Mensyukuri Kemerdekaan pada Masa Pandemi

PERAYAAN kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2020 terasa berbeda. Upacara bendera di berbagai instansi pemerintah dilakukan secara virtual. Sekolah milik pemerintah maupun masyarakat tidak menyelenggarakan upacara di lapangan terbuka. Hanya satuan pendidikan di Pesantren yang melaksanakan upacara bendera di lapangan secara khidmat seperti biasanya. Hal ini dikarenakan Pesantren telah menjalankan karantina mandiri sejak Syawwal 1441 Hijriyah yang lalu. Pesantren melaksanakan kegiatan pembelajaran secara normal dengan selalu menjaga wudhu kebersihan diri dan lingkungan.

Meskipun tidak ada upacara bendera secara terbuka disertai aneka lomba permainan rakyat, bangsa Indonesia tetap mengekspresikan rasa syukur atas kemerdekaan itu. Rakyat Indonesia mengibarkan bendera merah putih di rumah masing-masing. Hal lain yang istimewa, peringatan HUT RI tahun ini berdekatan dengan tahun baru Islam 1 Muharram 1442 H yang bertepatan dengan tanggal 20 Agustus 2020. Maka refleksi kemerdekaan pun dirangkai dengan resolusi hijrah. Salah satu renungan syukur itu adalah pesan Rasulullah Muhammad SAW terhadap Mu’adz bin Jabal untuk mewiridkan doa:

Allahumma A’inny ‘Ala Dzikrika wa Syukrika wa Husni ‘ Ibadatika. (Ya Allah berikanlah kepadaku kekuatan untuk selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur atas nikmat-Mu, dan meningkatkan kualitas ibadah kepada-Mu).

Tindakan pertama yang dilakukan oleh para pendiri Republik untuk mensyukuri Kemerdekaan adalah menyatakan pengakuan “Atas berkat Rahmat Allah yang maha kuasa.”

Ekspresi syukur atas proklamasi kemerdekaan itu ialah dzikir kepada Allah. Dzikir terbaik yang diajarkan oleh Allah kepada kita ketika meraih sukses dan kemenangan adalah tasbih tahmid dan istighfar (Qs. An-Nashr [110]: 3). Bangsa Indonesia berjuang meraih kemerdekaan dengan pekik takbir dan mensyukuri pertolongan Allah dengan bertasbih:

Subhanallah wa bihamdihi. Subhanallah il-‘Adzim.

Selain tasbih dan tahmid juga disertai dengan istighfar. Hal ini bagian dari sikap tawadhu’ bahwa dalam upaya perjuangan meraih kemerdekaan itu boleh jadi terdapat tindakan yang merusak dan menyakiti pihak lain tanpa disadari.

Di sisi lain, boleh jadi niat tulus dan semangat rela berkorban selama perjuangan kemerdekaan justeru ternoda setelah kebebasan diraih.

Pasca-kemerdekaan, terjadi konflik antar anak bangsa karena perbedaan ideologi atau kepentingan kekuasaan. Dalam hal ini termasuk juga tindakan koruptif yang dilakukan oknum penyelenggara Negara dalam mengelola ABPN/APBD dan pemerintahan.

Kedua, ekspresi syukur ditandai dengan semangat membangun. Mulai pembangunan sumberdaya manusia dan kebudayaan hingga pengelolaan sumberdaya alam dan kekayaan hayati untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan dilakukan secara bertahap, berjenjang dan berkesinambungan sesuai dengan visi Indonesia merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur.

Pembangunan berpijak dari warisan sejarah sehingga kemajuan bangsa dalam penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni modern tidak tercerabut dari akar budaya dan kearifan peradaban Indonesia.

Pembangunan sebagai tanda syukur kepada Allah dilakukan secara bijaksana tanpa menggusur atau memarginalkan rakyat. Mencontoh Nabi ketika membangun Negara Madinah dimulai dengan pembangunan Masjid dan Suffah (Kampus berbasis Masjid).

Pembangunan sumberdaya manusia dan kebudayaan menjadi prioritas dengan menjadikan Al Qur’an sebagai sumber belajar utama. Suffah menjadi tempat kaderisasi kepemimpinan umat baik untuk mengisi pos pemerintahan maupun informal leader dalam civil society.

Sumberdaya manusia yang unggul ini juga menjadi modal utama pembangunan ekonomi berwawasan lingkungan. Mulai sumber air bersih, irigasi, hingga ekonomi pertanian perkebunan peternakan dan lainnya. Pembangunan yang berpihak kepada rakyat; kaum lemah (dhuafa) dan tertindas (mustadh’afin).

Ketiga, ekspresi syukur kemerdekaan dilakukan dengan meningkatkan kualitas amal ibadah. Pembangunan politik ekonomi dan sosial budaya dijiwai dan disempurnakan dengan pembangunan spiritual; yakni iman dan taqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa serta akhlak mulia dalam pergaulan dengan sesama. Meskipun diuji dengan Pandemi terus bersabar dan tawakal dengan selalu beribadah dzikir dan doa secara khusyuk. Hal ini terlihat dalam kegiatan Ramadhan idul Fitri dan idul Qurban yang tetap meriah dengan jamaah.

Pembangunan Indonesia yang bersifat transendental dilakukan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Inilah kunci terbentuknya negara bangsa yang kuat hebat dan maju diselimuti keberkahan dari bumi dan langit. Baldatun Thoyyibatun wa Rabbun Ghofur.

Kita bersyukur, meskipun bangsa Indonesia sebagaimana keluarga bangsa bangsa lain di dunia sedang diuji Pandemi Covid-19, tetap semangat merayakan hari ulang tahun kemerdekaan 17 Agustus 2020. Semoga di usia 75 tahun Peradaban Indonesia Allah selalu memberikan keberkahan kepada bangsa Indonesia. Tetap bersatu dan bergotong royong dalam memajukan kesejahteraan rakyat serta segera keluar dari krisis akibat Pandemi Covid-19.

Wallahu a’lam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *