Penulis: Tusnedi Azmart

  • Terpilih Jadi Presiden Korsel Yoon Suk-yeol Serukan Persatuan

    Terpilih Jadi Presiden Korsel Yoon Suk-yeol Serukan Persatuan

    Kandidat dari kelompok oposisi, Yoon Suk-yeol, menang dalam pemilihan Presiden Korea Selatan (Korsel).

    Hasil resmi menunjukkan, Yoon menggeser Lee Jae-myung, kandidat dari Partai Demokrat yang beraliran kiri-tengah.

    Kemenangannya menimbulkan optimisme baru di tengah ketidakpuasan atas kebijakan ekonomi, skandal, hingga gender.

    Kemenangannya juga menandai perubahan haluan ke partai konservatif utama, Partai Kekuatan Rakyat, yang berhasil menghimpun lagi dukungan mereka sejak 2017, setelah pemakzulan dan penggulingan Presiden Park Geun-hye.

    Yoon merupakan mantan Jaksa Agung yang terlibat dalam kasus Park. Dia lalu berselisih dengan Presiden Korsel saat ini, Moon Jae-in.

    Yoon makin tenar setelah dia ditunjuk Moon untuk menyelidiki orang-orang yang terlibat dalam kasus Park.

    “Orang-orang menempatkan saya di sini dengan harapan, saya tidak menyerah pada kekuatan apapun untuk keadilan selama 26 tahun,” kata Yoon, dalam pidatonya, dilansir Reuters, kemarin.

    Dalam kampanyenya, Yoon berjanji membasmi korupsi, menegakkan hukum tanpa pandang bulu, dan menciptakan lapangan kerja serta mencipkatan ekonomi yang lebih setara. Tak lupa, dia juga menyinggung hubungan dengan China, sembari bersikap lebih tegas ke tetangga serumpun mereka Korea Utara (Korut).

    Setelah resmi dilantik nantinya, Yoon akan langsung dihadapkan pada beberapa tantangan besar. Pertama, menyatukan lagi 52 juta warga Korsel yang terbelah. Baik akibat masalah gender, meningkatnya kesenjangan, dan melonjaknya harga rumah.

    “Harga rumah, kebijakan perumahan, pekerjaan, dan kebijakan pajak akan menjadi agenda domestiknya,” kata pengamat politik dari Center for a New American Security Duyeon Kim.

    Dia menganalisa, Yoon perlu memulihkan kepercayaan publik pada lembaga-lembaga di Korsel. Yoon kemungkinan akan melakukan pembersihan besar-besaran di Pemerintahannya.

    “Untuk menindaklanjuti janji kampanye menyelidiki korupsi di Pemerintahan Moon,” ujar Kim.

    Kurangnya pengalaman politik Yoon, dipandang sebagai suatu aset. Selama masa kampanyenya, ditandai dengan sejumlah kesalahan dan kontroversi.

    Yoon menyatakan, dia akan bekerja dengan partai-partai oposisi untuk mendinginkan suhu politik yang telanjur terpolarisasi. Dia juga mendorong persatuan.

    Dalam pidato kemenangannya, Yoon mengatakan, persaingan sudah berakhir. Tak lupa, dia juga berterima kasih pada pesaingnya.

    “Kita harus bergandengan tangan dan bersatu, menjadi satu untuk rakyat dan negara,” ujar Yoon.

    Sementara kekalahan Lee menimbulkan keraguan pada warisan Moon. Termasuk upayanya untuk terlibat lebih jauh dengan Korut.

    Seperti diketahui, upaya pendekatan yang dilakukan Korsel terhenti sejak pembicaraan gagal pada 2019.

    Sementara Presiden yang baru, kemungkinan akan menghadapi krisis, karena Pyongyang sedang bersiap meluncurkan satelit mata-mata. Korut juga telah mengeluarkan kebijakan untuk melanjutkan pengujian rudal balistik antarbenua dan senjata nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.

    Yoon juga berjanji, menjalin hubungan lebih erat dengan Amerika Serikat (AS), satu-satunya sekutu Korsel dalam menghadapi peningkatan aktivitas rudal Korut dan persaingan dengan China. Padahal di saat yang sama, China merupakan mitra dagang terbesar Negeri Ginseng.

    Kemenangan Yoon langsung disambut baik AS. Gedung Putih pun mengirimkan ucapan selamat, sembari menyampaikan pesan Presiden AS Joe Biden, untuk dapat bekerja sama meningkatkan aliansi.

    “Kita dapat mengharapkan aliansi berjalan lebih lancar dan selaras untuk sebagian besar masalah Korut, China, dan regional dan global,” tegas kim.

    Respons senada disampaikan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida. Dalam pesannya, Kishida berharap bisa bekerja sama dengannya, membangun kembali hubungan yang lebih sehat.

    Apalagi, kedua negara kerap terlibat ketegangan atas apa yang terjadi di masa lalu. Mulai masalah ekonomi, hingga pendudukan Jepang pada 1910-1945 di Korea.

