Penulis: admin

  • Hari Ke-23 PSBB, Angka Kepatuhan Masyarakat Meningkat

    Hari Ke-23 PSBB, Angka Kepatuhan Masyarakat Meningkat

    TANGERANG, BANPOS – Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Tangerang Raya yang meliputi Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang saat ini sudah memasuki hari ke-24. Senin (11/5/2020)

    Kapolda Banten Irjen Pol Fiandar melalui Kabid Humas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi kepada awak media menyampaikan untuk anev PSBB di hari ke-23 adanya penurunan angka kendaraan yang masuk ke wilayah Kabupaten Tangerang, tercatat sebanyak 14.426 unit dibandingkan di hari sebelumnya 14.720 unit

    Sedangkan data perbandingan Covid-19, kata Edy Sumardi, antara Minggu (10/5/2020) dan Sabtu (9/5/2020) di wilayah Kabupaten Tangerang, untuk jumlah ODP tetap 241 orang, PDP Naik 3 orang dari 160 menjadi 163 orang, Positif covid-19 tetap 37 orang dan meninggal dunia tetap 15 orang

    Lanjut Edy Sumardi, dalam rangkaian kegiatan penerapan PSBB, pihaknya telah membentuk Satgas Aman Nusa terkait upaya pencegahan covid-19, yang terdiri dari 6 posko di wilayah Kabupaten Tangerang

    “Petugas yang terlibat dalam satuan tugas tersebut tercatat sebanyak 741 telah melakukan kegiatan Preemtif dan preventif,” katanya

    Selain itu, Edy Sumardi menuturkan, dalam 6 lokasi check point tercatat sebanyak 174 pelanggar yang diberikan teguran simpatik karena melakukan pelanggaran terkait aturan atau ketentuan yang berlaku dalam penerapan pelaksanaan PSBB, angka tersebut berkurang dari sebelumnya yang mencapai 201 teguran simpatik

    “Pelanggaran yang ditemukan saat pelaksanaan PSBB yang dilakukan warga adalah, tidak memakai masker, konfigurasi jumlah dan posisi orang dalam kendaraan mobil, serta pengendara sepeda motor yang berboncengan berbeda domisili,” kata Edy Sumardi.

    Bagi masyarakat yang melanggar dan tidak mengindahkan aturan yang tercantum dalam pelaksanaan PSBB kata Edy Sumardi, pihaknya akan memberikan teguran atau sanksi yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada, baik itu KUHP maupun peraturan perundang-undangan yang lain.

    Edy Sumardi pun menegaskan, bahwa pihak Kepolisian Polda Banten bersama TNI, Dishub, Satpol PP, Dinas Kesehatan dan stakeholder terkait yang melaksanakan penanganan atau pelaksanaan PSBB akan terus memberikan imbauan dan peringatan kepada masyarakat guna menumbuhkan kesadaran agar dapat mematuhi peraturan PSBB dalam upaya percepatan penanganan Covid-19.(ENK)

  • Positif Covid-19 di Cilegon Bertambah Lagi

    Positif Covid-19 di Cilegon Bertambah Lagi

    CILEGON, BANPOS – Kasus positif Corona atau Covid-19 di Kota Cilegon kembali bertambah. Terbaru, ada satu kasus positif corona yang terkonfirmasi di Kota Cilegon sehingga total ada 3 kasus. 

    Informasi yang berhasil dihimpun, pasien tersebut berinisial HM (27) berjenis kelamin perempuan. Sebelumnya, pada Senin tanggal 30 April 2020 korban HM dibawa ke RSKM oleh suaminya dan diagnosa dokter sakit DBD setelah satu hari di rumah sakit RSKM dan dokter memasukan HM ke ruang isolasi Covid-19 yang ada sampai dengan tanggal 6 Mei 2020.

    Kemudian pada Kamis 7 Mei 2020 suami korban IM yang bekerja di salah satu perusahaan di Bojonegara, Kabupaten Serang, mencabut paksa pulang dan disarankan dokter untuk isolasi mandiri di rumah. Selanjutnya Sabtu 9 Mei 2020 jam 21.30 WIB suami korban IM mengambil hasil Swab istrinya yang pertama dari RSKM dan hasilnya dinyatakan positif Covid-19 .

    Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Kota Cilegon, Ahmad Aziz Setia Ade Putera membenarkan hal tersebut. Yang bersangkutan terindikasi positif Covid -19 pada tanggal 9 Mei 2020 jam 21.30 WIB setelah suami korban IM mengambil hasil Swab yang pertama dari RSKM dan dinyatakan positif Covid-19.

    “Iya betul positif. Informasi yang beredar di medsos, sudah dibenarkan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes Cilegon). Rilis resminya nanti sore,” kata Aziz saat dikonfirmasi, Senin (11/5).

    Sebelumnya, dua warga Kota Cilegon dikonfirmasi mengidap Covid-19. Keduanya adalah warga perumahan Bumi PAnggungrawi Indah, Kecamatan Jombang, Kota Cilegon.(LUK) 

  • Pelajar dan Mahasiswa Mumet, Pembelajaran Jarak Jauh Memperbanyak Tugas

    Pelajar dan Mahasiswa Mumet, Pembelajaran Jarak Jauh Memperbanyak Tugas

    SERANG, BANPOS – Walaupun para pelajar dan mahasiswa taat untuk menerapkan kebijakan social distancing dengan belajar di rumah saja. Namun, akibat menumpuknya tugas, akhirnya para pelajar menyatakan mumet dengan pembelajaran jarak jauh.

    Hal tersebut berdasarkan riset yang dilakukan oleh Badan pengurus harian ikatan mahasiswa pendidikan luar sekolah indonesia Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (BPH Imadiklus Untirta).

    Ketua BPH Imadiklus Untirta, Angga, menyatakan bahwa kebijakan penerapan social distancing dinilai sangat baik. Hal ini dibuktikan dengan berdasarkan jenis kelamin, antara laki-laki dan perempuan, hampir sebagian besar berpendapat baik terhadap penerapan social distancing, dengan hasil di atas 50 persen.

    “Untuk laki-laki dihasilkan 84 persen, dan perempuan sejumlah 86 persen,” tuturnya.

    Angga menyatakan, para pelajar dan mahasiswa tersebut merasa tidak terganggu dengan adanya kebijakan social distancing yang diterapkan oleh pemerintah.

    “Hampir sebagaian besar tidak terganggu dengan penerapan social distancing ini, dengan hasil di atas 50 persen, untuk laki-laki 67 persen dan perempuan 68 persen,” jelasnya.

    “Hampir sebagaian besar, mereka benar-benar di rumah pada saat kebijakan sosial distancing ini diterapkan,” tuturnya.

    Kata dia, kebanyakan dari mereka pada saat berada dirumah aktivitasnya yaitu mengerjakan tugas dan refreshing di rumah dengan membaca buku serta menonton televisi. Berdasarkan tingkat pembagian kelas dan tingkat kuliah, kegiatan yang sering dilakukan pada saat berada di dalam rumah yaitu sebagian refreshing di rumah dengan membaca buku, menonton dan bermain media social.

