Back To Belajar Tatap Muka

SETELAH sekian lama siswa dan mahasiswa belajar di rumah melalui daring (dalam jaringan) kini pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merencanakan kembali membuka belajar tatap muka atau luring (luar jaringan).

Banyak alasan mengapa pemerintah perlu memutuskan belajar tatap muka. Pertama, anak sudah sangat rindu dengan teman-temannya. Rindu akan kebiasaan bermain dan belajar bersama. Kedua, anak juga sudah sangat rindu dengan gurunya. Rindu melihat senyum gurunya, rindu terhadap sapaan gurunya. Ketiga, anak sudah mulai stres dengan metode pembelajaran daring dan keempat pembelajaran tidak hanya berhenti pada wacana, tetapi harus ditindaklanjuti dengan praktik.

Poin keempat ini sangat krusial, karena anak terutama yang masih sekolah di tingkat pendidikan dasar akan mengalami kesulitan dalam belajar, terutama saat belajar praktik.

Lalu apakah sekolah sudah siap menyambut proses pembelajaran secara tatap muka (luring)? Tentu pihak sekolah harus siap. Perlu dimunculkan budaya baru, cuci tangan pakai sabun. Budaya cuci tangan ini sangat esensial dalam melakukan pencegahan Covid-19.

Kedua, harus tetap membudayakan menggunakan masker saat belajar, baik guru maupun anak dan utamanya anak yang mengalami gejala klinis atau kurang fit dianjurkan untuk tidak sekolah. Ketiga, dipastikan tetap menjaga jarak.

Soal yang ketiga ini atau menjaga jarak, boleh jadi akan berbenturan dengan keterbatasan ruangan sekolah. Karena yang semula satu ruangan diisi rata-rata 40 orang, kini bisa dibatasi dengan hanya diisi 20 orang.

Solusinya adalah sistem belajar secara bergantian atau dalam istilah pekerjaan disebut shift. Ketika belajar secara nnormal selama enam hari seminggu maka dalam kondisi sekarang anak cukup datang ke sekolah tiga hari dalam seminggu atau sehari masuk, sehari libur, seperti puasa Nabi Daud.

Kondisi belajar secara bergantian lebih memungkinkan ketimbang kondisi sekarang, di mana guru menjelaskan lewat daring, sedangkan praktinya tidak. Melalui luring, guru bisa menjelaskan konsep secara utuh. Siswa juga bisa diberi tugas dan menjelaskan detail tugasnya.

Soal ketersediaan tempat cuci tangan, apakah setiap sekolah ada tradisi Salat Duha atau Salat Zuhur berjamaah. Bagi sekolah yang sudah membiasakan diri menggelar Salat Duha dan Salat Zuhur secara berjamaah maka harusnya tidak ada masalah. Sekolah tinggal menyediakan sabun untuk mencuci tangan, baik saat akan berwudu atau dalam setiap kesempatan. Saya kira sekolah tidak akan mengalami kesulitan ketika harus menambah fasilitas sabun untuk mencuci tangan atau mungkin menambah kran air.

Komite sekolah harus menumbuhkan semangat gotong royong untuk menyediakan fasilitas dasar, seperti tempat cuci tangan. Kalau sama sekali belum ada, harus menyediakan sumur. Tidak harus wastafel, tetapi cukup dengan kran plus sabun.

Disiplin perlu ditegakan dan ditanamkan. Kedisipinan membutuhkan tiga hal, pertama pemahaman urgensi 3 M, apa konsekuensi ketiga 3 M jika dilanggar, bukan reward dan funishment. Kedua kebiasaan dan ketiga keteladanan. Jika ketiganya dilaksanakan, bukan hanya akan menjadi momentum baik untuk membangun kedisiplinan, tetapi lebih jauh ada pesan literasi humaniora.

Sinergi dengan Dinas Kesehatan juga harus dibangun, terutama dalam hal menjaga imunitas. Saya ingat ketika sekolah pada era Pak Harto. Saat itu, siswa diberikan makanan sehat dan olah raga. Siapa yang menyediakan, bisa dengan kerja sama Posyandu atau Puskesmas. Kalau ada sinergi sekolah dengan Posyandu dan Puskesmas, akan meningkatkan indek pembangunan manusia, bukan hanya pendidikan tetapi juga kesehatan.

Siswa bisa berolahraga dan juga ada masukan gizi. Secara tidak langsung bisa mengembangkan program pemerintah yaitu mengatasi masalah gizi seperti stunting.

Kesimpulan saya adalah, luring 2021 karena kebutuhan pendidikan dan psikologi. Anak tidak boleh lama-lama stres, anak harus bahagia.

Jadi, yang paling penting setelah delapan bulan menjalankan kondisi tidak normal, kita tidak dalam kondisi kepanikan seperti awal awal munculnya covid-19. Kita sekarang ini menghadapi situasi sekarang ini dalam kondisi yang wajar.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *