Rusia terancam didepak dari keanggotaan G20. Tapi, Presiden Rusia Vladimir Putin mau datang ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, 30-31 Oktober mendatang.
Rencana itu disampaikan Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva dalam jumpa pers di kediamannya, di kawasan Kuningan, Jakarta, kemarin.
“Presiden Putin akan datang jika diundang dalam perhelatan G20. Namun, tetap melihat situasi dan kondisi yang terus berkembang,” terangnya seraya menambahkan, sejauh ini Rusia turut diundang dalam agenda tahunan tersebut.
“Akan tergantung pada banyak hal, termasuk situasi Covid yang semakin baik. Sejauh ini, niatnya adalah Presiden Putin ingin datang,” tegasnya.
Ini adalah jumpa pers pertama Dubes Vorobieva sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Dia tampak tenang menyampaikan pemaparan. Nada suaranya juga tidak ada bernada kesal. Sesekali tangannya bergerak saat berbicara.
Pagi itu, Dubes Vorobieva tampil keren dengan blazer hitam blus abu-abu. Penampilannya tambah chic dengan kalung bola-bola menghiasi lehernya. Menurutnya, sejauh ini Rusia telah mengikuti berbagai pertemuan dalam rangkaian G20. Baik yang diselenggarakan secara daring maupun tatap muka.
Dia berpendapat, mendepak Rusia dari Forum G20 tidak akan membantu menyelesaikan masalah ekonomi saat ini. Tanpa Rusia, katanya, justru akan membuat situasi jadi lebih sulit.
“Ancaman Barat tidak hanya mengeluarkan Rusia dari keanggotaan G20. Barat juga berniat mengeluarkan Rusia dari keanggotaan organisasi dunia lainnya,” ungkap mantan Dubes Rusia untuk Malaysia itu.
Ke Listrik
Vorobieva menilai, langkah itu sebagai bukti kuat standar ganda yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya. Selain itu, menurutnya, mendepak Rusia dari G20 kontraproduktif dengan tujuan yang digadang-gadang organisasi Group Of Twenty itu.
“Yaitu, tema pemulihan ekonomi dengan slogan Recover Together, Recover Stronger,” ujar Vorobieva.
Dia juga mendesak Indonesia untuk tidak terombang-ambing dengan tekanan dari negara-negara Barat. Menurutnya, tekanan-tekanan semacam itu juga dilakukan Barat terhadap banyak negara lain di dunia.
Selanjutnya, diplomat wanita itu menyindir apa yang dilakukan AS dan para sekutunya di Timur Tengah dan wilayah lain. Terutama aksi Israel di Gaza.
“Apa ada sanksi untuk AS atau NATO atas hal tersebut?” tanya diplomat perempuan berambut blonde itu.
Sebelumnya, sumber internal di G20 menilai, kehadiran Putin di KTT G20 akan bermasalah bagi negara-negara Eropa.
“Sudah sangat jelas bagi Indonesia bahwa kehadiran Rusia pada pertemuan tingkat menteri yang akan datang akan sangat bermasalah bagi negara-negara Eropa,” kata sumber itu.
Tapi nampaknya tekanan untuk mendepak Rusia akan diveto negara anggota lain. Seperti China, India dan Arab Saudi.
Siap Kirim Gandum
Invasi Rusia ke Ukraina membuat pasokan gandum ke Indonesia terganggu. Ukraina merupakan salah satu negara utama pemasok gandum ke Indonesia. Terkait hal itu, Dubes Vorobieva mengatakan, negaranya sudah menawarkan gandum pada Indonesia.
Kata dia, jika memang Indonesia membutuhkan lebih banyak, Rusia bisa menyediakannya. Apalagi, dia bilang, harga yang ditawarkan Rusia cukup kompetitif.
“Kami sudah menawarkan. Pilihannya berada di Pemerintah Indonesia,” jelasnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, harga gandum naik sebagai imbas perang Rusia-Ukraina. Pasalnya, sekitar 20 persen lebih gandum di Indonesia, berasal dari Ukraina dan Rusia. [PYB/RM.id]