Presiden Rusia Vladimir Putin kini menunjuk seorang jenderal baru, untuk menjadi komandan perang di Ukraina.
Dia adalah Komandan Distrik Militer Rusia, Jenderal Angkatan Darat Alexander Dvornikov.
Info ini diungkap pejabat AS dan Eropa sebagaimana dilansir CNN International pada Minggu (10/4), setelah militer Rusia gagal merebut Kiev, yang merupakan Ibu Kota Ukraina.
“Ini membuktikan bahwa Rusia telah mengakui skenarionya berjalan buruk. Sehingga, mereka perlu melakukan sesuatu yang berbeda,” kata pejabat Eropa.
Rusia membutuhkan seorang komandan teater baru, dengan pengalaman tempur yang luas. Agar serangan dapat fokus ke wilayah Donbass. Bukan beberapa front.
Dvornikov yang kini berusia 60 tahun, adalah komandan pertama operasi militer Rusia di Suriah. Putin pernah mengirimnya ke sana pada September 2015, untuk mendukung pemerintah Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Selama masa kepemimpinan Dvornikov di Suriah pada September 2015 hingga Juni 2016, Rusia membombardir lingkungan padat penduduk. Hingga korban sipil berjatuhan.
Wilayah timur Aleppo yang kala itu dikuasai pemberontak, akhirnya jatuh ke tangan pemerintah Suriah pada Desember 2016.
“Saat ini, pasukan Rusia juga menggunakan pendekatan yang sama di beberapa bagian Ukraina. Mereka menyerang bangunan tempat tinggal di kota-kota besar, dan menghancurkan sebagian besar kota pelabuhan Mariupol di Ukraina. Kami akan melihat seberapa efektif itu terbukti,” sambung pejabat Eropa itu.
Menurutnya, doktrin dan taktik Rusia tetap sama, seperti pada masa perang Afghanistan.
Sementara itu, analis militer dan pejabat AS yang akrab dengan penilaian intelijen meyakini, Dvornikov akan mencoba membuat progress yang nyata, jelang Hari Kemenangan pada 9 Mei.
Berbarengan dengan momen Rusia menumbangkan Nazi Jerman, dan memperingati peristiwa tersebut dengan parade tradisional di Red Square, Moskow.
Pejabat Eropa menggambarkan skenario ini sebagai tenggat waktu yang ditentukan sendiri. Kemungkinan, ini dapat menyebabkan Rusia membuat kesalahan tambahan.
Namun, hal ini juga berpotensi menyebabkan pasukan Rusia melakukan lebih banyak kekejaman. Seperti yang diduga terjadi di pinggiran kota Kiev, Bucha saat berada di bawah pendudukan Rusia.
“Bau kejahatan perang ini akan menyelimuti angkatan bersenjata Rusia ini selama bertahun-tahun,” kata pejabat itu.
Kepada Sky News, mantan Duta Besar Inggris untuk Rusia Roderic Lyne mengatakan, Moskow telah menunjuk seorang jenderal baru dengan rekam jejak yang cukup biadab di Suriah.
Menurutnya, langkah tersebut diputuskan Rusia untuk memastikan kemenangan di beberapa wilayah Donetsk.
“Menugaskan komandan keseluruhan baru untuk perang Rusia di Ukraina, sepertinya merupakan upaya untuk menciptakan strategi yang lebih kohesif,” cetus Lyne, Sabtu (9/4).
Sebagaimana dilansir CNN International, dua pejabat pertahanan AS melaporkan, Rusia tidak memiliki komandan teater-lebar untuk operasi Ukraina.
Ini berarti, unit dari berbagai distrik militer Rusia telah beroperasi tanpa koordinasi. Kadang-kadang, dengan tujuan yang bersilangan.
Penunjukkan jenderal baru untuk pasukan Rusia yang telah beroperasi di wilayah selatan Ukraina, sebelumnya juga telah diperkirakan AS. Karena di wilayah tersebut, Rusia telah mengambil dan menguasai lebih banyak wilayah. Sebagai kompensasi atas gagalnya upaya Rusia untuk mengepung Kiev dan kota-kota di Ukraina utara.
Jumat (8/4) lalu, Otoritas Ukraina mengatakan, Rusia telah menyelesaikan penarikan mereka dari wilayah Sumy utara Ukraina. Sambil terus membangun kekuatan di kawasan timur negara tersebut. [HES/RM.ID]