    “Meskipun kebijakan social distancing ini dinilai cukup baik, namun mereka tidak senang jika harus terus belajar dan beraktivitas di dalam rumah. Terbukti, berdasarkan tingkat pembagian kelas dan tingkat kuliah, hampir sebagaian besar mereka merasa tidak senang,” jelasnya.

    Ia memberikan beberapa rekomendasi kepada Pemerintah dan masyarakat. Pertama, Pemerintah membanjiri informasi terkait social distancing di media social dan internet. Kemudian, Pemerintah perlu membuat gugus hingga tingkat RT agar kebijakan social distancing dapat berjalan hingga akar rumput.

    “Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dengan cara melaksanakan, mengingatkan, menegur, dan menjalankan tentang pentingnya social distancing,” katanya.

    Mereka tidak masalah akan kebijakannya, tapi secara psikologi mereka tidak merasa nyaman berada beraktivitas dan belajar di rumah. Untuk itu, Pemerintah diharapkan memberi akses internet gratis bagi mahasiswa dan pelajar untuk mengerjakan tugas, agar tidak terhambat dalam pembelajaran sistem daring.

    Terpisah, para pelajar di Kota Serang juga mengaku ‘mumet’ dengan pembelajaran daring. Hal ini karena banyak tugas yang diberikan oleh para guru dalam metode pembelajaran secara daring tersebut.

    Seperti yang diungkapkan oleh siswi salah satu SMP Negeri di Kota Serang, Indri Sri Lestari. Menurutnya, kegiatan belajar di rumah secara daring memang lebih santai. Salah satu alasannya karena bisa lebih leluasa dalam memilih posisi belajar.

    “Menurut pendapat saya enak-enak aja belajar di rumah. Karena bisa mencari posisi yang paling nyaman dalam belajar,” ujarnya saat dihubungi melalui pesan singkat.

    Namun menurutnya, tugas-tugas yang dibebankan oleh para guru menjadi salah satu hal yang tidak mengenakkan dalam proses belajar di rumah. Ia mengaku tugas tersebut membuat dirinya mumet.

    “Tugas sekolah terlalu banyak, ada yang dimengerti dan ada yang tidak. Jadi kalau kondisinya seperti ini sih menurut saya lebih menyenangkan belajar di sekolah daripada di rumah,” ucapnya.

    Kendati demikian, ia memaklumi dengan adanya perpanjangan waktu belajar di rumah. Karena ia juga yakin bahwa pemerintah mengeluarkan kebijakan itu untuk kebaikan para peserta didik.

    “Tapi harapannya sih bisa diringankan berkaitan dengan tugasnya. Supaya kami para murid juga bisa merasakan istirahat dan refreshing, meskipun hanya dengan nonton film atau main game,” terangnya.

    Senada disampaikan oleh siswi lainnya, Aisyah. Menurutnya, banyak guru dalam menggelar belajar secara daring hanya memberikan soal saja tanpa memberikan penjelasan kepada peserta didiknya.

    “Saat mengadakan kelas online, guru seharusnya ngasih materi dulu sesuai jam pelajaran, setelah itu baru ngasih soal. Tapi pelaksanaannya hampir semua guru cuma ngasih tugas. Itu pun hampir semuanya soal, tanpa memberikan penjelasan,” katanya.(DZH/MUF/PBN)

  • Lika-liku Pembelajaran Jarak Jauh, Banyak Guru Bingung Siswa Jadi Korban

    Lika-liku Pembelajaran Jarak Jauh, Banyak Guru Bingung Siswa Jadi Korban

    BANPOS – Wabah virus korona (Covid-19) membuat berbagai macam aspek kehidupan mengalami goncangan. Mulai dari segi sosial, ekonomi, hingga pendidikan.

    Sektor pendidikan merupakan salah satu aspek yang sejak awal munculnya wabah ini langsung mengalami perubahan. Dengan alasan menghindari kerumunan agar tidak menyebarkan virus korona, lembaga–lembaga pendidikan di Banten baik negeri maupun swasta langsung meliburkan proses pembelajaran tatap muka, dan melakukan proses pembelajaran secara jarak jauh di rumah saja.

    Alternatif model pembelajaran tersebut sebenarnya sudah tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 13 ayat 2 yang menyatakan, pembelajaran dapat berlangsung secara tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.

    Namun ternyata, walaupun sudah ada dalam Sisdiknas. Pendidikan di Indonesia belum menyiapkan secara teknis tentang pembelajaran jarak jauh tersebut. Hal ini mendapat kritikan dari Kepala Sekolah Mobil Kelas Berjalan (MKB) Kak Seto, Jova Octaviansyah.

    Menurut alumni Pendidikan Luar Sekolah Untirta ini, saat sekarang, beberapa guru masih menunggu bagaimana sebenarnya pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang efektif dan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

    “Saat ini belum ada juklak juknisnya. Jadi sebenarnya guru-guru agak mengalami kebingungan. Seharusnya Pemda juga dapat inisiatif untuk membuat aturan turunan yang rinci,” jelasnya kepada BANPOS, Minggu (10/5).

    Ia menyatakan, Pemda juga dapat memberikan beberapa stimulus kepada para pendidik. Utamanya yang mengajar di daerah terpencil dan kesulitan secara sarana maupun prasarana. Dengan belum siapnya Indonesia, saat ini terpaksa yang dilakukan adalah dengan cara mendaringkan semua pembelajaran, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mulai dari materi dan praktek.

    “Pemda dapat memberikan stimulus seperti uang transportasi bagi guru-guru yang melakukan pembelajaran dari rumah ke rumah, dikarenakan sulitnya sinyal dan orangtua yang tidak memiliki hp,” paparnya.

    Sementara itu, menurutnya saat ini parenting menjadi penting, karena peran sentral orangtua yang menggantikan guru untuk belajar di rumah. Untuk masalah parenting, orang tua perlu membuat skala prioritas. Misalkan orang tua khawatir anaknya kecanduan gadget, maka dalam hal ini, orang tua perlu tahu bagaimana cara agar anaknya tersebut tidak terlalu kecanduan gadget.

    “Selalin itu orangtua harus tidak tertinggal informasi. Sehingga pihak sekolah dan orangtua harus membuat jejaring informasi yang efektif,” katanya.

    Di salah satu SDN di Kecamatan Panggarangan, KBM di masa lockdown korona ini nyaris padam. Hal ini lantaran susahnya jaringan internet dan juga kendala orang tua yang tidak semua memiliki handphone android.

    “Kalau saya tinggal di Ciwaru Bayah tapi anak saya sekolah di salah satu SD Panggarangan, kebetulan dekat dari rumah karena perbatasan dengan Bayah. SD di sana jelas gak ada kegiatan belajar, karena banyak kendala, kalau harus pakai HP tidak semua punya, anak saya masih kelas tiga SD, paling setiap seminggu dua kali guru kelasnya selalu datang ke rumah untuk memberi tugas atau hapalan, itu aja,” ujar Didin, warga Ciwaru Bayah.

    Salah seorang guru di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Mathla’ul Anwar (MA) yang berada di Kampung Cempakasari Desa Sukaraja Kecamatan Malingping, Rina Pebriani mengungkapkan, kendati dalam suasana perintah lockdown namun KBM tiap hari tetap berjalan, dan itu dilakukan dengan cara menggunakan aplikasi internet melalui handphone android.

