SERANG, BANPOS – Pada gilirannya, semua orang nanti pasti akan merasakan yang namanya kematian. Seperti yang dirasakan oleh wartawan Detak Banten, Tb. Faizudin, yang juga merupakan anggota Pokja Wartawan Kota Serang (PWKS).
Almarhum yang kerap disapa Mang Faiz merupakan pria yang humoris. Setiap menjalankan kerja liputan bersamanya, selalu diiringi oleh gelak tawa.
Disisi lain, Almarhum merupakan pekerja keras. Meskipun tugas liputan berada di pelosok daerah, ia pasti mengejarnya demi memberikan informasi kepada masyarakat.
Istri Almarhum, Iis, menerangkan bahwa Almarhum Faiz sudah sejak hari Rabu yang lalu merasakan sakit. Mulanya, Almarhum mengaku bahwa dirinya masuk angin. Namun rasa sakitnya berpindah-pindah.
“Tapi Almarhum enggak mau diperiksa, cuma minum tolak angin sama diurut. Pas habis diurut itu agak mendingan,” ceritanya kepada awak media, Senin (23/11).
Saat sedang sakit, Almarhum Faiz sempat meliput ekspos kasus madu palsu di Polda Banten. Namun setelahnya, Almarhum Faiz kembali drop. “Anginnya pindah ke pinggang dan ke kaki. Sampai ngga bisa jalan. Terus diurut lagi, agak mendingan,” terangnya.
Pada Senin pagi, Iis melihat bahwa wajah dari Almarhum sudah dalam keadaan pucat, bibir kebiruan, tangan kirinya dalam keadaan keram dan kaki kebiruan. Selain itu, napas dari Almarhum pun sudah agak berat.
“Sempet ngeluarin burung, napasnya kecapean. Dibawa ke Puskesmas pagi. Saking gak kuat jalan, motornya dibawa masuk ke rumah karena Almarhum gak bisa jalan. Posisinya di tengah diapit saat di motor,” tuturnya.
Sampai di Puskesmas, keluarga sempat mendenger bahwa Almarhum dalam keadaan koma. Tak lama kemudian, Almarhum dinyatakan meninggal dunia. Saat itu langsung dibawa ke rumah duka.
Ketua PWKS, M. Tohir, mengatakan bahwa Almarhum Faiz merupakan wartawan senior yang menjadi panutan wartawan-wartawan junior di Serang. Faiz mengajarkan kepada para jurnalis bagaimana membuat berita yang berbeda dari yang lain agar menarik.
“Ia adalah tipe wartawan yang ingin membuat berita eksklusif agar pembaca mendapatkan informasi eksklusif juga dari media yang mereka ikuti,” ungkapnya.
Dalam mewawancarai narasumbernya, ia selalu mendalam menggali informasinya. Pemberitaannya pun, kata Tohir, selalu memiliki sudut yang berbeda dengan pemberitaan lainnya.
“Untuk bisa mendapatkan berita bagus itu, maka Faiz akan berusaha menggali angle yang menarik ketika melakukan kerja jurnalistik. Ia tidak mau berita yang biasa-biasa saja. Ia adalah wartawan yang menjiwai profesinya,” ucapnya.
Ia mewakili keluarga besar PWKS mengucapkan belasungkawa yang sedalam-dalamnya. “Selamat tinggal, Mang Faiz. Semoga Allah melapangkan kuburmu. Amin,” tandasnya. (*)
Tinggalkan Balasan