, BANPOS – PT Krakatau Steel Group menargetkan membangun 100 rumah tidak layak huni (rutilahu) di Kota Cilegon. Program tersebut merupakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Krakatau Steel Group untuk masyarakat sekitar.
Salah satu penerimanya yakni Sunariyah (45) yang tinggal di Lingkungan Telu, RT 04 RW 04, Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon, menjadi keluarga ke-38 yang rumahnya di bedah oleh PT Krakatau Steel Group agar layak dan nyaman untuk dihuni.
“Ini rumah ke 38, nanti pada waktu ulang tahun Krakatau Steel, kita akan (bangun) rumah ke 53, sesuai ulang tahun. Kemudian akan berlanjut ke 100 rumah targetnya, Insha Allah. Kalau tidak selesai di tahun ini, di awal tahun depan kita akan kita selesaikan dan itu adalah hasil kolaborasi dari KS grup dan afiliasi dan bantuan dari stakeholder kita juga,” kata Direktur SDM PT Krakatau Steel Sriyani Puspa Kinasih, di sela Ground Breaking Rumah Layak Huni oleh Krakatau Steel Group dan Afiliasi, Kamis (20/7/2023).
Dikatakan Sriyani, penerima bantuan bedah rumah ini sebelumnya pihak Krakatau Steel dibantu Pemkot Cilegon untuk mendata dan menyurvei rumah-rumah yang tidak layak dihuni di 43 kelurahan di Cilegon.
“Bantuan ini kita berikan bukan bentuk uang melainkan full bantuan rumah jadi yang siap huni. Kita bekerja sama dengan pak lurah-lurah untuk mendata rumah yang tidak layak huni lalu kita pilih. Jadi Insya Allah seluruh kelurahan di Cilegon kebagian bantuan ini,” terangnya.
Selain itu, kata dia bahwa penggunaan material menggunakan baja khusus. Ini merupakan salah satu produk inovasi baru dari Krakatau Steel Group, yakni baja modular dimana baja tersebut dirancang untuk tahan dari bencana gempa.
“Jadi bangunan di bedah rumah ini merupakan penggunakan produk awal baja modular, sebelum nanti bakal kita dikomersilkan ke masyarakat. Itu sudah kita uji, dia itu tahan gempa. Kemarin di daerah bencana juga sudah digunakan,” tuturnya.
Salah satu penerima bedah rumah dari Krakatau Steel, Sunariyah (45) sangat bersyukur. Janda dua anak ini sambil meneteskan air mata bisa tinggal di rumah yang lebih layak bersama kedua anaknya.
“Terimakasih Krakatau Steel sudah membantu bangun rumah. Udah lama, semenjak lahir tinggal di sini, punya orang tua, orang tua sudah enggak ada, ditempatin saya, suami sudah enggak ada, tinggal sama anak dua,” ujar Sunariyah saat ditemui di rumahnya, Jum’at (25/8/2023).
Kemudian Sunariyah bercerita, usai suaminya meninggal, anak pertama yang menggantikan peran bapaknya. Putra pertamanya yang berusia 20 tahun menjadi kuli angkut di Pasar Kranggot, Kota Cilegon. Dia mencari nafkah dengan penghasilan terbatas untuk memenuhi kebutuhan harian, agar dapur tetap ngebul. Sang kakak juga membantu biaya pendidikan adiknya yang kini duduk di kelas 2 SMP.
“Sehari-hari dari anak aja, kuli buah-buahan di pasar, sehari kadang dapat Rp 100 ribu, kalau sepi kadang dapatnya Rp 50 ribu, cukup enggak cukup, dicukupin saja,” tuturnya.
Sementara itu, Walikota Cilegon, Helldy Agustian, mengucapkan terima kasih kepada PT Krakatau Steel Group atas bantuan pembangunan Rutilahu yang diberikan kepada masyarakat Kota Cilegon.
“Kami atas nama Pemerintah Kota Cilegon mengucapkan terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada PT Krakatau Steel, yang sudah memberikan bantuan selama ini untuk masyarakat Kota Cilegon. Mudah-mudahan program TJSL dari PT Krakatau Steel berupa bantuan Rutilahu tersebut bisa terealisasikan tahun ini dengan membangun sebanyak 100 rumah tidak layak huni,” tutupnya.
Selain membangun Rutilahu untuk masyarakat yang membutuhkan, Krakatau Steel juga memberikan bantuan modal bagi para pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui unit usaha yaitu Divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL).
Program CSR di Krakatau Steel diimplementasikan sebagai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan pelaksanaan PKBL didasarkan pada Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007.
Kemudian sejak diberlakukannya Peraturan Menteri BUMN PER-05/MBU/04/2021 Tanggal 03 Juli 2015, istilah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) diganti oleh Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL).
Berdasarkan catatan yang ada di Community Development Department PT Krakatau Steel, terdapat jumlah mitra binaan lebih dari 9.000 mitra telah mendapat bantuan berupa Pinjaman Modal Usaha selama kurun waktu 1992-2021.
Salah satu mitra binaan Krakatau Steel, Umsaroh (49) asal Kabupaten Lebak, Provinsi Banten bercerita dari hasil bisnisnya berjualan batik bisa menghasilkan ratusan juta rupiah setiap bulannya.
Uum sapaan akrabnya mengatakan tak sengaja merintis usaha yang awalnya merupakan kegiatan di sekolah. Namun siapa sangka, Uum malah jadi produsen batik terbesar di Kabupaten Lebak. Uum sendiri memulai usaha batik pada 2016 silam.