    “Kita oleh sekolah harus tetap ngisi absen belajar dan juga laporan harian pengajaran setiap hari sesuai bidang study masing-masing dengan melalui jaringan internet via WA dan Zoom Meeting,” ungkapnya.

    Menurutnya, kendala terkadang ditemui, seperti gangguan jaringan internet, namun semua bisa teratasi. “Gangguan jaringan internet adalah kendala utamanya, bisa dari listrik mati karena hujan sehingga jaringan pun terganggu. Bisa juga karena hape di orangtua murid sedang tidak ada paketan. Tapi kita retap sabar, mulai pagi sampai sore kita pantau terus melalui orang tua masing-masing. Dan kita biasa suka tugaskan murid untuk baca dan hapalkan, misal buku anu halaman anu hapalkan atau hapalan lainnya sesuai kurikulum,” kata Rina.

    Ketua Komisi III DPRD Lebak, Yayan Ridwan kepada BANPOS, Minggu (10/5) mengaku prihatin dengan kondisi sekarang terutama untuk dunia pendidikan.

    Keprihatinan tersebut kata Yayan, karena banyak hal yang tidak mendukung terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar jarak jauh bagi anak didik diperkampungan.

    “Iya betul, belajar jarak jauh tidak efektif, saya sangat prihatin dengan kondisi sekarang ini, terutama untuk dunia pendidikan, anak didik jadi tidak jelas apalagi anak yang berada di perkampungan, karena banyak hal yang tidak mendukung,”katanya

    Ditanya soal ada rencana dari Mendikbud bahwa dana BOS dapat digunakan untuk subsidi kuota bagi pelajar dan guru, serta ada skenario dimana belajar daring diperpanjang hingga akhir tahun, Ketua Komisi III DPRD Lebak mengaku belum mengetahui.

    “Secara lembaga kami belum tahu rencana tentang itu, rencana besok kami mau ngobrol dengan Diknas untuk diskusi tentang itu. Hasilnya nanti kami sampaikan,” ungkapnya.

    Salah satu orang tua siswa di Cilegon, Diana Ayu Farhah mengatakan untuk pembelajaran daring sebenarnya memiliki kekurangan dan kelebihan. “Kalau belajar dirumah anak-anak lebih terpantau untuk berkegiatannya selama tidak pernah disekolah. Kalau disekolah kan kita semua sudah serahkan kesekolah, cuman tidak efektifnya mungkin masalah dari pihak sekolah tugas terlalu banyak. Sebagai orang tua kadang-kadang repot juga kemudian apa saja kegiatanya kita harus melaporkan. Mulai bangun tidur, solat duha, solat lima waktunya, sampai ke tarawihnya. Jadi sekarang lebih ke situ (kegiatan ramadan),” terangnya.

    Diana juga mengeluhkan sering terjadinya gangguan signal dari operator saat anaknya sedang belajar daring tersebut. “Sinyal telepon masalah banget, pengaruh banget seperti operator XL jelek banget jadi sering hilang-hilang gitu ngga bagus sinyalnya. Tapi karena pake wifi juga, alhamduliah bisa dilanjutkan pelajarannya,” tutup orangtua dari Affan Abdul Jabar tersebut.

    Salah satu guru SMPN 7 Kota Cilegon Muinudin menambahkan bahwa sejauh ini keluhan dari siswa terkait dengan kuota internet.

    “Ya paling kendalanya ngga semua siswa ada kouta, ada yang tidak tapi selama ini alhamdulilah lancar aja. Keluhan dari orangtua sama murid paling keluhannya masalah kuota,” tandasnya.

    Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kota Cilegon Ismatullah menerangkan bahwa pihaknya saat ini memaksimalkan pembelajaran daring melalui sarana dan prasana yang ada.

    “Adapun terkait kaitan dengan pemkot sudah memandatkan kepada dinas pendidikan aktifitas daring itu sehingga berjalan dengan baik dan lancar,” kata Ismatullah.

    Menurutnya sejauh ini Dindik Kota Cilegon sudah melakukan pembelajaran dengan sistem online atau daring sesuai dengan arahan dari pemerintah daerah maupun pusat.

    “Untuk daring ini ada yang efektif untuk sekolah, orangtua yang memiliki fasilitas lengkap tapi kalau fasilitas yang tidak lengkap itu seperti contoh di Cipala di Gunung Batur terus beberapa daerah di Cibeber yang akses internetnya terkendala itu pada akhirnya kita menggunakan WA (Whatshap), menggunakan daring secara program yang kita lakukan kalau yang dari murni bisa mengakses dari laptop dari akses wifi maupun internetnya ada, sehingga itu berjalan karena fasilitas sekolah, fasilitas orang tua lengkap,” terangnya.

    “Jadi kalau disebut efektifnya ya efektif untuk yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai,” sambung Ismatullah.

    Mantan Kabag Kesra Setda Kota Cilegon ini mengatakan terkait dengan keluhan yang masuk dari pihak guru, orang tua maupun murid, pihaknya mengaku banyak sekali masukan salah satunya mengenai sinyal internet dan lain-lain.

    “Murid tentunya tidak berkembang, kemampuan kreatifitas dalam pembelajarannya. Dikarenakan mereka tidak memiliki sarana tanya jawab, berinteraksi dengan gurunya secara langsung padahal kemampuan bertanya jawab itu merupakan tujuan pendidikan juga. Dengan daring ini seakan-akan tanya jawab itu hanya dengan literasi tertulis tidak bisa secara ekspresi mereka kepada gurunya dan guru juga tidak memiliki keleluasaan untuk menjawab pertanyaan siswa karena melayani siswa yang 30 orang misalkan sekelas dalam waktu yang bersamaan,” tuturnya.

    Salah satu guru SD di Kabupaten Serang, Titin Uliawati, mengatakan bahwa saat ini dirinya memang kesulitan dalam melakukan pembelajaran secara daring. Apalagi di tempat ia mengajar, mayoritas peserta didik merupakan anak dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ataupun buruh pabrik yang anaknya dititipkan kepada kakek dan nenek mereka.

    “Banyak dari mereka yang tidak memiliki ponsel pintar untuk menunjang pembelajaran daring. Terlebih yang mengasuh mereka merupakan kakek dan nenek mereka yang masih tidak terbiasa dengan teknologi,” ujarnya.

    Senada disampaikan oleh salah satu guru di Kota Serang, Fatmawati. Ia mengatakan, banyak dari para peserta didik yang tidak memiliki fasilitas penunjang dalam pembelajaran daring. Kalaupun ada, ia mengaku bahwa sedikit sekali peserta didik yang benar-benar mengikuti pembelajaran.

    “Gak semua siswa punya WhatsApp. Kalaupun ada, yang benar-benar mengikuti pembelajaran itu palingan hanya tiga atau empat orang saja yang mengikuti. Padahal kan satu kelas itu ada 26 orang lebih dan yang memiliki WhatsApp itu ada 15 orangan,” katanya.

    Menurutnya dalam kondisi seperti saat ini, orang tua didik dapat benar-benar memantau pola belajar dari anaknya. Dengan demikian, meskipun pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka, para peserta didik dapat mengikuti pembelajaran semaksimal mungkin.

    “Karena kami para guru juga tidak mungkin mengontrol murid kami secara daring. Peran orang tua sangat penting pada saat ini. Dampingi terus anak-anaknya, sehingga pendidikan dapat terus terjaga meskipun tidak tatap muka,” tegasnya.

    Sementara itu, Dindikbud Kabupaten Serang menyatakan bahwa dalam menunjang pembelajaran jarak jauh atau daring, banyak hal yang telah dilakukan oleh pihaknya. Baik berupa aplikasi seperti google classroom, dan ada juga pembelajaran melalui media televisi.

    “Dalam kondisi seperti ini, metode seperti itu yang dinilai paling efektif. Mau bagaimana lagi, karena sekarang kan peraturan dari pusat tidak diperbolehkan ada belajar di ruangan sekolah, maka dari itu kami menggunakan fasilitas yang ada,” ujar Kepala Dindikbud Kabupaten Serang, Asep Nugraha Jaya, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (9/5).

    Menurutnya, tak sedikit keluhan yang diungkapkan oleh guru, tenaga pengajar, orangtua maupun murid. Pembelajaran yang menggunakan media daring, memiliki keterbatasan baik dari media pendukung saat melakukan aktivitas belajar mengajar melalui aplikasi, seperti dituntut untuk memiliki kuota dan koneksi internet yang bagus.

    Asep mengatakan, meskipun tidak ada kewajiban dari Pemerintah pusat untuk melakukan proses belajar sesuai dengan kurikulum, pihaknya tetap melaksanakan upaya pembelajaran. Hal itu merujuk kepada SE dari Kemendikbud nomor 4 tahun 2020.

    “Disitu dinyatakan, tidak boleh ada aktivitas belajar mengajar di kelas. Sekolah tidak boleh dilakukan pembelajaran. Peraturan yang dibuat ini sangat longgar sekali,” jelasnya.

    Menurutnya, orientasi belajar yang dilakukan di rumah lebih ke arah pengembangan life skills atau ketrampilan hidup di masa Covid-19, dan tidak mengejar target kurikulum. Namun ia menegaskan, pihaknya terus berupaya menjalankan proses aktivitas belajar mengajar.

    “Pembelajaran daring itu tidak menjadi keutamaan, namun tetap kami lakukan. Adapun pemerintah daerah menyiapkan pembelajaran daring tersebut, adalah sebagai alternatif,” tegasnya.

    Dalam SE Kemendikbud dinyatakan bahwa dana BOS dapat digunakan untuk subsidi kuota bagi pelajar dan guru. Menanggapi hal tersebut, Asep mengaku bahwa bukan digunakan untuk membeli kuota. “Akan tetapi untuk menunjang yang proses belajar semasa Covid-19. Bukan hanya untuk kuota saja, kalau anak-anak dibagikan kuota seperti itu, kepentingan yang lain mau bagaimana,” ucapnya.

    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang, Taufik Hidayat, menyatakan bahwa konsep belajar di rumah sebenarnya tidak asing bagi beberapa kalangan, bahkan disebut sebagai salah satu pendidikan alternatif dari jalur Pendidikan Non Formal. Menurut Taufik, efektifitas belajar di rumah harus dievaluasi secara keseluruhan.

    “Kalau berbicara efektif, kita harus melakukan evaluasi secara keseluruhan. Yang pasti didalam surat edaran Menteri tersebut bahwa kegiatan yang pertama adalah Ujian Nasional dan Ujian Sekokah ditiadakan, untuk kelulusan sendiri sudah menjadi kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Pandeglang dengan melihat hasil ujian semester awal sampai semester akhir,” jelasnya.

    Untuk keluhan para guru, orang tua dan murid sendiri, ia menuturkan bahwa fasilitas di Kabupaten Pandeglang belum semua kecamatan memiliki sinyal internet yang memadai. Sehingga masih ada beberapa hal yang tidak dilakukannya daring.

    “Tapi kami meberi tugas kepada semua guru melakukan dengan luring atau memberikan tugas seminggu sekali kepada muridnya. Meskipun tidak seluruh rumah disambangi oleh guru tersebut, paling menyambangi salah satu murid atau ketua kelompoknya karena kita harus tetap melakukan protokol kesehatan,” ungkapnya.

    Kepala Dindikbud Kota Serang, Wasis Dewanto, menjelaskan bahwa sejak awal mula ditetapkannya status Provinsi Banten menjadi kejadian luar biasa (KLB), pihaknya telah melakukan antisipasi dengan menggelar rapat bersama jajaran Dindikbud.

    Hasilnya, Dindikbud Kota Serang mengambil keputusan untuk menerapkan pembelajaran jarak jauh kepada seluruh instansi pendidikan yang berada di bawah naungan mereka.

    “Tujuannya yaitu pertama untuk menyelamatkan peserta didik dan yang kedua menyelamatkan masyarakat sekitar. Karena bisa kita bayangkan, ada berapa banyak jumlah peserta didik di Kota Serang ini, sedangkan sekolah adalah tempat guru dan murid saling berkontak erat,” ujarnya.

    Menurut Wasis, pihaknya telah mempersiapkan metode pembelajaran yakni dalam jaringan (Daring) dan luar jaringan (Luring) agar proses belajar mengajar tetap berjalan.

    “Mungkin untuk yang sudah memiliki ponsel cerdas atau komputer serta berada di wilayah dengan jaringan yang mumpuni, akan dengan mudah mengikuti belajar daring. Bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki itu semua? Makanya kami juga mempersiapkan metode luring,” katanya.

    Lebih lanjut dijelaskan Wasis, metode luring yang dimaksud olehnya yakni setiap peserta didik dipersilahkan datang ke sekolah satu persatu untuk diberikan tugas. Hal ini khusus bagi mereka yang tidak memiliki fasilitas penunjang pembelajaran daring.

    Wasis mengakui, baik pembelajaran daring maupun luring masih belum efektif dalam pelaksanaannya. Namun menurutnya, di tengah pandemi saat ini, yang harus dikedepankan ialah bagaimana upaya maksimal dari pemerintah dalam memfasilitasi para peserta didik.

    “Dinas Pendidikan mengupayakan untuk memfasilitasi secara maksimal. Memang dirasa kurang efektif tapi tetap diupayakan untuk maksimal, karena ini semua demi kebaikan bersama, untuk menyelamatkan anak didik kita,” jelasnya.

    Selama masa pembelajaran di rumah ini juga Wasis mengakui bahwa banyak sekali keluhan yang masuk, baik dari peserta didik maupun orang tuanya. Salah satunya ialah bosan ketika harus terus berada di rumah.

    “Jadi ada cerita seperti ini. Ada siswa yang bosan, bahkan merasa sedih dan kangen banget untuk bertemu dengan teman sekolahnya. Tapi selain itu memang keluhan-keluhan soal kuota yang boros, tidak ada jaringan dan tidak ada gawai yang memadai sering kami dapatkan,” ungkapnya.

    Soal subsidi kuota internet melalui dana BOS, Wasis mengaku hal itu sudah diatur oleh Kemendikbud RI. Menurutnya, berdasarkan surat edaran Mendikbud, sekolah diperbolehkan untuk menyubsidi kuota bagi guru dan murid. Namun untuk teknisnya, diserahkan kepada setiap sekolah.

    “Kuota data internet akan dibagikan kepada guru dan ataupun nantinya untuk siswa, itu ada di kebijakan dari masing-masing sekolah, kan ada juknisnya. Kami hanya rekomendasi dan mengawasi,” ucapnya.(MG-02/CR-01/MUF/DZH/LUK/PBN)

  • WH Surati Jokowi, Ada Poin yang Misterius

    WH Surati Jokowi, Ada Poin yang Misterius

    DENGAN dalih menyelamatkan penyelenggaraan pemerintahan, pada 23 April lalu, Gubernur Banten Wahidin Halim (WH) memindahkan rekening kas umum daerah (RKUD) dari Bank Banten ke Bank Jabar Banten (BJB), serta berniat melakukan merger antara Bank Banten dan BJB. Dan dampak yang terjadi masyarakat berbondong-bondong mengambil uang secara besar-besaran dan terjadilah rush money dan kepercayaan masyarakat seketika itu sirna terhadap Bank Banten.

    Belum lama ini, WH juga menyampaikan pemberitahuan kepada DPRD Banten terkait dengan rencana pinjaman daerah ke BJB sebesar Rp800 miliar tanpa bunga. Dan ini juga yang menyebabkan kegaduhan kedua, kebijakan WH selama bulan suci Ramadan. Yang pertama adalah, pemindahan RKUD, terjadi rush money disaat pandemik Covid-19.

    Dan langkah WH yang dianggap sensasional dan terkesan terburu-buru atau panik ditengah tidak ada kejelasan keinginannya melakukan merger Bank Banten dan BJB, dengan berkirim surat langsung kepada Presiden Jokowi. Surat tertanggal 29 April itu ditembuskan kepada Menteri Keuangan yang juga selaku Ketua KSSK, Mendagri, Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Gubernur Jawa Barat, Gubernur Bank Indonesia dan Ketua DPRD Banten.

    Dalam surat yang dikirim WH terdapat 10 point, namun tidak tercantum point 5. Dari 4 langsung ke point 6. Dalam surat bernomor 580/933-BPKAD/2020, Perihal progress pasca Letter of Intent (LOI) antar Gubernur Banten dan Gubernur Jawa Barat.

    Dalam surat tersebut, WH bercerita bahwa kondisi Bank Banten saat ini sudah dianggap memiliki beban dan tangunggan yang harus ditunaikan, termasuk WH menyebutkan Bank Banten pada posisi loan to deposito ratio (LDR) 105,17 persen. Disebutkan juga bahwa Bank Banten memiliki pinjaman PKUB yang berasal dari bank-bank pembangunan daerah lainya sebesar Rp340 miliar.

    ‘Memohon kepada Bapak Presiden melalui fasilitasi Otoritas Jasa Keuangan untuk dapat merealisasikan kesepakatan LOI dałam menyelamatkan dana Pemprov dan mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari serta menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap Bank Banten dan membantu kelancaran pelaksanaan LoI melalui pendelegasian Peraturan OJK sebagaimana dimaksud dałam pasał 23 ayat (2) Peraturan Pemerintah Penganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), yang didalam diharapkan terdapat norma-norma yang memudahkan dałam proses merger atau kerjasama di bidang perbankan,” demikian point 10 isi surat WH yang dikirim ke Jokowi.

    Sekretaris Komisi IV pada DPRD Provinsi Banten, Fitron Nur Ikhsan ‘menguliti’ surat tersebut. Pada poin pertama surat tersebut, dituliskan bahwa telah dilakukan pembahasan antara pihak Bank Banten dan pihak Bank BJB serta pihak Pemprov Banten yang difasilitasi oleh OJK dalam rencana penggabungan (merger) antara Bank Banten dengan Bank BJB. Menurut Fitron, hal ini aneh lantaran Pemprov Jabar tidak dilibatkan dalam pembahasan itu.

    “Pembahasan tidak melibatkan Pemprov Jabar. Padahal LOI adalah antara Pemprov Jabar dan Pemprov Banten. Gubernur Banten ngebet banget merger ke BJB. Tapi Gubernur Jabar kayaknya gak peduli,” katanya.

    Dalam poin kedua, Fitron mengatakan bahwa Bank BJB tidak bisa sekadar menjawab mau merger atau akuisisi sebelum mereka melakukan proses uji tuntas atau Due Diligent (DD), yang mencakup financial DD, operational DD dan legal DD. Hasil dari DD tersebut akan disampaikan kepada seluruh pemegang saham BJB dalam rangka mengambil keputusan apakah feasible dan menguntungkan jika merger dengan BB.

    “Proses DD ini biasanya dilakukan dengan penunjukan auditor yang independen. Rasanya Gubernur Jabar tidak bisa mengambil keputusan sendiri, karena mereka hanya memiliki 38 persen saham di BJB. Sementara BJB adalah perusahaan TBK. Biasanya keputusan strategis seperti ini harus masuk di RUPS sehingga quorum mayoritas pemegang saham,” terangnya.

    Pada poin ketiga, WH menuliskan bahwa Bank Banten telah melakukan komunikasi secara intens dengan OJK untuk membantu pemenuhan likuiditas dari bank BJB dapat segera terealisasi. Fitron mengatakan, secara jelas dalam poin itu WH mengemis kepada bank BJB untuk membantu likuiditas dari Bank Banten.

    “Bank Banten bertepuk sebelah tangan dan membuktikan bahwa LOI bukan sesuatu yang direncanakan dan diminati kedua belah pihak, melainkan keterpaksaan di pihak bank BJB. Saya lagi mikir harga diri sebagai warga Banten,” terangnya.

    Poin 4 huruf a dan point b disebut Fitron sangat jelas alasannya dan masuk akal. Tapi juga sekaligus membuktikan bank BJB tidak berminat mengambil risiko memasukan uangnya ke Bank Banten. Bahkan ia kembali menyebut bahwa WH bertepuk sebelah tangan dan harus mengemis walaupun ada LOI.

    “Huruf c, bank BJB menyarankan Bank Banten untuk minta bantuan likuiditas ke LPS. Kenapa Gubernur gak pernah coba lakukan ini? Dari awal harusnya Gubernur lakukan ini. Faktanya tidak pernah ada kajian untuk minta bantuan LPS. Bahkan di surat ini pun tidak ada tembusan ke LPS,” ungkapnya.

    Lucunya, Fitron mengatakan bahwa pada surat resmi yang disampaikan kepada Presiden Jokowi ternyata terdapat keteledoran. Sebab, terdapat satu poin yang longkap, yakni poin nomor 5.

    “Nomor 5 kok gak ada yah? Dari 4 langsung ke 6. Teledor ini surat ke presiden seperti ini,” ucapnya.
    Poin 6 dan 7 dikritisi secara singkat oleh Fitron. Dalam poin 6, disebutkan bahwa bank BJB menyatakan bahwa proses take over kredit ASN akan berlangsung agak lama. Sedangkan pada poin 7 disebutkan hanya melaporkan progres pemindahan data.

    “(Seharusnya) proses take over kredit ASN bisa cepat dilakukan kalau bank BJB (memang) berminat bantu likuiditas Bank Banten. Poin 7 hanya melaporkan progres pemindahan data,” ujarnya.

    Fitron mengatakan, pada poin 8 menjelaskan kondisi likuiditas Bank Banten sangatlah buruk. Hal ini menurutnya mencerminkan manajemen yang buruk serta ada permasalahan pada pengawasan Bank Banten.

    “Potret global Bank Banten membutuhkan Rp1,5 triliun untuk menormalisasi jalannya perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam proses DD, perhitungan kebutuhan dana akan lebih detail termasuk juga perhitungan berapa besar kredit macet yang ada di Bank Banten. Info terkini kredit macet di Bank Banten ada sekitar Rp2 triliun. Jadi kasarnya, kebutuhan dana penyehatan Bank Banten sekitar Rp3,5 triliun,” jelasnya.

    Poin 9, Fitron menegaskan bahwa apabila melalui pendekatan bisnis to bisnis, bank BJB tidak akan mau mengambil alih Bank Banten atau melakukan merger. Sehingga saat ini, WH sedang mengharapkan penyelamatan secara gratis dari Presiden Jokowi.

    “Dengan pendekatan bisnis to bisnis, tidak mungkin BJB mau ngambil alih Bank Banten atau melakukan penggabungan karena sudah pernah dijajaki oleh BRI dan CT Corpora dan hasilnya batal masuk. Gubernur sedang berharap penyelamatan gratis dari presiden,” tegasnya.

    Pada statement penutupan, Fitron mengatakan bahwa WH terlihat begitu frustasi dan khawatir kalau merger tidak terealisasi. Kalau bisa merger gratis, Gubernur berharap kecerobohannya akan bisa ditutupi.

    “Kalau sampai gagal realisasi, Bank Banten akan terpuruk tanpa peminat dan kemungkinan dilikuidasi (tutup). Kalau Bank Banten tutup, pemprov harus menyiapkan dana besar untuk menutupi kewajiban kepada pihak ketiga,” katanya.
    Secara tegas, Fitron menyebutkan bahwa surat gubernur kepada presiden menunjukkan bukti bahwa proses merger bukanlah sesuai yang direncanakan dan diinginkan. Pihak bank BJB pun menjadi korban karena dipaksa menerima penggabungan dengan dalih Covid-19.

    “Padahal saya menduga ini adalah langkah panik OJK karena kecolongan atas kecerobohan pememindahan RKUD tanpa melakukan kajian yang proper. Saya juga dari awal sudah meminta dilakukan penyehatan, bukan pembiaran,” ucapnya.
    “Kalaulah Bank Banten bukan bank milik pemerintah, langkah gubernur sudah tepat. Tapi karena Bank Banten milik kita (orang) Banten, langkah yang harusnya dilakukan bukan seperti sekarang,” tandasnya.

    Sementara, Wakil Ketua Komisi III DPRD Banten, Ade Hidayat menilai kebijakan yang telah diambil oleh WH selama Ramadan ini menyulitkan pemerintahan. Dengan memindahkan RKUD Bank Banten ke BJB dan rencana merger bank, membuat pemprov panik. Dan akhirnya berkirim surat ke Jokowi mengenai kondisi daerahnya.

    “Saya pikir karena tidak ada komitmen dari gubernur yang pada bebarapa waktu lalu membiarkan kondisi Bank Banten tidak semakin sehat. Andai saja saat penyertaan modal yang pertama dianggarkan untuk Bank Banten, saya rasa ceritanya akan berbeda, tapi karena tidak ada keinginan gubernur, yang ada sekarang malah melakukan pinjaman daerah Rp800 miliar ke BJB tanpa ada bunga. Ini kan bertambah aneh. Pinjam uang ratusan miliar kepada BJB yang merupakan perusahaan TBK atau terbuka, tanpa ada bunga. Ini ada apa loh? Jangan-jangan ini memang sudah direncanakan jauh-jauh hari,” ungkapnya.

    Oleh karena itu lanjut Ahi (sapaan Ade Hidayat), pihaknya dalam waktu beberapa hari akan memanggil Kepala BPKAD Banten, Rina Dewiyanti guna mempertanyakan mengenai pinjaman daerah tersebut.

    “Pekan ini kita undang Kepala BPKAD, kalau tidak Rabu atau hari Kamis, suratnya akan kami kirim Senin besok (hari ini, red),” ungkap Ahi seraya mengingatkan Rina untuk datang, jika tidak pihaknya juga akan memanggil Sekda Banten, Al Muktabar.

    Menyinggung surat WH yang disampaikan ke Jokowi pada akhir bulan April itu diakuinya terkesan terburu-buru. Hal ini dapat dilihat dari point per point yang hilang satu.

    “Kalau surat itu saya pribadi menilainya hanya curhatan gubernur. Dan untuk proses merger itu tidak mudah. Saya rasa pemprov hanya bertepuk sebelah tangan saja yang berharap merger Bank Banten ke BJB,” imbuhnya.(DZH/RUS/ENK)

  • Ada Pegawai Positif Covid-19, Pelayanan RSUD Cilegon Tetap Normal

    Ada Pegawai Positif Covid-19, Pelayanan RSUD Cilegon Tetap Normal

    CILEGON, BANPOS – Pelayanan RSUD Cilegon pasca pengumuman salah seorang pegawainya terkonfirmasi positif mengidap Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), tetap berjalan. Namun, tetap bakal ada pembatasan, baik jumlah yang melaksanakan pelayanan, serta pasien yang melakukan pemeriksaan.

    Hal itu disampaikan Juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Cilegon, Ahmad Azis Ade, Minggu (10/5). Menurutnya, pembatasan dilakukan untuk meminimalisir resiko penyebaran virus korona di tempat itu.

    “Nanti sudah diatur oleh Plt Dirut (Arriadna-red), pelayanan juga akan tetap dilakukan karena ini utama,” terang Aziz.

    Sementara itu, Plt Dirut RSUD Kota Cilegon yang juga Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) dr. Arriadna menjelaskan, pihaknya sudah melakukan inventarisasi sejumlah tenaga medis dan karyawan yang kontak langsung dengan DK.
    Saat ini pihaknya juga sudah melakukan serangkaian rapid test. Namun, untuk yang kontak dengan OTG seperti Walikota, Muspida dan tidak dinyatakan OTG dan tidak memerlukan tes.

    Selain adanya perawat Positif Covid-19, pada Minggu (10/4), Dinkes juga menemukan adanya warga yang hendak menjadi buruh pabrik yang dinyatakan positif usai menjalani pemeriksaan swab di Rumah Sakit Krakatau Medika.
    Buruh berinisial KN (42) asal Kabupaten Purwakarta, Provinsi Jawa Barat itu adalah buruh PT Benteng Api Tehnik (BAT) yang akan mengerjakan proyek dari PT Krakatau Engenering (KE) dan ngekos di Perum Arga Bajapura, Kecamatan Grogol.

    Sebelumnya KN memeriksakan medikal cekup di RSKM pada Selasa (5/5) dan berdasarkan hasil swab positif, yang kemudian di rujuk ke Wisma Atlit untuk dirawat. (BAR/LUK/RUL)

  • 130 KK Link Tegal Tong Bantu Korban Banjir

    130 KK Link Tegal Tong Bantu Korban Banjir

    CILEGON, BANPOS – Rasa empati terhadap korban banjir bandang di Kota Cilegon terus digaungkan sejumlah pihak. Seperti yang dilakukan Warga Link Tegal Tong, RT 04/05, Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Citangkil, Kota Cilegon.
    Secara sukarela dan bersama sama, warga Link Tegal Tong yang terdiri 130 Kepala Keluarga ini mengumpulkan donasi dari warga lingkunganya untuk disalurkan kepada korban banjir bandang.

    Dipimpin Ketua RT, Suyadi dan Pimpinan Majelis Silaturahmi, Asep memberikan bantuan paket sembako dan peralatan pembersih, air miner dan baju layak pakai.

    Bantuan paket sembako ini diserahkan perwakilan warga Link Tegal Tong diberikan di Posko Bencana GP Ansor Cilegon di Majelis Daarul Muta’alimin RT 03/06, Link Gerem Kagungan, Kelurahan Gerem, Kecamatan Grogol, Minggu (9/5).
    Bantuan diserahkan langsung Ketua RT 04/5 Link Tegal Tong dan diterima oleh Abah Nasrudin selaku Pimpinan Majelis Da’arul Muta’alimin.

    “Alhamdulillah warga kami se lingkungan RT secara ikhlas dan bersama sama sepakat mengumpulkan donasi sumbangan untuk korban banjir bandang di sebagian Kota Cilegon, khususnya di wilayah Kecamatan Grogol ini,” ujar Sayudi.
    Ia mengungkapkan bantuan paket sembako ini semoga bermanfaat untuk warga Link Gerem Kagungan yang terdampak banjir bandang.

    Sementara itu, Abah Nasrudin mengucapkan rasa terimakasihnya atas kepedulian warga Link Tegal Tong dan empatinya kepada warga warga terdampak banjir bandang. “Semoga rasa empati dan kepeduliann warga Link Tegal Tong menjadikan tali silaturahmi dengan warga seiman,” ucap Abah Nasrudin. (BAR/RUL)

  • Kas Daerah Seret, Banten Bangkrut?

    Kas Daerah Seret, Banten Bangkrut?

    BELAKANGAN ini, sejumlah permasalahan ekonomi menimpa Pemprov Banten. Pemindahan rekening kas daerah dari Bank Banten ke Bak BJB, tak terbayarnya insentif tenega medis di RSUD Banten hingga keluhan sejumlah pengusaha soal sulitnya mengajukan pembayaran hasil pekerjaan menggambaarkan kesulitan finansial yang dialami Pemprov Banten. Mungkinkah Banten mengalami kebangkrutan di era Wahidin Halim-Andika Hazrumy?

    Kondisi keuangan Pemprov Banten saat ini benar-benar kosong. Untuk memenuhi kewajibanya saja, seperti membayar honor bulanan kepada 9 ribu lebih pegawai non ASN yang dibawah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) saja sampai saat ini belum dapat dicairkan. Pemindahan rekening kas umum daerah (RKUD) Pemprov Banten, dari Bank Banten ke Bank bjb, dituding ikut menyebabkan kekisruhan pengelolaan keuangan di Pemprov sendiri.

    Akhir pekan lalu, sejumlah tenaga medis RSU Banten mengadukan nasibnya ke Komisi V DPRD Banten. Mereka mempertanyakan uang insentif yang dijanjikan Pemprov Banten. Dalam kesepakatan awal akan dicairkan setiap tanggal 25 pada setiap bulannya, tetapi pada praktiknya, hingga berita ini dibuat insentif itu tak sepenuhnya diterima oleh para tenaga medis.

    Seorang dokter yang ikut membantu di RSU Banten, mengaku diminta oleh Kepala Dinkes Banten untuk membantu penanganan Covid-19 sejak RS tersebut ditunjuk menjadi RS rujukan. Dalam awal kesepakatan, tenaga medis berikut pegawai lain yang bertugas di RSUD Banten bakal mendapatkan insentif.
    Standar satuan harga (SSH) insentif yang diterima akan beragam tergantung posisinya. Antara lain dokter akan mendapatkan insentif senilai Rp50 juta, perawat Rp20 juta, dan dokter spesialis Rp75 juta. Tetapi hingga satu bulan setengah dirinya menjalankan tugas, insentif yang dijanjikan belum juga diterima.
    “Yang saya ingin tanyakan di sini kami sudah berjalan satu bulan setengah. Kami sudah memberikan pelayanan terbaik untuk pasien,” ujarnya.
    Insentif sangat berarti untuk tenaga medis, utamanya untuk memenuhi kebutuhan anak dan istri yang ditinggalkan bertugas. Sebab, selama bertugas dirinya menjalani karantina dan tak pernah bertemu dengan anak istri.
    “Kami meninggalkan tempat praktik kami. Di sini sudah satu bulan setengah tidak ketemu anak istri kami dan tidak ada pemasukan,” katanya.

    Di tempat lain, seorang pengusaha mengaku kesal karena pekerjaannya tak kunjung dibayar oleh Pemprov Banten. Padahal kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya sudah selesai dan sudah mendapatkan Surat Perintah Membayar (SPM) dari OPD pelaksana kegiatan.

    Si pengusaha mengaku sudah mengajukan SPM itu di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), tetapi SPM itu tak digubris oleh pegawai BPKAD. Usut-punya usut, dia mendapat informasi kalau ternyata SPM tak dilayani karena kas daerah memang sedang kosong.

    “Kalau begini kami juga bingung. Kami ini pengusaha kecil yang sudah mengeluarkan modal untuk melaksanakan kegiatan di OPD, kalau tidak segera dibayarkan oleh Pemprov Banten, kami mau makan dari mana?” kata pengusaha yang aktif berorganisasi itu.

    Ketua Komisi III DPRD Banten, Gembong R Sumedhi dihubungi melalui telpon genggamnya, Minggu (10/5) membenarkan bahwa kasda Pemprov Banten dalam kondisi kosong. Penyebabnya adalah menurunya pendapatan asli daerah (PAD) dari sektor pajak kendaraan bermotor (PKB) yang menurun drastis.

    “Pendapatan dari PKB menurun tajam. Yang biasanya per har itu bisa mencapai Rp22,5 miliar, sekarang rata-rata hanya Rp4 miliar saja. Makanya kasda kosong dan dialihkan dari Bank Banten ke BJB. Dan uang yang ada hanya untuk bayar gaji-gaji saja. Sejak ada pandemik korona ini,” katanya.

    Sementara itu Kepala BPKAD Banten Rina Dewiyanti dalam WhatsApp Messenger mengakui belum dibayarkannya honor Non ASN pemprov. Dan akan dibayarkan jika sudah ada surat masuk.

    “Senin usulan yang sudah masuk ke BPKAD kita salurkan,” katanya.

    Adapun mengenai insentif kesehatan diakui Rina yang merupakan pejabat eselon II Pemprov Banten hasil lelang jabatan atau open bidding sudah dibayarkan namun secata bertahap.

    “Insentif tenaga medis sudah disalurkan dan honor secara bertahap sudah direalisasikan juga,” jelas dia.

    Namun sayangnya Rina tidak menjawab dengan tegas mengenai penolakan tagihan pembayaran penyelesaian pihak pekerjaan oleh kontraktor.

    “Kita prioritaskan dalam rangka penanganan Covid-19 dan belanja wajib terlebih dahulu. Ya kita prioritas yang betul-betul prioritas disesuaikan dengan ketersedian dana,” paparnya.

    Kabid Pendapatan pada Bapenda Banten, Abadi Nurwanto membenarkan adanya penurunan pendapatan dari PKB yang cukup tajam.

    “Mencapai 50 persen (pendapatan turun akibat Covid-19).Seluruh penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) per hari semula Rp 12 miliar per hari menjadi Rp 5 miliar per hari dan penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) Per hari semula Rp10 miliar per menjadi Rp2 miliar per hari,” pungkasnya.(RUS/ENK)

  • Sempat Kontak dengan OTG di RSUD, Walikota Cilegon Tak Dikarantina

    Sempat Kontak dengan OTG di RSUD, Walikota Cilegon Tak Dikarantina

    CILEGON, BANPOS – Sebanyak 123 Tenaga Medis dan Karyawan RSUD Kota Cilegon dinyatakan dalam Orang Tanpa Gejala (OTG) usai salah satu perawatnya DK (38) positif korona berdasarkan hasil swab.

    Sebelum dinyatakan berstatus OTG, sejumlah karyawan dan tenaga medis tersebut sempat kontak dengan Walikota Cilegon Edi Ariadi dan pimpinan Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) yaitu Kapolres Cilegon AKBP Yudhis Wibisana dan Dandim 0623/Cilegon Rico Ricardo Sirait saat meninjau banjir pada Senin (4/5) lalu.

    Sejak diumumkan pada Sabtu (9/5) lalu terkait 123 perawat berstatus OTG, sampai sekarang walikota dan muspida tak melakukan isolasi mandiri. Bahkan, ketiganya bersama-sama ikut dalam rapat evaluasi di Ruang Rapat Walikota Cilegon, Minggu (10/5).

    Diketahui Edi Ariadi bersama, Yudhis dan Rico mengunjungi RSUD pukul 19.00 WIB saat kondisi banjir. Ketiganya berkeliling sejumlah ruangan yang ada di RSUD Kota Cilegon, Bahkan Edi juga secara tidak langsung berbincang dengan sejumlah perawat serta sekuriti yang statusnya sekarang OTG.

    Jubir Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Ahmad Aziz Setia Ade menjelaskan, meski sempat mengunjungi RSUD Cilegon dan kontak dengan perawat dan pegawai yang berstatus OTG, dipastikan jika Edi tidak menyandang status OTG seperti lainnya. Hal itu karena Edi tidak kontak langsung dengan DK perawat positif korona.

    “Engga (ODP), Engga di tes (rapid tes). Sebab, OTG itu kalau sudah ada kontak dengan yang positif hasil PCR (Polymerase Chain Reaction),” tandas Aziz.(LUK/RUL/ENK)

  • Update Covid-19 Banten Hari Ini, Rekor Penambahan Kasus Positif

    Update Covid-19 Banten Hari Ini, Rekor Penambahan Kasus Positif

    SERANG, BANPOS – Berdasar data yang diunggah infocorona.bantenprov.go.id, saat ini kasus positif Covid-19 di Provinsi Banten hari ini bertambah sebanyak 471 kasus. Selama akhir pekan kemarin, terjadi penambahan sebanyak 33 kasus positif, termasuk penambahan 21 kasus yang terjadi pada Minggu (10/5).

    Berdasar data itu, penambahan 21 kasus positif dalam sehari adalah jumlah tertinggi sejak kasus positif pertama diumumkan Gubernur Banten, Wahidin Halim pada 12 Maret 2020 lalu. Sebelumnya, rekor penambahan tertinggi adalah 18 kasus per hari yang terjadi 12 April dan 8 Mei 2020 lalu.

    Rincian penyebaran kasus positif Covid-19 hari ini, Kota Tangerang menjadi 209 kasus, Kota Tangsel menjadi 141 kasus, dan Kabupaten Tangerang menjadi 103 kasus. Sementara, Kota Serang 7 kasus, Kabupaten Serang 6 kasus, Kabupaten Pandeglang 3 kasus dan Kota Cilegon 2 kasus.

    Sedangkan untuk kasus meninggal dunia dari kelompok positif Covid-19, kemarin terjadi penambahan 2 kasus. Sehingga, jumlah korban jiwa akibat virus asal negeri tirai bambu itu menjadi 54 kasus.

    Pada sisi lain, angka kesembuhan untuk pasien positif covid-19 terus meningkat. Kemarin terdapat penambahan 5 kasus pasien positif yang dinyatakan sembuh, sehingga jumlah keseluruhan kasus sembuh dari Covid-19 menjadi 139 kasus. Sementara jumlah pasien terkonfirmasi positif yang masih menjalani perawatan adalah 278 orang.

    Pada bagian lain, masih derdasar data yang diunggah di infocorona.bantenprov.go.id, korban jiwa dari kelompok Pasien Dalam Perawatan (PDP) yang dipublish kemarin bertambah sebanyak 12 kasus. Sehingga total PDP yang meninggal dunia menjadi 182 orang.

    Rincian PDP meninggal adalah Kota Tangerang 52 kasus, Kota Tangsel 73 kasus, Kabupaten Tangerang 23 kasus, Kota Cilegon 12 kasus, Kabupaten Serang 11 kasus, Kabupaten Pandeglang 7 kasus dan Kabupaten Lebak 4 kasus. Hanya Kota Serang yang tidak memiliki kasus PDP meninggal dunia.

    Adapun jumlah PDP yang terdata hingga kemarin adalah 1817 kasus, dengan 868 masih menjalani perawatan dan 767 lainnya dinyatakan sembuh.

    Adapun rincian penyebaran PDP di Banten adalah Kota Tangerang 755 kasus, Kota Tangsel 558 kasus, Kabupaten Tangerang 358 kasus, Kabupaten Serang 53 kasus, , Kota Cilegon 26 kasus, Kabupaten Pandeglang 25 kasus, Kota Serang 24 kasus, serta Kabupaten Lebak 18 kasus.

    Sementara, rincian jumlah PDP yang masih menjalani perawatan adalah di Kota Tangerang 276 kasus, Kota Tangsel 275 kasus, Kabupaten Tangerang 270 kasus, Kabupaten Serang 19 kasus, Kota Serang 9 kasus, Kabupaten Lebak 8 kasus, Kabupaten Pandeglang 5 kasus dan Kota Cilegon 6 kasus.

    Sementara, untuk jumlah Orang Dalam Pantauan (ODP) yang dirilis dalam situs tersebut hingga kemarin telah mencapai 7.688 orang. Namun, dari jumlah itu hanya 1.484 orang yang masih dilakukan pemantauan, karena 6.024 lainnya sudah dinyatakan sembuh.

    Adapun rincian ODP yang masih dipantau, terbanyak ada di Kota Tangsel dengan 672 ODP. Setelah itu Kota Tangerang (424 ODP), Kabupaten Tangerang (164 ODP) Kabupaten Serang (119 ODP), Kota Cilegon (31 ODP), Kabupaten Pandeglang (30 ODP), Kabupaten Lebak (23 ODP) dan Kota Serang dengan 21 ODP.(LUK/DHE/PBN/ENK)