Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin menyampaikan ucapan terima kasih atas kontribusi Indonesia dalam mendukung penyelesaian konflik dengan damai antara negerinya dengan Rusia. Diharapkannya, Indonesia juga ikut memberikan bantuan kemanusiaan.
Indonesia mengadopsi draf resolusi Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) bertajuk The Role of Parliaments In Supporting A Peaceful Resolution To The Russian-Ukrainian Conflict, pada pekan lalu. Draf tersebut menyerukan solidaritas parlemen negara-negara anggota Inter-Parliamentary Union (IPU) di sidang ke-144 di Nusa Dua, Bali, yang diselenggarakan pada 20-24 Maret lalu.
Dubes Hamianin mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas dukungan Pemerintah dan masyarakat Indonesia.
“Kami masih membuka diri untuk bantuan lebih lanjut di bidang kemanusiaan, terkait merebaknya masalah kemanusiaan seiring masih berlangsungnya agresi Rusia,” ujar Dubes Hamianin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/3).
Hamianin mengaku, pihaknya sudah mengucapkan terima kasih secara langsung kepada Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, saat melakukan pertemuan pada Jumat (25/3).
Dalam pertemuan itu, menurutnya, terbuka peluang Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam proses perdamaian dan pemberian bantuan kemanusiaan untuk rakyat Ukraina. Sebab, hal itu sesuai Kontitusi Indonesia, terutama dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi: ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
“Kami masih membuka diri untuk bantuan lebih lanjut di bidang kemanusiaan, terkait merebaknya masalah kemanusiaan seiring masih berlangsungnya agresi Rusia,” ujar Dubes Hamianin dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (26/3).
Hamianin mengaku, pihaknya sudah mengucapkan terima kasih secara langsung kepada Wakil Ketua DPR Muhaimin Iskandar, saat melakukan pertemuan pada Jumat (25/3).
Dalam pertemuan itu, menurutnya, terbuka peluang Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam proses perdamaian dan pemberian bantuan kemanusiaan untuk rakyat Ukraina. Sebab, hal itu sesuai Kontitusi Indonesia, terutama dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi: ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Untuk diketahui, dalam usulan resolusi BKSAP, Indonesia mengusulkan peran serta parlemen dunia untuk mencari solusi perdamaian dalam menangani konflik Rusia-Ukraina. Apalagi, perang tersebut telah mengancam perdamaian, demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM) tersebut.
Usulan tersebut, menurut Hamianin, memberikan pengaruh signifikan pada keluarnya resolusi IPU tentang Penyelesaian Damai Perang di Ukraina dalam Menghormati Hukum Internasional, Piagam PBB dan Pelestarian Integritas Teritorial, yang kemudian diadopsi Sidang IPU ke-144 pada Rabu (23/3).
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mulai kesal Negara Barat tidak kunjung memberikan dukungan persenjataan seperti yang dijanjikan. Boleh dibilang, sejauh ini Amerika Serikat Cs hanya memberikan harapan palsu (PHP).
Dia bilang, negara-negara anggota organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara/ NATO sebenarnya mudah mengirimkan sebagian kecil stok senjata militer mereka.
“Apakah karena mereka takut pada Presiden Rusia Vladimir Putin,” sindirnya.
Zelenskiy mengatakan, saat ini Ukraina membutuhkan tank, pesawat dan sistem anti-kapal.
“Itu semua dimiliki mereka (negara NATO), barang-barang yang dibiarkan berdebu (disimpan). Ini semua bukan hanya untuk kebebasan Ukraina, tetapi untuk kebebasan Eropa,” ujar Zelensky dikutip Reuters, kemarin.
Zelensky mengatakan, Ukraina hanya membutuhkan 1 persen pesawat NATO dan 1 persen tank.
“Kami sudah menunggu 31 hari. Siapa yang bertanggung jawab atas komunitas Euro-Atlantik? Apakah itu benar-benar masih Moskow, karena intimidasi?” tanyanya.
Zelenskiy meyakinkan, Rusia akan berusaha memperluas pengaruhnya lebih jauh ke Eropa jika Ukraina jatuh.
Seperti diketahui, negara-negara yang tergabung dalam NATOberjanji memberikan bantuan persenjataan kepada Ukraina untuk membantu melawan Rusia.
Sebelumnya, Zelenskiy berbicara dengan Presiden Polandia Andrzej Duda. Dia menyatakan kekecewaannya pesawat tempur buatan Rusia di Eropa Timur belum dipindahkan ke Ukraina.
“Harga penundaan pesawat adalah ribuan nyawa orang Ukraina,” katanya dikutip AP. [DAY/RM.id]