Menteri Luar Negeri (Menlu RI) Retno Marsudi menerima kunjungan resmi pertama Menlu Kanada, Melanie Joly di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta, kemarin.
Dalam pertemuan duet menlu perempuan itu, Joly mengungkapkan dukungannya terhadap Presidensi G20 Indonesia. Ia berharap, agenda G20 di Indonesia berjalan lancar, di tengah kondisi geopolitik dunia yang sangat menantang.
Apalagi Indonesia tengah menghadapi tekanan dari berbagai sisi, menyusul serangan Rusia ke Ukraina. Amerika Serikat (AS) dan beberapa negara Barat menjatuhkan ultimatum untuk memboikot G20, bila dihadiri Rusia.
“Kami tentu mendukung Presidensi G20 Indonesia dan juga berharap agenda G20 berjalan sukses di tengah kondisi geopolitik saat ini yang sangat rumit,” ujar Joly dalam press briefing yang dilakukan secara virtual.
Menlu Joly yang tampak segar dengan setelan celana panjang dan blazer putih juga mengapresiasi upaya Indonesia mengatasi krisis Ukraina. Ia prihatin dan berusaha menghibur Indonesia dalam kemelut ini.
Joly menyadari, konflik Rusia dan Ukraina memberikan dampak di berbagai level forum multilateral. Dia juga menyerukan kepada seluruh dunia agar mendesak Rusia menghentikan kekerasan.
“Komunitas internasional harus meminta pemimpin Rusia bertanggung jawab dan mendesak mereka meninggalkan kekerasan, serta menghormati prinsip-prinsip dasar integritas teritorial dan kemerdekaan negara,” ujar Joly.
Sementara Menteri Retno yang mengenakan setelah celana dengan blazer hitam menekankan, G20 merupakan platform penting bagi berbagai pihak sebagai katalis pemulihan ekonomi.
“Orang-orang sedang menunggu hasil nyata hasil G20. Kebijaksanaan diperlukan, terutama di masa yang penuh tantangan ini,” tegas Retno.
Dia menegaskan, Indonesia akan terus menjalin komunikasi, dan konsultasi dengan seluruh anggota untuk menyukseskan agenda G20.
“Kami juga turut mengapresiasi dukungan Kanada,” kata mantan Duta Besar RI untuk Belanda itu.
Lebih lanjut, Retno mengatakan, Indonesia-Kanada memiliki keprihatinan yang sama tentang situasi di Ukraina. Keduanya sepakat akan pentingnya menegakkan prinsip menghormati integritas dan kedaulatan wilayah.
Dia menambahkan, Indonesia menggarisbawahi seruan Indonesia untuk menghentikan perang saat ini juga. Ketegangan harus dikurangi dan negosiasi harus diintensifkan. Indonesia dan Kanada harus menggunakan pengaruh untuk menghentikan perang.
“Perang hanya membawa penderitaan bagi umat manusia dan bagi kita semua,” katanya.
Kunjungan Joly, tahun ini, bertepatan dengan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Kanada . Selama ini pula, kedua negara telah menjalin hubungan baik. Indonesia-Kanada berbagi nilai-nilai demokrasi, pluralisme, dan pentingnya menjunjung hukum internasional.
“Untuk merayakan kemitraan yang kuat, hari ini kami meluncurkan prangko Peringatan 70 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia-Kanada,” ujar Retno sembari menunjukkan perangko-perangko itu.
Kedua Menlu juga telah menandatangani Indonesia-Canada Plan of Action (Rencana Aksi Indonesia-Kanada) untuk periode 2022-2025. Yakni panduan tentang navigasi kerja sama dalam empat tahun ke depan.
Berikutnya, lanjut Retno, bersama Joly, dia juga mengangkat beberapa isu hubungan bilateral dan masalah internasional yang menjadi perhatian bersama, berfokus pada kerja sama ekonomi. Dia bilang, Indonesia menyambut baik peningkatan perdagangan bilateral, bahkan di tengah pandemi.
Perdagangan Indonesia-Kanada meningkat hampir 30 persen pada 2021, mencapai 3,12 miliar dolar AS, Rp 44,8 triliun. Untuk lebih memperkuat perdagangan bilateral, Kanada dan Indonesia telah memulai putaran pertama negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) atau Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif bulan lalu.
Joly di Jakarta, merupakan bagian dari rangkaian perjalanannya ke Indonesia dan Vietnam pada 9-14 April mendatang. [PYB/RM.ID]