PANDEGLANG,BANPOS-PATTIRO Banten yang didukung oleh Merck Family Foundation mengadakan kegiatan pelatihan relawan Sahabat Perempuan dan Anak (SAPA) di Desa Cijakan, Kecamatan Bojong. Kegiatan ini bagian dari upaya untuk mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak melalui program Desa Ramah Perempuan dan Anak (DRPPA).
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan, Ibu, dan Anak Kabupaten Pandeglang, Eli, memberikan apresiasi terkait kegiatan ini.
Dalam sambutannya, Eli menyampaikan bahwa perencanaan kegiatan ini sudah lama direncanakan dan sudah termasuk dalam DRPPA, namun terkendala oleh pendanaan yang tertunda.
“Latar belakang kegiatan ini adalah tingginya angka pernikahan dini, kekerasan pada anak dan perempuan, serta kekerasan seksual terhadap anak yang menjadi isu serius. Pembentukan relawan SAPA ini diharapkan dapat menjadi pelopor di desa lain jika terjadi KDRT dan membantu masyarakat memahami prosedur pelaporan ke pihak desa,” ujar Eli, Rabu (6/3/2024).
Deputi Direktur PATTIRO Banten sekaligus Manajer Program KATALIS, Amin Rohani mengucapkan terima kasih atas kerja sama dalam mewujudkan desa yang ramah perempuan dan anak, yang dimotori oleh relawan SAPA.
“Dengan terbentuknya relawan ini, diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi desa yang ramah perempuan dan anak, terutama dalam mendukung ibu hamil dan mengurangi angka stunting,” ujar Amin.
Amin berharap, kegiatan ini dapat menambah pengetahuan para relawan mengenai langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengatasi masalah, terutama yang berkaitan dengan perempuan dan anak.
“Serta bagaimana berkoordinasi dengan pihak desa agar tujuan desa ramah perempuan dan anak tercapai sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan,” terangnya.
Fasilitator daerah SAPA dari Kabupaten Pandeglang, Iin Agustina, menjelaskan bahwa program DRPPA membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membangun pola pikir masyarakat.
“Program DRPPA sendiri adalah desa ramah perempuan dan anak, yang mengintegrasikan kebijakan yang menghargai atau melindungi hak perempuan dan anak. Hingga tahun 2020, ada 142 desa di bawah Kementerian yang sudah menjalankan program tersebut,” ujar Iin.
Relawan yang hadir dalam kegiatan ini berasal dari tiga desa, yaitu Desa Ciodeng, Desa Cijakan, dan Desa Cililitan. Relawan SAPA (Sahabat Perempuan dan Anak) bertugas mendampingi warga dan mengawal DRPPA yang sudah direncanakan untuk melindungi hak dan kewajiban ibu dan anak.
Para relawan SAPA diharapkan dapat membahas rencana aksi yang akan dilakukan, dengan mengacu pada format yang sudah ada. Rencana aksi ini harus memperhatikan 10 indikator DRPPA untuk mewujudkan desa ramah perempuan dan anak.
Para relawan diminta untuk melihat apakah desa mereka sudah memiliki perdes terkait ini, dan jika belum, langkah apa yang bisa diambil untuk mendorong adanya perdes ini, seperti melakukan audiensi dengan desa dan BPD. Penyebab belum adanya perdes ini juga harus dicatat, misalnya karena kurangnya pemahaman terkait DRPPA, sehingga desa bisa mengetahui pentingnya DRPPA.
Pada sesi diskusi per desa, yang dipimpin oleh ketua relawan SAPA masing-masing desa, setiap desa memaparkan rencana kegiatan mereka. Desa Ciodeng, misalnya, berencana melaksanakan pendataan bekerjasama dengan aparat desa, mengadakan audiensi atau musyawarah desa untuk merekomendasikan perdes DRPPA, dan melakukan sosialisasi di posyandu rutin untuk mencegah pekerja anak dan pernikahan di bawah umur. Desa Cijakan juga memaparkan rencana serupa, dengan fokus pada pendataan, audiensi, dan sosialisasi. Sedangkan Desa Cililitan menekankan pentingnya perekrutan petugas pendataan, sosialisasi untuk mendorong adanya perdes, dan mendorong keterwakilan perempuan dalam pemerintahan desa.()
Tinggalkan Balasan