Setelah ibadah Ramadhan berakhir dengan ditandai kumandang takbir warga saling menyapa dengan ucapan: “semoga kita termasuk orang orang yang kembali kepada fitrah dan meraih kemenangan”. Ucapan itu adalah ungkapan kemenangan setelah lulus dari ujian berpuasa sebulan penuh: menahan diri dari hasrat biologis dengan meningkatkan kualitas ibadah dan kesalehan sosial. Kemenangan ini sejatinya dikukuhkan dengan internalisasi nilai-nilai Ramadhan dan lahirnya nilai nilai tersebut dalam kehidupan nyata di masyarakat.
Nilai dan amaliah Ramadhan seseorang diterima atau tidak dapat dilihat pada perilakunya setelah Iedul Fitri. Bagi setiap muslim yang terus mengamalkan nilai dan amaliah Ramadhan pasca Iedul Fitri, maka termasuk orang yang sukses meraih kemenangan. Nilai dan amaliah dimaksud meliputi: budaya disiplin, budaya bersih, budaya belajar, budaya berbagai, dan budaya bela beli.
Budaya disiplin tercermin dari ketepatan waktu dan kepatuhan terhadap hukum dan aturan. Sepanjang Ramadhan seorang muslim disiplin mengatur waktu sesuai jadwal sholat; mulai sahur dan disiplin subuh berjamaah, berbuka dan maghrib berjamaah hingga sholat Isya dan tarawih berjamaah. Muslim yang berpuasa juga taat aturan dengan tidak makan dan minum di siang hari. Hal ini dilakukan atas dasar iman dan mengharapkan ridho Allah. Budaya disiplin dengan berpuasa ini diteruskan pada bulan Syawal. Dari Abu Ayyub Al-Anshori, Nabi Saw bersabda: “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian diikuti berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia telah berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164)
Budaya disiplin waktu dan taat aturan ini terus dilatihkan dengan puasa sunah bulan purnama pada tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan Hijriyah; puasa hari Senin dan Kamis setiap pekan; atau puasa Nabi Dawud yang berpuasa dan berbuka secara bergantian sepanjang tahun. Implikasi dari budaya disiplin dengan berpuasa ini adalah kesehatan mental zuhud bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Disiplin menjadi modal kita keluar dari situasi darurat Covid-19.
Setiap muslim yang rajin berpuasa menata hidupnya berdasarkan jadwal sholat. Setiap melaksanakan sholat ia selalu menjaga kebersihan diri pakaian dan tempat ibadahnya. Menjaga kebersihan diri dengan berwudhu secara sempurna dan mandi serta menggunakan parfum yang wangi. Ia terus menjaga budaya bersih sehingga terpelihara dari segala penyakit termasuk virus Covid-19. Kepeloporan dalam menjaga kebersihan diri itu meliputi pemenuhan kebutuhan air bersih dan perlengkapan lain yang dibutuhkan. Budaya bersih ini menyadarkan masyarakat yang tidak sehat batuk flu pilek dan bersin untuk tidak ke Masjid dan menggunakan masker ketika keluar rumah sehingga tidak berpotensi menularkan virus kepada orang lain.
Kebaikan lain yang dilatihkan sepanjang Ramadhan adalah membaca dan mempelajari Al Qur’an. Umat Islam sangat antusias mendaras Al Qur’an pada bulan Ramadhan yang dikenal sebagai bulan Al Qur’an. Orang yang sukses meraih kemenangan pasca Ramadhan meneruskan budaya belajar dan mempelajari isi kandungan Al Qur’an itu sesuai riwayat dari Anas bin Malik Nabi bersabda: “Terangi rumah kalian dengan sholat (sunah) dan bacaan Al Qur’an” (HR. Al Baihaqi).
Al Qur’an dibaca setiap sholat dan sesudah sholat khusuk sholat Maghrib jelang ‘Isya dan sholat subuh hingga waktu syuruq. Dengan budaya baca dan mempelajari isi kandungan Al Qur’an ini maka umat Islam menjadi pelopor karakter cerdas yang mampu merespon informasi secara kritis dan konstruktif. Hal ini menjadi modal utama umat Islam tidak mudah percaya apalagi menyebarkan berita bohong hoax vandalisme dan ungkapan yang mengandung unsur kebencian.
Pelajaran lain dari latihan berpuasa sepanjang Ramadhan adalah merasakan secara langsung kehidupan masyarakat miskin yang lapar dan haus. Tidak makan dan minum bagi orang yang berpuasa berbatas waktu dengan jadwal Maghrib. Sebaliknya, kelaparan bagi mereka yang miskin tidak memiliki kepastian berakhir. Latihan ini melahirkan sikap empati dan kepedulian terhadap sesama dengan gerakan berbagai. Mulai berbagi makanan, paket sembako, hingga penggalangan dana untuk membuka usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat terdampak Covid-19. Empati dan kepedulian sosial juga terlihat pada perilaku anti korupsi dan memastikan seluruh bantuan jaring pengaman sosial tersalurkan kepada yang berhak.
Kepedulian ini terus dirawat dengan melembagakan gerakan amal umat menghimpun zakat infak sedekah dan wakaf. Gerakan sedekah yang paling sederhana adalah menyisihkan jatah alokasi anggaran makan siang (saat berpuasa) untuk membantu fakir miskin dan anak terlantar. Gerakan berbagi makanan di lingkungan warga mencegah terulangnya peristiwa kematian anggota keluarga miskin akibat kelaparan di masa Pandemi Covid-19.
Tradisi lain di bulan Ramadhan adalah peningkatan konsumsi untuk sedekah. Peningkatan konsumsi memiliki manfaat ganda. Konsumsi untuk sedekah membantu masyarakat yang memiliki daya beli rendah. Di sisi lain meningkatkan kegiatan produksi yang berimplikasi pada penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan tabungan masyarakat. Manfaat peningkatan konsumsi menjadi berlipat ganda ketika disertai bela beli terhadap produk barang dan jasa dari warga sekitar. Misalnya, dalam pembayaran zakat fitrah. Jamaah membeli beras dari unit bisnis milik Masjid. Beras masjid diperoleh dari hasil aset wakaf sawah yang dikelola riungan tani warga sekitar. Kemudian zakaf fitrah dibagikan kepada kelompok keluarga miskin yang membutuhkan. Dengan demikian sirkulasi uang barang dan jasa berputar dari oleh dan untuk masyarakat sehingga terciptalah demokrasi ekonomi sebagai jalan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Demikian lah cara kita merayakan kemenangan Iedu Fitri pada masa Pandemi. Piala kemenangan Ramadhan ini dapat dinikmati terus hingga Ramadhan tahun depan. Semoga dengan membudayakan kedisiplinan, kebersihan, kecerdasan dalam menyikapi persoalan, kepedulian dan bela beli itu dalam kehidupan nyata kita dapat mengatasi dampak Covid-19 dan sukses memasuki masa “new normal” pasca Pandemi.
Wallahu a’lam.
**Ketua Satgas Covid-19 MUI Provinsi Banten
Tinggalkan Balasan