    Sebagai informasi, lebih dari 77 persen dari 44 juta pemilih yang memenuhi syarat di Korsel memberikan suaranya mereka, meski penularan Covid-19 terus mengalami lonjakan, dengan kasus harian yang terus meningkat. [PYB]

  • Jelang Ramadhan, Kapolri Kejar Target Akselerasi Vaksinasi Booster

    Jelang Ramadhan, Kapolri Kejar Target Akselerasi Vaksinasi Booster

    meninjau pelaksanaan percepatan akselerasi vaksinasi serentak di 5.214 titik 34 provinsi Indonesia. Sigit menghadiri secara langsung kegiatan tersebut di Sleman City Hall, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

    Dalam kesempatan itu, Sigit menginstruksikan seluruh wilayah di Indonesia harus memperkuat akselerasi vaksinasi dosis ketiga atau booster menjelang bulan Ramadhan. Upaya itu disebutnya sebagai kunci untuk mencegah terjadinya peningkatan laju pertumbuhan Covid-19.

    “Sebentar lagi kita masuk bulan Ramadhan. Kita harus pastikan masyarakat betul-betul sudah melaksanakan vaksinasi dengan baik. Harapan kita dalam kurun waktu yang ada dosis ketiga betul-betul bisa dioptimalkan. Karena ini menjadi kunci juga,” tegas Sigit, Jumat (11/3).

    Dengan mengoptimalkan akselerasi vaksinasi, baik dosis 1, 2, hingga 3, maka kekebalan ataupun imunitas masyarakat akan meningkat terhadap segala jenis varian Covid-19 yang ada.

    Demi mencapai dan melampaui target yang ada, Sigit menyebut, diperlukan sinergitas dan kerjasama seluruh pihak. Dengan begitu, aktivitas masyarakat dapat berjalan aman dan roda perekonomian juga akan terus semakin membaik.

    “Dan ini perlu kerjasama kita semua untuk bisa mencapai hal tersebut dengan melaksanakan optimalisasi atau akselerasi melengkapi vaksinasi dari masyarakat. Agar kekebalan atau imunitas mencapai angka yang kita harapkan,” tutur eks Kapolda Banten itu.

    Adanya jaminan kelengkapan vaksinasi bagi masyarakat, menurut Sigit, juga menjadi bagian pe Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya progres vaksinasi, tingkat kematian, serta pengendalian kasus Covid-19. “Tentunya kita sudah harus siap untuk itu,” imbau Sigit.

    Jika semua elemen bergandengan tangan mengejar target itu, Sigit optimis dan yakin, strategi untuk mengubah pandemi menjadi endemi akan segera terlaksana.

    persiapan dari strategi pemerintah untuk mengubah pandemi Covid-19 menjadi endemi

    “Kita bisa memiliki optimisme. Tentunya dengan protokol kesehatan yang kuat, yang selalu kita ingatkan pakai masker, gunakan disinfektan, biasakan dan jadikan disiplin dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari,” tuturnya.

    Sigit mengapresiasi Forkopimda DIY yang telah bekerja keras melakukan akselerasi vaksinasi. Dari data yang diterimanya, mantan Kabareskrim Polri itu menyampaikan, vaksinasi dosis 1 di DIY telah mencapai 100 persen. Sedangkan, dosis 2, sudah mencapai lebih dari 97 persen. Saat ini, DIY sedang mengejar target untuk vaksinasi booster.

    “Saya berikan apresiasi. Harapan kita karena memang Yogyakarta menjadi salah satu wilayah kunjungan wisata, kunjungan mudik dan juga ada event internasional, Presidensi yang dilaksanakan di sini,” bebernya.

    Sigit menyebut, capaian tersebut bisa meyakinkan dunia bahwa seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan baik.

    “Semua masyarakat terjaga dari varian baru Omicron. Karena rata-rata semuanya sudah melaksanakan vaksin secara lengkap. Tentunya akan mempengaruhi dan berdampak pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang ada di wilayah Yogyakarta,” papar Sigit.

    Selain meninjau vaksinasi, Sigit juga memberikan pengarahan kepada seluruh wilayah untuk terus melakukan akselerasi vaksinasi serta mengoptimalkan penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19 secara virtual. [OKT].

  • Ngefans Sama Ganjar, Petani Ungaran Hadirkan Senyum Sang Gubernur Di Tengah Sawah

    Ngefans Sama Ganjar, Petani Ungaran Hadirkan Senyum Sang Gubernur Di Tengah Sawah

    Gambar wajah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo membentang di hamparan sawah seluas 1.250 meter persegi di Desa Bergas Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Disertai tulisan Jateng Gayeng.

    Gambar tersebut merupakan hasil karya petani setempat, Sidik Gunawan yang mengaku ngefans pada sosok Ganjar.

    “Pertama, kami memang senang Pak Ganjar. Saya gambar ini, Pak Ganjar harus datang ke sini,” ungkap Gunawan dalam video yang diposting di akun Instagram Ganjar Pranowo.

    Gunawan yang juga kreator Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Bergas Lor menuturkan, upayanya melukis wajah Ganjar di sawah adalah salah satu upaya untuk mendongkrak potensi wisata di wilayahnya.

    “Bertani tetap bertani, tapi harus ada sentuhan seni. Barangkali, ini bisa mendatangkan banyak pengunjung. Kami dari Pokdarwis, ingin mem-branding desa ini dengan seni pari corek. Dengan sawah yang penuh gambar,” tuturnya.

    Sawah bergambar wajah Ganjar itu dikerjakan Sidik sejak Februari 2022. Perlu waktu 50 hari untuk menuntaskannya.

    pembuatan gambar menggunakan padi pariwulung untuk bagian warna hitam, dan padi IR64 untuk “Jadi itu awalnya disket dengan tali, kemudian sketsanya ditanami padi untuk membentuk wajah,” Seiring berjalannya waktu, bersamaan dengan tumbuhnya padi, sketsa wajah semakin terlihat jelas. Kalau padi tumbuh, gambar wajah akan semakin jelas. Apalagi, kalau dilihat dari ketinggian.

    “Ini memang lebih sulit karena ukurannya kecil, kalau ukuran besar lebih enak sketsanya. Termasuk kalau ada yang dimakan tikus, langsung ditambal sulam,” ungkapnya.

    Tak Ada Motif Politik

    Gunawan yang namanya populer saat membentuk gambar wajah untuk logo kafe Lodji Londo, Semarang mengaku tak punya tujuan politik, di balik seni pari corek bergambar wajah Ganjar.

    “Ini adalah bentuk apresiasi kami terhadap kepala daerah. Juga cara kami menyampaikan aspirasi, karena kondisi petani saat ini terhimpit. Tak mendapat keuntungan saat panen,” cetus Gunawan.

    “Dulu, waktu saya bikin gambar wajah untuk Lodji Londo, warganet banyak yang minta saya gambar wajah tokoh. Termasuk, Pak Ganjar. Dan sekarang, saya wujudkan,” sambungnya.

    Dengan seni pari corek, Gunawan berharap, desa tak hanya menjual view sawah dan gunung, tetapi juga menampilkan sebuah karya seni. “Supaya,petani juga bisa menikmati pendapatan dari kunjungan wisatawan. Ada lahan seluas kurang lebih 20 hektare yang memiliki potensi,” bebernya.

    Ganjar pun menyatakan apresiasinya terhadap Gunawan. “Wow keren! Beginilah jadinya kalau seniman jadi petani. Di manapun tetap berkarya. Makasih ya Mas Sri Gunawan. Salam untuk teman-teman petani dan Pokdarwis di Kelurahan Bergas Lor, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Sehat selalu,” ujarnya. [UMM]

     

  • pemberdayaan Karang Taruna, Menuju SDM Unggul Dan Bermutu

    pemberdayaan Karang Taruna, Menuju SDM Unggul Dan Bermutu

    Kemajuan suatu negara akan sangat ditentukan oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di dalamnya. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang sangat besar. Berdasarkan kondisi tersebut, kita semua diharapkan memiliki kontribusi terhadap peningkatan kualitas SDM.

    Karang Taruna adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sebagai wadah generasi muda untuk mengembangkan diri, tumbuh, dan berkembang atas dasar kesadaran serta tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk generasi muda, yang berorientasi pada tercapainya kesejahteraan sosial bagi masyarakat (Permensos Nomor 25/2019 Pasal 1). Berdasarkan kebutuhan masyarakat, Karang Taruna menjadi wadah untuk pemberdayaan dan pengembangan potensi generasi muda.

    Pemberdayaan Karang Taruna melalui berbagai aktivitas dapat menjadi sarana untuk mempercepat peningkatan layanan kesejahteraan sosial, kemajuan ekonomi, akselerasi olah raga, seni, dan budaya, pendidikan, serta lainnya. Karang Taruna, mulai dari tingkat RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Provinsi, dan Nasional. Melihat kondisi masyarakat yang masih sangat beragam dan bervariasi, Karang Taruna menjadi solusi dan wadah untuk menyampaikan aspirasi serta melakukan sesuatu yang positif untuk kemajuan SDM dan bangsa Indonesia. Berdasarkan Permensos 25 Tahun 2019, Pemberdayaan Karang Taruna adalah suatu proses pengembangan kemampuan, kesempatan, dan pemberian kewenangan kepada Karang Taruna untuk meningkatkan potensi, pencegahan dan penanganan permasalahan sosial, pengembangan nilai-nilai kepeloporan melalui pemanfaatan sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya sosial, dan teknologi.

    Pemberdayaan pemuda melalui Karang Taruna sangat bermanfaat dan memberikan dampak baik. Pemuda merupakan generasi emas yang memberikan partisipasi pembangunan secara berkelanjutan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 tahun 2009 tentang Kepemudaan, Pasal 1 ayat 4 menjelaskan tentang pelayanan kepemudaan adalah penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kepeloporan pemuda. Semua layanan kepemudaan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, pendekatan, dan model sesuai kebutuhannya.

    Pemberdayaan Karang Taruna, dapat dilihat pada Karang Taruna Kecamatan Pondok Gede, yang melakukan berbagai kegiatan dalam rangkaian HUT ke-25 Kota Bekasi. Ilham Fadilah sebagai Ketua Karang Taruna Pondok Gede mengatakan, peran dan fungsi Karang Taruna dalam memberdayakan masyarakat melalui kegiatan lomba kerja bakti, kebersihan, mural, kreasi tumpeng, qasidah, colour run, dan lainnya. Ilham berharap dukungan semua pihak untuk kemajuan Karang Taruna dan pelaksanaan kegiatan yang holistik. Momentum HUT Kota Bekasi ke-25 sekaligus sebagai sarana Pelantikan Pengurus Karang Taruna Kecamatan Pondok gede, dan empat kelurahan di Pondok Gede.

    Kondisi pemulihan dan percepatan pembangunan ekonomi pasca pandemi Covid-19 membutuhkan kerja sama dengan semua pihak. Kami mengajak semua pihak untuk berkolaborasi dengan Karang Taruna. Generasi muda harus melakukan hal-hal positif dalam organisasi. Melalui Karang Taruna semua keunggulan dan kelebihan potensi generasi muda dapat dilakukan dan diwujudkan untuk kemajuan masyarakat.

    Mari berkarya dan memajukan mulai dari lingkungan yang terdekat, terkecil, dan tempat tinggal kita semua. Terkadang kita sibuk untuk menjalankan aktivitas kerja atau kegiatan yang sifatnya individu. Padahal kemajuan koleksi masyarakat sekitar juga menjadi tanggungjawab kita semua.

    Pemberdayaan pemuda di Indonesia akan memberikan dampak kemajuan sumber daya manusia. Tantangan dan daya saing SDM sangat kompetitif, sehingga kita semua memberikan yang terbaik untuk kemajuan negara Indonesia. Mari kita majukan masyarakat sekitar melalui kegiatan Karang Taruna.

     

  • Perdamaian Rusia-Ukraina Gagal Maning Gagal Maning

    Perdamaian Rusia-Ukraina Gagal Maning Gagal Maning

    Perang RusiaUkraina yang sudah berlangsung 15 hari ini, belum juga bisa diredam. Jalur perundingan yang ditempuh kedua negara, masih berakhir buntu. Gagal maning, gagal maning.

    Sejak perang meletus, kedua negara sudah melakukan penjajakan lewat jalur diplomasi. Tercatat, sudah 4 kali, perwakilan dari kedua negara melakukan perundingan untuk mencapai perdamaian. Lokasi perundingan juga sudah berpindah-pindah.

    Teranyar, perundingan ke-4 yang digelar di Kota Antalya, kota di bagian selatan tak jauh dari Ibu Kota Ankara, Turki. Pertemuan ini, digelar di hotel Regnum Carya, pukul 11.20 siang.

    Banyak pihak berharap pertemuan ini bisa menghasilkan kesepakatan damai. Optimisme itu tidak mengada-ada. Soalnya, kedua negara sudah melakukan tiga pertemuan sebelumnya. Kedua negara sudah tahu apa yang diinginkan masing-masing pihak.

    Apalagi tiga hari sebelum perundingan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sudah memberi isyarat bersedia memenuhi permintaan syarat yang diajukan Rusia dalam kesepakatan damai. Termasuk pernyataan Zelensky untuk tidak lagi berminat masuk dalam keanggotaan NATO.

    Selain itu, pertemuan ini juga dimediasi oleh Turki. Meski menjadi anggota NATO, Turki punya hubungan dekat dengan Rusia. Bahkan dalam pertemuan ini juga berbeda dengan sebelumnya. Dalam perundingan di Turki ini, pihak yang hadir langsung dari menteri luar negeri dari kedua negara. Dari Rusia, yang hadir adalah Menlu Sergey Lavrov.

    Sementara dari Ukraina, yang hadir adalah Menlu Dmytro Kuleba. Ini adalah pertemuan tingkat tinggi pertama kedua negara sejak perang berkobar. Karena dalam perundingan sebelumnya, Rusia tidak pernah mengirimkan pejabat level menteri.

    Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu yang memediasi pertemuan itu, mempunyai optimisme serupa. Sehari sebelum pertemuan, ia menyatakan, pertemuan yang digelar itu akan menjadi titik balik dan langkah penting menuju perdamaian dan stabilitas.

    Namun, harapan perdamaian itu belum terealisasi. Setelah pembicaraan lebih dari satu jam, kedua negara belum menghasilkan kesepakatan damai. Dmytro Kuleba dari Ukraina keluar ruangan pertemuan dengan wajah tertekuk. Kepada wartawan, ia menyebut pertemuan dengan Rusia sangat sulit.

    “Rusia tidak memiliki niat untuk berdialog, untuk menyelesaikan konflik,” kata Kuleba, seperti dikutip Reuters, kemarin.

    Dia bilang, pertemuan itu tidak menghasilkan kemajuan sedikit pun. Bahkan dalam hal perundingan gencatan senjata di beberapa kota untuk mengevakuasi warga sipil.

    “Tampaknya ada pembuat keputusan lain untuk masalah ini di Rusia,” kata Kuleba, mengungkapkan rasa frustrasinya.
    Dia pun menegaskan, Ukraina akan terus melakukan perlawanan dan tak akan menyerah dari serangan Rusia. Namun, ia masih berharap ada lagi pertemuan dengan format serupa untuk mencari solusi damai.
    Sementara Lavrov lebih menekankan pembicaraan kedua negara saat di Belarusia. Sepertinya Rusia masih keukeuh dengan syarat yang diajukan dalam pertemuan sebelumnya.
    “Kami mendukung setiap kontak untuk menyelesaikan krisis Ukraina. Tetapi hal yang kami sadari adalah kontak tersebut harus memiliki nilai tambah dan tidak boleh merusak jalur utama di Belarusia,” kata Lavrov.
    Dia mengatakan, topik utama pembicaraan di Antalya adalah masalah kemanusiaan yang diajukan oleh tuan rumah Turki.

    Dalam perundingan sebelumnya, Rusia mengajukan tiga syarat untuk mengakhiri perang. Tiga syarat itu adalah Ukraina menjadi negara netral atau tidak menjadi anggota NATO, Ukraina mengakui wilayah Crimea yang dicaplok Rusia, serta mengakui kemerdekaan Luhansk dan Donetsk.

    Sebelum mengakhiri pernyataannya, Lavrov bilang, Presiden Rusia, Vladimir Putin akan selalu membuka pintu dialog dengan Ukraina untuk meredakan konflik. [BCG]

  • Pandemi, PHEIC dan Bagaimana Akhir Pandemi

    Pandemi, PHEIC dan Bagaimana Akhir Pandemi

    Hari ini, 11 Maret 2022, tepat dua tahun yang lalu Covid-19 diumumkan sebagai pandemi oleh Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

    Penyakit yang awalnya hanya ada di Wuhan, China dengan 118 ribu kasus, kini jumlahya telah mencapai lebih dari 450 juta kasus.

    Sementara kasus kematian, yang awalnya hanya berjumlah 4.291, kini telah melampaui angka 6 juta.

    Seiring 2 tahun usia pandemi Covid, belakangan muncul wacana menuju endemi yang digaungkan beberapa negara.

    Terkait hal ini, mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama mengajak kita menyimak kembali pengertian pandemi.

    “Pan artinya semua, atau setidaknya banyak. Jadi, pandemi Covid-19 artinya ada epidemi di banyak sekali negara di dunia,” ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Jumat (11/3).

    “Karena menyangkut situasi di banyak negara, lanjutnya, maka yang berhak menyatakan pandemi adalah badan dunia, dalam hal ini WHO. Tidak mungkin satu dua atau beberapa negara saja,” tegasnya.

    Sebelum status pandemi Covid-19 diumumkan oleh Dirjen WHO Dr Tedros pada 11 Maret 2020, WHO melalui Dirjen Dr Margaret Chan juga pernah menyatakan status pandemi untuk H1N1 pada 11 Juni 2009.

    “Seperti pada saat memulai, pernyataan pandemi selesai juga akan dinyatakan oleh Dirjen WHO,” kata Prof. Tjandra.

    Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu pun mencontohkan saat Dirjen WHO Margaret Chan meKala itu, istilah yang digunakan untuk menyatakan pandemi selesai adalah dunia memasuki periode pasca pandemi (post pandemic period). Bukan mengatakan dunia sudah endemi.

    “Nanti, kalau pandemi Covid-19 sudah usai, maka akan ada lagi pernyataan resmi dari Direktur Jenderal WHO sesuai keadaan dunia ketika itu, yang kita belum tahu kapan akan terjadi. Kita juga belum tahu, istilah apa yang akan digunakan nanti. Apakah pandemi Covid-19 sudah selesai, Covid-19 sudah menjadi endemi, atau mungkin juga dunia memasuki periode pasca pandemi Covid-19,” terang Prof. Tjandra.

    PHEIC

    Prof. Tjandra memaparkan, sebelum pandemi, Dirjen WHO mengumumkan jenis penyakit dalam status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

    “Waktu masih bertugas di Kementerian Kesehatan, saya menerjemahkannya sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD),” ucap Prof. Tjandra.

    nyatakKala itu, istilah yang digunakan untuk menyatakan pandemi selesai adalah dunia memasuki periode pasca pandemi (post pandemic period). Bukan mengatakan dunia sudah endemi.

    “Nanti, kalau pandemi Covid-19 sudah usai, maka akan ada lagi pernyataan resmi dari Direktur Jenderal WHO sesuai keadaan dunia ketika itu, yang kita belum tahu kapan akan terjadi. Kita juga belum tahu, istilah apa yang akan digunakan nanti. Apakah pandemi Covid-19 sudah selesai, Covid-19 sudah menjadi endemi, atau mungkin juga dunia memasuki periode pasca pandemi Covid-19,” terang Prof. Tjandra.

    PHEIC

    Prof. Tjandra memaparkan, sebelum pandemi, Dirjen WHO mengumumkan jenis penyakit dalam status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

    “Waktu masih bertugas di Kementerian Kesehatan, saya menerjemahkannya sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD),” ucap Prof. Tjandra.

    an dunia sudah memasuki masa pasca pandemi H1N1-2009 pada 10 Agustus 2010.

  • Pemerintah Bakal Libatkan Media Dan Masyarakat

    Pemerintah Bakal Libatkan Media Dan Masyarakat

    Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memastikan, Indonesia bakal mengubah status pandemi menjadi endemi.

    Hal itu disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito dalam diskusi bersama para jurnalis di Jakarta yang bekerja untuk pemberitaan internasional, Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC).

    Dalam gelaran ini, Wiku membeberkan perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air. Termasuk, rencana Indonesia memasuki masa endemi, yang saat ini masih dalam tahap uji coba.

    Untuk mengubah pandemi yang berdampak pada banyak negara, diperlukan perbaikan kondisi kasus secara global,” jelas Wiku, kemarin.

    Indonesia, masih terus berupaya menekan kasus serendah mungkin. Juga, angka kematian. Sebab, ini adalah salah satu syarat untuk menuju endemi.

    Karena itu, diingatkan Wiku, diperlukan komitmen dan kesadaran yang besar bagi masing-masing individu. Yakni, dengan menjalankan disiplin protokol kesehatan (prokes) sebaik mungkin. Serta, mensukseskan program vaksin.

    “Kita perlu menekan jumlah penduduk rentan dengan vaksinasi. Juga mengendalikan potensi penularan di masyarakat secara bersama-sama,” terangnya.

    Saat ini, gelombang ketiga akibat Omicron kasus Covid-19 berangsur menurun. Jumlah kasus aktif di Indonesia pekan terakhir turun sebesar 97 ribu kasus.

    Penurunan kasus positif ini juga dibarengi dengan penurunan angka keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 nasional selama 10 hari terakhir. Yakni dari 38,79 persen menjadi 28,2 persen.

    Pemerintah memang sudah mengeluarkan kebijakan pelonggaran. Nah, kebijakan itu harusnya mendorong kesiapan masyarakat untuk lebih waspada dan bertanggung jawab secara individu.

    “Saya ingin mengingatkan, perubahan kebijakan tidak boleh membuat kita berpuas diri,” tegas Wiku.

    Selain itu, Indonesia melanjutkan upaya pemulihan sektor lainnya, seperti pendidikan, ekonomi, pariwisata dan lain-lain.

    Merujuk temuan dari World Bank tahun lalu, guncangan pada sektor ekonomi di berbagai negara merupakan dampak dari kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat maupun perilaku masyarakat.

    Keduanya mampu berdampak pada penurunan intensitas perilaku ekonomi, baik karena adanya pembatasan ruang gerak maupun karena penurunan produktivitas akibat munculnya kasus maupun kematian baru,” ungkapnya.

    Dalam diskusi yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir. Saat ini, baru masa transisi menuju endemi.

    “Pemerintah terus melibatkan masyarakat, media dan semua pemangku kepentingan untuk menuju endemi. Sekarang pandemi belum berakhir,” tegas Sandi.

    Fokus utama Pemerintah adalah mengendalikan kasus Covid-19, sampai mencapai standar yang disyaratkan dunia.

    Ditegaskan Sandi, pelonggaran seperti bebas karantina bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), perjalanan domestik tanpa tes Covid-19, pencopotan tanda jaga jarak di transportasi umum, dan sebagainya memang sudah bisa dilakukan. Namun, penggunaan masker dan vaksinasi tetap diwajibkan.

    “Perlu terus diingatkan, ketika kasus meningkat akibat varian baru, maka harus meninjau kembali kebijakan ini dan melakukan penyesuaian,” ingat mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini. [JAR]

  • UNICEF: 1 Juta Anak Telah Tinggalkan Ukraina, 37 Tewas, 50 Luka-luka

    UNICEF: 1 Juta Anak Telah Tinggalkan Ukraina, 37 Tewas, 50 Luka-luka

    Organisasi PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan dan fokus pada perkembangan kesejahteraan jangka panjang terhadap anak dan ibunya di negara-negara berkembang – melaporkan, lebih dari 1 juta anak telah meninggalkan Ukraina, sejak Rusia menginvasi negara tersebut pada 24 Februari lalu.

    “Sedikitnya 37 anak tewas dan 50 luka-luka dalam serangan tersebut,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell seperti dikutip Reuters, Rabu (9/2).

    Russell mengaku sangat ketakutan, mendengar laporan serangan terhadap rumah sakit anak-anak di Mariupol, Ukraina.

    Serangan udara Rusia disebut telah mengubur pasien di dalam reruntuhan puing-puing. Meski ada gencatan senjata yang disepakati.

    “Serangan ini menggarisbawahi dampak mengerikan perang terhadap anak-anak dan keluarga Ukraina,” ujar Russell.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyebut aksi serangan Rusia sebagai kekejaman. Meski ada kesepakatan gencatan senjata, yang memungkinkan ribuan warga sipil yang terperangkap di kota melarikan diri.

    Dewan Kota Mariupol mengatakan, rumah sakit anak tersebut telah beberapa kali terkena serangan udara, sehingga mengalami kehancuran “kolosal”.

    Di lain pihak,  Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, pasukan Rusia tidak menembak sasaran sipil.

    Lebih dari 2 juta orang telah meninggalkan Ukraina sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi pada 24 Februari.

    Moskow menyebut tindakannya sebagai “operasi militer khusus” untuk melucuti senjata Ukraina, dan mengusir para pemimpin yang disebutnya neo-Nazi.

    Mayoritas warga yang melarikan diri dari Ukraina adalah wanita dan anak-anak. Karena pemerintah Kiev memerintahkan pria berbadan sehat untuk tetap berada di rumah, membela Tanah Air.

    Situasi perang telah mengucilkan Rusia secara ekonomi, serta menarik kecaman internasional yang hampir universal

    Selasa (8/3) lalu, Amerika Serikat telah melarang impor minyak Rusia. Sementara berbagai perusahaan Barat, dengan cepat menarik diri dari pasar Rusia. [HES]

  • Innalillahi, Varian Omicron Renggut Nyawa 265 Balita

    Innalillahi, Varian Omicron Renggut Nyawa 265 Balita

    Anak harus mendapatkan perhatian dan perlindungan. Sebab, mereka termasuk dalam kelompok rentan terinfeksi Covid-19. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, sebanyak 265 balita meninggal akibat terinfeksi virus Corona varian Omicron.

    Koordinator Substansi Penyakit Infeksi Emerging Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Endang Budi Hastuti mengatakan, berdasarkan data per 21 Januari-6 Maret, dari 8.230 pasien meninggal terinfeksi Covid-19, sebanyak 3 persen di antaranya balita.

    “Dari usia, ternyata 3 persen atau 265 pasien berada di rentang umur 0-5 tahun. (Sebanyak) 82 persen pasien meninggal dengan usia di atas 45 tahun,” ungkap Endang, dalam acara virtual yang disiarkan Media Publik BBPK Ciloto Kemenkes, kemarin.

    Fakta lain, dari 8.230 pasien Covid-19 yang meninggal selama gelombang Omicron di Indonesia, 51 persen di antaranya dilaporkan memiliki komorbid alias penyakit penyerta.

    Dari jumlah itu, 56 persen di antaranya kelompok lanjut usia alias lansia. Sementara 49 persen lainnya tanpa komorbid.

    Penyakit komorbid yang mendominasi kematian pada pasien Covid-19 adalah diabetes melitus.

    Selain itu, 16 persen pasien yang meninggal akibat komorbid tercatat memiliki riwayat komorbid lebih dari satu jenis penyakit.

    Berdasarkan data itu juga, pasien Covid-19 yang meninggal 30 persen di antaranya sudah menerima vaksin primer lengkap dosis 1 dan 2. Sedangkan 70 persen lainnya baru menerima vaksin 1 dosis, atau bahkan belum divaksinasi sama sekali.

    “Jadi, vaksinasi sangat penting untuk mencegah keparahan bahkan meninggal. Dan dari 8.230 pasien meninggal, rata-rata terinfeksi 5,9 bulan dari vaksinasi kedua,” bebernya.

    Endang pun meminta masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi segera mendatangi Terpisah, Dokter spesialis anak konsultan penyakit infeksi dan pediatri tropis Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari memberikan beberapa tanda bahaya saat anak terkena Covid-19.

    Menurut Hindra, meski gejala Covid-19 pada anak seringkali ringan, namun ada tanda bahwa anak memerlukan perawatan darurat.

    Tanda-tanda itu, antara lain kuduk kaku, ruam, silau, kejang, lengan dan kaki dingin, pucat atau kebiruan, menangis yang tidak tidak seperti biasa, hingga penurunan kesadaran.

    “Tanda bahaya juga termasuk sesak, tidak mau menyusui, tidak bereaksi karena otaknya kena, tidak mau makan dan minum, dan tidak mau beraktivitas seperti biasa,” kata Hindra, dalam diskusi daring, kemarin.

    Hindra juga mengingatkan adanya Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) yang bisa menjangkiti anak dengan riwayat pernah terinfeksi atau melakukan kontak dengan penderita Covid-19.

    Menurutnya, MIS-C merupakan kondisi saat berbagai organ tubuh seperti jantung, paru-paru, otak, ginjal, kulit, mata, dan saluran cerna, mengalami peradangan. MIS-C bisa bersifat serius hingga mengakibatkan kematian.

    “Namun, sebagian besar dapat sembuh dengan pengobatan,” terang Ketua Komite Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) itu.

    MIS-C ditandai dengan demam berkepanjangan ditambah satu atau lebih dari gejala. Misalnya, nyeri lambung, mata kemerahan, diare, pusing, ruam dan muntah. Gejala tersebut dapat berbeda pada tiap anak.

    Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, anak-anak yang memiliki komorbid harus dilindungi dari penularan Covid-19.

    Sebab, Covid-19 bisa membuat kondisi anak yang memiliki komorbid semakin memburuk, bahkan meninggal dunia. [DIR]

  • Pakar ITB: BPA Dan Polikarbonat Itu Dua Hal Berbeda

    Pakar ITB: BPA Dan Polikarbonat Itu Dua Hal Berbeda

    Ahli kimia sekaligus pakar polimer dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Ahmad Zainal Abidin  menjelaskan bahwa Bisphenol A (BPA) dan Polikarbonat (PC) itu dua hal berbeda. Penjelasan ini penting, karena masyarakat salah mengartikan antara bahan kemasan plastik PC dan BPA sebagai prekursor pembuatnya.

    Ia menilai, sejumlah pihak hanya melihat dari sisi bahaya BPA-nya bagi kesehatan. Tanpa memahami bahan jadi bentukannya yaitu Polikarbonat yang aman digunakan kemasan pangan.

    Menurutnya, BPA itu memang ada dalam proses untuk pembuatan plastik PC. Dia mengibaratkannya, seperti garam NaCl (Natrium Chloride), yang masyarakat bukan mau menggunakan Klor atau Natriumnya, tapi yang digunakan adalah NaCl yang tidak berbahaya jika dikonsumsi.

    Menurutnya, Natrium itu berbahaya bahkan bisa jadi peledak. Begitu juga dengan Klor sama berbahayanya dan bahkan bisa menyebabkan kematian bagi orang yang menghirupnya. Tapi, saat bersenyawa menjadi garam, menjadi aman.

    ”Jadi, dalam memahami ini, masyarakat harus pandai mengerti agar tidak dibelokkan oleh informasi yang bisa menyesatkan dan merugikan,” kata Zainal  dalam keterangan yang diterima redaksi, Rabu (9/3).

    Zainal berharap, berita-berita terkait BPA galon guna ulang harus dijelaskan secara ilmiah. “Jadi, harus dengan data ilmiah sehingga masyarakat kita akan memahami dan bisa mengambil keputusan sendiri,” lanjutnya.

    Dari sisi ilmiah, kata Zainal, semua zat kimia yang menjadi prekursor pembuat kemasan plastik itu berbahaya. Tidak hanya BPA, zat-zat prekursor yang digunakan untuk membuat botol atau galon plastik PET (polyethylene terephthalate) atau sekali pakai juga sama-sama berbahayanya.

    Etilena glikol yang menjadi salah satu prekursor yang digunakan untuk membuat botol atau galon plastik PET atau sekali pakai itu sangat beracun dan bisa menyerang sistem saraf pusat, jantung, dan ginjal serta dapat bersifat fatal jika tidak segera ditangani.

    “Tapi, dalam bentuk polimernya, setelah zat-zat kimia yang menjadi prekursor bahan pembuat botol atau galon plastik itu beraksi secara kimia sehingga membentuk polimer PC dan PET, itu menjadi tidak berbahaya. Yang penting, tetap dijaga agar polimer itu tidak terurai kembali menjadi bentuk prekursornya. Karenanya, kemasan-kemasan yang itu ada pengawasannya,” tutur Zainal.

    Ia menegaskan, jangankan plastik, obat yang dipergunakan untuk kepentingan medis saja juga terbuat dari zat-zat kimia yang berbahaya. Itulah sebabnya, kalau obat itu digunakan sesuai takarannya menjadi bagus, tapi kalau berlebihan obat itu malah bisa membunuh.

    Jadi, menurut Zainal, masyarakat harus mengetahui bahwa secara kimia, bahan berbahaya ditambah bahan berbahaya itu bisa menghasilkan bahan yang tidak berbahaya seperti halnya garam dapur, obat, dan polikarbonat. Tapi, kalau pencampurannya dilakukan secara fisik, artinya tidak ada reaksi kimia yang terjadi, itu akan menjadi dua kali berbahaya.

    “Jadi menurut saya, masyarakat harus dikasih pengetahuan yang lengkap supaya tidak lagi takut lagi menggunakan kemasan pangan plastik yang sudah mendapat izin BPOM, sehingga hidup ini menjadi nyaman,” katanya.

    Ahli Kimia ITB ini menerangkan, alasan Polikarbonat ini digunakan untuk bahan pembuatan galon guna ulang. Hal itu, disebabkan Polikarbonat adalah suatu kelompok polimer termoplastik yang mudah dibentuk dengan menggunakan panas.

    Plastik jenis ini memiliki banyak keunggulan, yaitu ketahanan termal dibandingkan dengan plastik jenis lain, tahan terhadap benturan, dan sangat bening. Inilah sebabnya banyak industri menggunakan kemasan polikarbonat karena situasi geografis Indonesia yang berupa kepulauan dan infrastruktur transportasi yang membutuhkan ketahanan produk terhadap guncangan dan benturan agar produk di dalam kemasan tetap terlindungi dan terjaga kualitasnya.

    Pakar teknologi produk polimer/plastik yang juga Kepala Laboratorium Green Polymer Technology-Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Assoc Prof Mochamad Chalid, juga menegaskan kemasan galon berbahan PC secara desain material bahan bakunya relatif aman untuk air minum dengan kemasan yang digunakan berulang kali. Karenanya, untuk mengatakan bahwa galon berbahan PC itu mengkhawatirkan pun harus jelas disclaimer-nya seperti apa.

    “Jangan kalimat itu kemudian digeneralisir. Harus ada rinciannya, nggak bisa sembarangan. Nah, statement yang seperti itu nggak bisa digunakan untuk publik, kecuali kalau sudah ada data yang jelas,” ucapnya.

    Menurutnya, kemasan galon guna ulang dibuat dari bahan baku biji plastik yang mengandung polimer seperti Polikarbonat sebagai bahan baku utamanya, dan aditif sebagai bahan baku pembantu untuk meningkatkan atau memodifikasi sifat produk dan membantu pemrosesan biji plastik menjadi produk. Salah satu aditif pemodifikasi yang digunakan pada biji plastik polikarbonat adalah aditif penyapu (scavenger) BPA yang akan melumpuhkan sifat racunnya.

    Marfun, juru bicara salah satu produsen yang memproduksi kemasan galon Polikarbonat menjelaskan, pabrik yang memproduksi galon guna ulang ini tidak bisa dengan sembarangan dalam memproduksi produknya. Untuk bisa diperdagangkan ke konsumen, galon-galon PC itu harus diuji terlebih dulu keamanannya BPOM.

    Dia menyampaikan, semua jenis plastik, baik yang berbahan PC maupun PET dan lainnya pasti memiliki zat aditifnya, yang semua berbahaya bagi kesehatan. Tapi, kata Marfun, agar bisa digunakan untuk tempat makan atau minum, semua bahan plastik itu harus melalui uji BPOM yang telah menetapkan berapa batas toleransi zat aditif yang aman untuk tubuh manusia.

    “Jadi, kita juga sebagai yang memproduksi wadah kemasan ini bikinnya juga tidak bisa sembarangan, tapi harus dipastikan bahwa yang kita produksi itu aman untuk digunakan,” ujarnya.

    Dia mengutarakan, semua plastik itu pasti ada campuran penguatnya atau pengeras atau bahan aditifnya. Untuk Polikarbonat, memang penguatnya BPA, karena bisa memudahkan kemasan untuk dibentuk.

    Tapi, menurut Marfun, produsen juga tidak sembarangan setiap kali menjual galon Polikarbonat itu ke perusahaan air minum. “Mereka juga akan minta surat migrasi BPA yang sudah dinyatakan aman oleh BPOM, apalagi yang sudah perusahaan-perusahaan besar. Karena, dia kan nggak sembarangan juga mengeluarkan produknya. Dia kan ada ISO-nya segala macam, halalnya,” ucap Marfun. [SAR]