Uum yang juga seorang guru SD di Kabupaten Lebak ini menceritakan pertama kali mengenal batik sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015, dirinya belajar membatik secara otodidak dengan tujuan untuk memberikan pembelajaran keterampilan membatik kepada siswa SD.
Kemudian dikatakan Uum, pengetahuan tentang keterampilan membatik pada waktu itu masih jauh dari sempurna, hanya sebatas keterampilan dasar membatik diperoleh melalui belajar, komunikasi dan diskusi dengan orang-orang yang terampil tentang batik.
Seiring berjalan waktu pada tahun 2015 tepatnya pada bulan September, dirinya ditunjuk oleh pemerintah daerah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk mengikuti pelatihan membatik di Yogjakarta selama 10 hari.
“Saat itu guru-guru diikutkan pelatihan membatik, saya salah satunya yang dikirim ke Yogyakarta untuk belajar membatik,” kata Uum kepada BANPOS, Jum’at (25/8/2023).
Berbekal ilmu yang didapat dari pelatihan, dia kemudian mencoba membuat batik sendiri. Awalnya memang menemui kegagalan, tetapi setelah beberapa kali mencoba usahanya bisa dikatakan berhasil hingga berani membuat merek sendiri bernama Batik Chanting Pradana. Upaya untuk mengenalkan batik ini satu di antaranya dengan sosialisasi di sekolah, termasuk tempat Uum mengajar di SDN 1 Bojongcae.
“Alhamdulillah berkat pelatihan yang saya ikuti dengan sungguh-sungguh semakin bertambah banyak ilmu dan keterampilan tentang membatik. Pada tanggal 14 Februari 2016 saya mulai memproduksi batik khususnya batik Lebak dengan bantuan peralatan dari pemerintah daerah berupa canting, meja cap, kompor, wajan dan meja gambar,” kenangnya.
Kemudian tahun 2018, Uum mendapatkan support bantuan modal dari Krakatau Steel sebesar Rp30 juta. Selain bantuan modal, Krakatau Steel juga memfasilitasi pelatihan membatik dan memberikan pelatihan cara memasarkan produk baik secara offline maupun online.
Tidak hanya itu, Krakatau Steel juga selalu memfasilitasi Uum ketika mengikuti pameran-pameran atau event-event UMKM baik tingkat kota, provinsi maupun nasional untuk memperkenalkan batiknya.
“Selain bantuan modal, alhamdulillah Krakatau Steel setiap ada kegiatan kita difasilitasi semua dari hotel dan lain-lain. Setiap ada event-event selalu disupport. Sampai pelatihan-pelatihan juga di fasilitasi. Seperti pelatihan kepada ibu-ibu membuat batik. Kemudian pelatihan penjual juga,” tutur ibu dua orang anak ini.
Seperti diketahui, Batik Chanting Pradana bisa dikatakan sebagai salah satu merek yang paling populer di Lebak. Produknya sudah dipakai untuk seragam di berbagai instansi dan bank di Kabupaten Lebak.
“Alhamdulillah yang pakai batik saya bukan hanya dari Lebak saja, tapi dari luar kota dan luar provinsi juga sudah banyak seperti dari Bandung dan Lampung,” katanya.
Selain itu, Uum juga punya tempat sendiri untuk memproduksi batik-batiknya. Batik yang sudah jadi kemudian ditempatkan di galeri miliknya di Kapung Pancur, Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak. Dari produksi hingga penjualan, Uum dibantu oleh 35 karyawan.
Dalam memproduksi batik, Uum melibatkan tetangganya. Uum juga menamai lingkungan rumahnya sebagai Kampung Batik Lebak.
“Semua tetangga dilibatkan untuk memotong bahan, menjahit hingga mengemas saat pesanan banyak, jadi tidak bergerak sendiri, mereka juga Alhamdulillah dapat pemasukan,” tutur Uum.
Dari produksi batiknya tersebut, Uum menyebut bisa meraih omzet rata-rata Rp 120 juta per bulan.
Dari hasil bisnisnya itu, Uum mendapat pujian dari banyak orang, termasuk dari Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya. Seperti dibeberapa kesempatan, Iti kerap menyebut-nyebut nama Uum sebagai guru dan perempuan yang mandiri dan menggerakkan ekonomi melalui UMKM.
Sejumlah prestasi juga ditorehkan oleh Uum dari membatik. Dia lolos jadi finalis kurasi Apresiasi Karya Indonesia (AKI) 2022 yang digagas oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno. Brand batiknya yaitu Batik Chanting Pradana terpilih karena memenuhi standar beberapa faktor seperti kreatifitas, inovatif dan kearifan lokal.
Uum juga berpesan kepada para pelaku UMKM yang ada di Provinsi Banten khususnya Kabupaten Lebak untuk tidak mudah menyerah dan terus berinovasi walaupun di masa sulit. Ia juga berharap kedepannya menjadi pengusaha sukses dan go internasional.
“Alhamdulillah kita sudah melewati masa kritis, masa pandemi dan kita sudah mulai lagi merangkak, jangan pernah menyerah untuk teman-teman UMKM. Apapun yang kita lakukan Insya Allah memberikan keberkahan buat orang lain dan kita berpikir positif thinking jangan pernah menyerah,” tandasnya. (LUK/DZH)
Caption:
LUKMAN HAPIDIN/BANTEN POS
Tinggalkan Balasan