Adem dari Luar, Busuk di Dalam, Rusak di Atas

SERANG, BANPOS – KEMARIN, sekitar pukul 15.00 WIB, cuaca di Kota Serang cukup panas. Rasanya rebahan di ruangan ber-AC menjadi hal yang sangat mengasyikan kala itu. Kebetulan saat itu, saya tengah berada di depan ruangan ber-AC. Sayangnya, kunci untuk masuk ke dalam ruangan itu belum ada, jadi keinginan untuk ngadem di dalam sana harus tertunda, sampai kunci ruangan itu datang.

Sembari menunggu, saya pun menyantap makanan yang memang sudah dibekali dari rumah doi. Isinya telur ceplok ditambah sambal kacang, tapi tidak pedas. Memang saya ini keturunan sunda yang kurang suka dengan makanan pedas, bikin mules.

Selang 15 menit berlalu, makanan pun habis saya lahap. Tepat selesai makan, kunci untuk membuka ruangan ber-AC itu pun datang. Alhamdulillah, habis makan langsung ngadem di ruangan ber-AC, enak banget pasti. Pikir saya kala itu.

Namun alangkah kecewanya saya, ketika membuka ruangan ber-AC itu, ternyata ruangan itu diselubungi oleh aroma busuk. Pertama mencium, saya curiga bahwa aroma busuk itu datang dari bangkai binatang, antara cicak, tikus, atau biawak. Memang di tempat itu, masih banyak biawaknya.

Meskipun baru menyantap makanan, saya bertekad menemukan sumber aroma busuk itu. Berbagai barang yang ada di ruangan itu, saya geser-geser, guna mencari terduga bangkai. Bagian lantai saya sisir sekitar 10 menit, dan tidak ada sosok bangkai yang menimbulkan bau busuk.

Saya pun beralih untuk menyisir bagian tembok ruangan, yang memang terdapat banyak barang yang berpotensi ‘nyelip’ jasad bangkai. Dicari selama 10 menit, tetap tidak ditemukan. Berpikir bahwa itu hanyalah bau busuk ‘biasa’, saya pun mencoba menyemprotkan pengharum ruangan. Tapi ternyata tidak mempan.

Sudah 20 menit totalnya, saya berada di ruangan beraroma busuk itu. Anehnya, bau itu lama-lama tidak terlalu terasa oleh saya, meskipun awalnya sangat menusuk hidung. Kata salah satu teman yang juga ada di lokasi, hidung saya sudah menyesuaikan diri dengan bau busuk itu. Masuk akal sih.

Karena hampir setengah jam tidak berhasil menemukan sumber bau busuk itu, akhirnya saya menyerah dan meminta bantuan teman saya, untuk mencari dimana lokasi sang bangkai itu.

Sekitar 10 menit berselang, datanglah teman saya itu. Berbincang sebentar, saya dan teman saya pun masuk lagi ke dalam ruangan untuk kembali mencari lokasi bangkai berbau busuk itu. Namun kagetnya saya, ternyata hidung saya kembali resisten terhadap bau busuk. Hanya beberapa detik di dalam sana, sudah membuat kepala saya pusing. Ternyata 10 menit di luar ruangan busuk itu, cukup untuk menormalkan kembali penciuman saya.

Dengan ilmu di luar nalarnya, teman saya akhirnya berhasil mengetahui dimana letak sumber bau bangkai itu. Ternyata, bangkai tersebut yang merupakan tikus, berada di atas plafon ruangan. Pantas saja meskipun hanya satu bangkai, bisa menyebarkan bau busuk merata ke seluruh ruangan. Posisinya yang berada di atas sangat strategis untuk menyebarkan kebusukan, sehingga upaya penyelesaian bau busuk yang dilakukan di bawah, jadi enggak efektif deh. (*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *