Penulis: Diebaj Ghuroofie

  • Usung Jargon Kolaborasi, Ini Gagasan Hasan Basri Dalam Membangun Kota Serang

    Usung Jargon Kolaborasi, Ini Gagasan Hasan Basri Dalam Membangun Kota Serang

    SERANG, BANPOS – Usai resmi diusung sebagai Bakal Calon (Bacalon) Walikota Serang oleh PKS, Hasan Basri memaparkan sejumlah gagasannya dalam membangun Kota Serang.

    Gagasan tersebut dipaparkan oleh Hasan di hadapan kader, calon dewan dan pimpinan DPD Kota Serang, DPW Provinsi Banten maupun DPP PKS di Graha PKS Kota Serang, Minggu (20/8).

    Mengusung jargon Kolaborasi, ada tiga gagasan yang disampaikan oleh Hasan. Pertama, Hasan menggagas program pembangunan yang berkeadilan.

    Menurutnya, pembangunan yang berkeadilan bukan hanya sekadar merata saja, namun juga dirasakan manfaatnya oleh seluruh masyarakat Kota Serang secara adil.

    Untuk merealisasikan hal tersebut, Hasan mengaku akan mendorong program pembangunan berbasis RT. Dalam program itu, Hasan akan menganggarkan anggaran pembangunan, untuk setiap RT.

    “Jadi nanti RT akan memiliki anggaran untuk melakukan pembangunan, nanti mereka membentuk Pokja untuk melakukan pembangunannya,” ujar Hasan.

    Meski demikian, Hasan mengakui jika program tersebut memiliki tantangan tersendiri. Tantangan tersebut yakni ketersediaan anggaran pada APBD Kota Serang.

    “Tapi kalau setiap RT mendapat Rp50 juta, kurang lebih kita membutuhkan anggaran sebesar Rp100 miliar. Insyaallah APBD kita cukup, dengan jumlah PAD kita pun Insyaallah memadai,” ungkapnya.

    Kedua, Hasan memiliki gagasan untuk bisa memantapkan identitas Kota Serang sebagai Kota Jasa. Apalagi menurutnya, Kota Serang berada di jalur Selat Sunda, yang merupakan lalulintas perekonomian internasional.

    “Jadi ini potensinya sangat besar. Selat Sunda ini perlintasan internasional, kita bisa mengebalikan kejayaan masa Kesultanan Banten dengan menjadi salah satu tempat peristirahatan lalulintas internasional itu,” katanya.

    Ketiga, Hasan Basri pun menggagas program satu tahun seribu sarjana. Program tersebut berfokus pada pemberian beasiswa bagi pelajar Kota Serang, untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke perguruan tinggi.

    “Sehingga kurang lebih untuk 5 tahun anggaran itu bisa lebih dari 4 ribu sarjana. Insyaallah anggaran kita cukup. Apalagi kita tahu PAD kita banyak yang bocor, sehingga jika dimaksimalkan dapat merealisasikan program ini,” tandasnya. (DZH)

  • Hasan Basri Resmi Diusung PKS Jadi Bakal Calon Walikota Serang

    Hasan Basri Resmi Diusung PKS Jadi Bakal Calon Walikota Serang

    SERANG, BANPOS – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Serang secara resmi mendeklarasikan Bakal Calon Walikota yang akan diusung.

    Dalam deklarasinya, PKS mengusung Ketua DPD Kota Serang, Hasan Basri, untuk maju dalam kontestasi Pilkada 2024.

    Diketahui, nama Hasan memang telah digadang-gadang untuk maju sebagai Bakal Calon Walikota Serang, dalam berbagai kesempatan rapat dan konsolidasi internal DPD PKS Kota Serang.

    Namun kali ini, nama Hasan secara resmi diusung. Hal itu setelah surat rekomendasi pengusungan Hasan Basri dari DPD PKS Kota Serang, diserahkan kepada DPW PKS Provinsi Banten.

    Ketua Dewan Pakar DPD PKS Kota Serang, Subhan Nur Ulum, dalam deklarasi Hasan Basri mengatakan bahwa penunjukkan Hasan sebagai Bakal Calon Walikota Serang dari PKS bukan keputusan tanpa pertimbangan.

    Pasalnya, penunjukkan Hasan merupakan hasil dari jenjang perkaderan dan penjaringan di PKS. Menurutnya, PKS memiliki sistem perkaderan yang ketat, sehingga dalam penentuan bakal calon, baik dewan maupun kepala daerah, disesuaikan dengan jenjang perkaderannya.

    “Sehingga Insyaallah penentuan pak Hasan sebagai Bakal Calon Walikota Serang ini merupakan hasil diskusi, masukan dan perkaderan yang telah dilaluinya,” ungkap Subhan di DPD PKS Kota Serang, Minggu (20/8).

    Dengan deklarasi tersebut, Subhan menegaskan bahwa seluruh kader PKS di Kota Serang, wajib membantu merealisasikan hal tersebut. Salah satunya yakni merealisasikan target kursi di DPRD Kota Serang.

    “Kita telah menargetkan 10 kursi, itu lebih dari jumlah kursi satu tiket. Untuk mendapat satu tiket itu butuh 20 persen, jadi sebanyak 9 kursi. Target kita lebih dari itu,” ujarnya.

    Bahkan, dirinya mengaku telah berkhusnudzon berkaitan dengan jumlah kursi DPRD Kota Serang, yang diharapkan bisa mencapai 11 kursi.

    “Jadi saya meminta kepada saudara-saudara semua, untuk mulai bermimpi dua hal. Pertama, ada kader PKS yang dilantik menjadi Ketua DPRD. Kedua, ada kader PKS yang dilantik menjadi Walikota Serang,” tandasnya. (DZH)

  • KKM Kelompok 24 UNIBA Gelar Sosialisasi di Posyandu Mawar Kemuncangan, Edukasi Masyarakat Tentang Stunting

    KKM Kelompok 24 UNIBA Gelar Sosialisasi di Posyandu Mawar Kemuncangan, Edukasi Masyarakat Tentang Stunting

    PONTANG, BANPOS – Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat terkait isu kesehatan anak, Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari Kelompok 24 Universitas Bina Bangsa (UNIBA) dengan penuh dedikasi menyelenggarakan acara sosialisasi tentang stunting.

    Acara ini berlangsung Jum’at 18 Agustus 2023 dan menghadirkan Bidan Fitroh Ayu sebagai pemateri. Tempat penyelenggaraan sosialisasi berlangsung di Posyandu Mawar, Kampung Kemuncangan, Desa Kelapian, Kecamatan Pontang, Kabupaten Serang.

    Bidan Fitroh Ayu mengatakan bahwa stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak merupakan permasalahan serius yang perlu mendapat perhatian semua pihak.

    Stunting, kata dia dapat berdampak buruk pada perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak hingga masa dewasa.

    “Sosialisasi ini diadakan dengan tujuan memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat mengenai stunting serta langkah-langkah pencegahannya,” tuturnya.

    Kemudian Bidan Fitroh Ayu menyampaikan informasi yang relevan dan penting tentang stunting, termasuk faktor penyebab, gejala, dan dampaknya bagi pertumbuhan anak.

    Selain itu, Ia juga memberikan panduan praktis kepada para orang tua dan masyarakat umum tentang cara menjaga gizi anak, pemberian nutrisi yang seimbang, dan perawatan yang tepat guna untuk mencegah stunting.

    Kegiatan ini juga menjadi forum interaktif di mana peserta dapat bertanya langsung kepada Bidan Fitroh Ayu.

    Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencakup berbagai aspek terkait stunting, mulai dari pola makan yang sehat hingga perawatan anak yang baik.

    Diskusi antara pemateri dan peserta menjadikan acara ini lebih bermakna dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam.

    Salah satu mahasiswa KKM Uniba Kelompok 24, Lisa Ananda Fahreza berharap melalui sosialisasi ini, masyarakat dapat lebih memahami pentingnya peran nutrisi yang baik dalam pertumbuhan anak.

    “Dengan pengetahuan yang tepat, kita dapat bersama-sama mencegah masalah stunting dan memberikan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak kita,” tuturnya.

    Dengan penyelenggaraan acara sosialisasi ini, Mahasiswa KKM Kelompok 24 Uniba berkomitmen untuk memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terkait isu kesehatan anak.

    “Kita selalu semangat dalam memberikan edukasi dan membantu masyarakat menjaga kesehatan generasi masa depan menjadi poin penting dalam pergerakan ini,” tutupnya. (LUK/DZH)

  • KKM Uniba Kelompok 24 Gagas Tempe Coklat, Dukung Pengembangan UMKM Desa Kelapian

    KKM Uniba Kelompok 24 Gagas Tempe Coklat, Dukung Pengembangan UMKM Desa Kelapian

    PONTANG, BANPOS – Setelah sukses menyelenggarakan acara sosialisasi mengenai stunting, Mahasiswa Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) dari Kelompok 24 UNIBA kembali hadir dengan inisiatif yang menarik.

    Kali ini, mereka melanjutkan upaya edukasi dengan menggelar sosialisasi mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang menghadirkan inovasi menarik, yaitu tempe coklat atau yang dikenal dengan sebutan coklat tempe. Acara ini digelar, Jum’at 18 Agustus 2023 di Posyandu Mawar, Kampung Kemuncangan.

    Salah satu mahasiswa KKM Kelompok 24 Uniba, Sri Intan Agustiani mengatakan UMKM memiliki peran penting dalam perekonomian lokal dan nasional.

    Sebagai wujud dukungan terhadap pengembangan UMKM, lanjutnya Mahasiswa KKM Kelompok 24 UNIBA mengambil langkah kreatif dengan memilih tema inovasi kuliner.

    “Tempe, makanan tradisional yang kaya akan nutrisi, dikembangkan menjadi varian yang lebih menarik dan unik melalui proses inovasi menjadi tempe coklat,” tutur Intan.

    Dalam acara sosialisasi ini, Mahasiswa KKM Kelompok 24 UNIBA hadir sebagai pemateri untuk berbagi pengalaman dan proses kreasi dalam menghasilkan produk tempe coklat yang lezat dan menggugah selera.

    Pengunjung diajak untuk melihat secara langsung tahapan pembuatan tempe coklat, dari persiapan bahan hingga hasil akhirnya. Para peserta juga diajak untuk mencicipi produk tempe coklat tersebut.

    Kemudian, diungkapkan Intan, inovasi tempe coklat ini tidak hanya menciptakan variasi baru dalam kuliner, tetapi juga memiliki nilai tambah dalam hal nutrisi.

    “Tempe coklat menggabungkan manfaat gizi tempe yang tinggi dengan cita rasa coklat yang disukai banyak orang,” ujarnya.

    Dalam sesi tanya jawab, pemateri menjelaskan mengenai manfaat nutrisi yang terkandung dalam tempe coklat, termasuk kandungan serat, protein, dan zat besi.

    “Kami berharap melalui acara ini, kami dapat menginspirasi masyarakat untuk berkreasi dalam mengembangkan produk UMKM mereka. Inovasi ini juga membuktikan bahwa produk tradisional seperti tempe bisa menjadi lebih menarik dan inovatif,” harapnya.

    Ibu Lurah Desa Kelapian yang turut hadir dalam acara tersebut, mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan KKM Kelompok 24 Uniba. Karena menurutnya potensi dan kreativitas masyarakat harus terus digali guna menciptakan lapangan kerja

    “Inovasi seperti ini penting untuk mengangkat potensi lokal dan memberikan nilai tambah pada produk tradisional. Sosialisasi ini mendorong kreativitas dalam berwirausaha di masyarakat,” katanya.

    Kemudian kata dia, dengan digelarnya sosialisasi mengenai UMKM tempe coklat, Mahasiswa KKM Kelompok 24 UNIBA berusaha memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk melihat potensi inovasi dalam bisnis lokal.

    “Melalui kombinasi kreativitas dan dedikasi, produk tradisional seperti tempe bisa menjadi alat untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing produk UMKM,” tandasnya. (LUK/DZH)

  • Perbakin Banten Kirim 83 Peserta dalam Lomba Berburu Babi Hutan Nasional

    Perbakin Banten Kirim 83 Peserta dalam Lomba Berburu Babi Hutan Nasional

    SERANG, BANPOS – Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Menembak Indonesia (Perbakin) Banten menjadi salah satu peserta dalam ‘Lomba Berburu Babi Hutan Merah Putih Online Nasional I’ yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar (PB) Perbakin.

    Lomba tersebut diselenggarakan secara serentak se nasional sejak Jumat, 18 Agustus hingga Minggu, 20 Agustus 2023.

    Ketua Pengprov Perbakin Banten Eki Baihaki mengatakan dalam kegiatan perlombaan kali ini, pihaknya turut mengikutsertakan sebanyak 83 peserta yang semuanya merupakan anggota dari Perbakin Banten.

    “Kita dari Perbakin Banten yang ikut dalam kegiatan berburu ini berjumlah 83 peserta,” kata Eki Baihaki kepada BANPOS pada Jumat (18/8).

    Kegiatan perlombaan berburu babi hutan ini akan digelar di masing-masing provinsi, dan Banten menurut Eki, banyak sekali titik-titik perburuan yang pas untuk dijadikan sebagai tempat berburu yang strategis bagi para pemburu.

    Misalnya seperti wilayah di Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, dan juga wilayah di Kabupaten Serang.

    “Kalau di Banten, kita sendiri mempunyai spot-spot yang baik untuk para pemburu. Nah ini ada di daerah Selatan, ada di daerah Lebak, mungkin di daerah Kabupaten Serang, dan juga beberapa tempat yang lainnya,” ucapnya.

    Di samping kegiatan ini adalah perlombaan, Eki menjelaskan, kegiatan perlombaan ini juga menjadi syarat bagi para anggota yang hendak memperpanjang status keanggotaanya.

    Sebab menurutnya, saat ini PB Perbakin memberlakukan kepada para anggota yang hendak memperpanjang status keanggotaannya untuk dapat memenuhi persyaratan, yakni seminimalnya mengikuti kegiatan berburu sebanyak dua kali.

    Jadi selain karena ingin mengincar hadiah kemenangan, kegiatan perlombaan ini juga dimanfaatkan oleh para anggota Perbakin untuk dapat memenuhi persyaratan tersebut.

    “Fokus utama kita adalah masalah legalitas, makanya kita pengen setiap pelaku berburu yang ada di Banten khususnya itu semua legalitasnya diprioritaskan,”

    “Makanya di pusat ada salah satu syarat untuk memperpanjang KTA berburu itu harus mengikuti kegiatan berburu terlebih dahulu sebanyak dua kali, baru bisa memperpanjang,” terangnya.

    Selama kegiatan tersebut berlangsung, Eki berpesan kepada para peserta untuk berhati-hati dan serta waspada dengan lingkungan sekitar. Selain itu, ia juga berpesan kepada para peserta untuk dapat menjaga sikap selama mengikuti kegiatan berburu.

    “Kita berharap dalam melaksanakan berburu ini semua dilaksanakan secara hati-hati, tidak mengganggu masyarakat sekitar,” pesan Eki kepada para peserta. (MG-01/DZH)

  • Sambangi Kantor DPW PPP Banten, Sandi Serukan ‘Gerakan Bersarung’

    Sambangi Kantor DPW PPP Banten, Sandi Serukan ‘Gerakan Bersarung’

    SERANG, BANPOS – Ketua Badan Pemenangan Pemilihan Umum (Bappilu) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Sandiaga Uno menyambangi kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PPP Provinsi Banten pada Sabtu (19/8).

    Kunjungannya Sandiaga Uno kali ini dimaksud dalam rangka memberikan arahan kepada para kader PPP se Provinsi Banten untuk dapat memenangkan Pemilu pada 2024 nanti.

    Namun ada yang unik dalam arahan yang disampaikan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI itu yakni, seruan gerakan memakai sarung kepada para kader partai belambang Ka’bah itu.

    Ia mewajibkan kepada seluruh kader PPP untuk mengenakan kain khas Indonesia itu di setiap hari Selasa.

    “Ya saya secara nasional hari ini di Banten, memberikan satu seruan kepada seluruh kader PPP dan Bacaleg terutama untuk gerakan Selasa Bersarung,” kata Sandiaga Uno di Sekretariat DPW PPP Banten.

    Sandiaga menjelaskan maksud di balik seruannya itu adalah sebagai bentuk upaya PPP membantu para pelaku usaha atau produsen sarung lokal untuk dapat tumbuh dan berkembang usahanya.

    Sebab, saat ini hal yang menjadi fokus utama bagi PPP adalah berusaha membangkitkan ekonomi lewat usaha para pelaku UMKM di Indonesia.

    “Jadi ini kita harapkan akan membangkitkan UMKM, para produsen sarung yang banyak membuka peluang usaha dan lapangan kerja bagi masyarakat,”

    “Jadi bukan hanya para santri yang bersarung, tapi juga seluruh kader PPP kita bersarung, dan kita besarkan industri ini untuk membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya,” ujarnya.

    Di samping itu mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta itu menjelaskan alasan lain diusungnya gerakan tersebut adalah karena menurutnya, sarung memiliki makna filosofi yang mendalam perihal persatuan.

    Oleh karenanya, Sandiaga ingin membentuk citra PPP sebagai partai yang mengusung perdamaian dan persatuan, sesuai dengan nama partainya.

    “Kita enggak berbicara mengenai hal-hal yang bisa memecah belah kita. Tapi kita bicara yang mempersatukan kita, yaitu kain sarung,” ucap Sandiaga dalam pidato yang disampaikannya di hadapan para kader PPP.

    Sementara itu terkait dengan seruan ‘Gerakan Selasa Bersarung, Ketua DPW PPP Provinsi Banten Subadri Ushuluddin mengaku, dirinya sangat mendukung gerakan tersebut.

    Ia berpandangan bahwa wajar saja jika gerakan tersebut digaungkan oleh ketua Bappilu Nasional PPP, sebab berkaca terhadap internal partainya, para kader PPP banyak diisi oleh tokoh-tokoh berlatar belakang ulama, kiai, dan santri.

    “Wajar kalau pak Ketua Bappilu kita membikin terobosan-terobosan baru ‘Selasa Bersarung’ itu. Di samping juga di PPP Banten ini kan kebanyakan di PPP ini orang-orang dari NU, dari segala macam yang memang setiap hari juga memakai sarung,” ujar Subadri.

    Namun meski telah diinstruksikan, Subadri mengatakan jika dirinya belum secara resmi memerintahkan kader PPP di Banten untuk melaksanakan seruan gerakan tersebut.

    “Secara spesifik belum ada tertulis, baru lisa saja. Tapi insyaallah apapun itu yang namanya instruksi positif, yang namanya perintah positif ya pasti kita juga akan instruksikan ke masing-masing kabupaten/kota diteruskan juga sampai ke anak ranting dan cabang,” tandasnya. (MG-01/DZH)

  • Rayakan Kemerdekaan, IM3 Gelar Pesta Rakyat di Kota Serang

    Rayakan Kemerdekaan, IM3 Gelar Pesta Rakyat di Kota Serang

    SERANG, BANPOS – Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-78, IM3 menggelar ‘Pesta Rakyat IM3’ sebagai kelanjutan rangkaian kampanye “Rayakan Kemerdekaanmu dengan Freedom Internet” di Alun-alun Barat Kota Serang.

    ‘Pesta Rakyat IM3’ ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda, agar terus melestarikan berbagai tradisi menyambut perayaan kemerdekaan serta berpartisipasi dalam berbagai keseruan perayaan kemerdekaan RI.

    Pesta Rakyat IM3 berlangsung selama dua hari pada tanggal 19-20 Agustus 2023 di lebih dari 10 kota Indonesia. Bagi masyarakat di wilayah Jabodetabek dapat mengunjungi Alun-Alun Barat Kota Serang atau Alun-Alun Hasibuan Bekasi.

    Pesta Rakyat IM3 juga diselenggarakan di sejumlah kota lainnya, seperti Solo, Cirebon, Medan, Lampung, Madiun, Sidoarjo, Samarinda, Pontianak, dan lainnya. Berbagai kegiatan di Pesta Rakyat IM3 diantaranya adalah Lomba Rakyat, Permainan Berhadiah, Bazaar Kuliner UMKM hingga Panggung Hiburan yang akan mengisi keseruan Pesta Rakyat IM3 dalam menghidupkan lagi tradisi berbagai kegiatan dan perlombaan khas perayaan 17-an.

    SVP Head of Region Jabotabek IM3, Eric Danari, menyampaikan pentingnya meneruskan tradisi perayaan kemerdekaan bagi masyarakat Indonesia dan generasi muda.

    “Pesta Rakyat IM3 hadir untuk dapat menyatukan seluruh lapisan masyarakat untuk bersilaturahmi, merayakan kembali tradisi kemerdekaan Indonesia dengan semangat persatuan, serta saling terhubung dengan satu sama lain tanpa khawatir,” ungkapnya, saat menggelar Media Update Pesta Rakyat IM3 di Alun alun Barat Kota Serang (19/8).

    Ia juga mengatakan, bersama dengan Freedom Internet sebagai produk unggulan IM3, momen perayaan kemerdekaan menjadi momen penting yang dapat melestarikan berbagai nilai-nilai kebangsaan.

    Terdapat sejumlah perlombaan kategori perorangan seperti kompetisi Busana Adat Anak, Karaoke Solo, dan Sepeda Hias, serta kategori kelompok seperti Panjat Pinang atau Jembatan Pinang, Tarik Tambang, Lomba Bakiak, Balap Karung, dan Sendok Kelereng untuk memenangkan hadiah dengan total puluhan juta rupiah di setiap kota.

    Berbagai komunitas pun turut serta memeriahkan kegiatan di Pesta Rakyat IM3, seperti komunitas sepeda, zumba, penampilan dari band atau musisi setempat, Stand-up Comedy Campus, dan pertunjukan tradisional yang mencerminkan ciri khas setiap kota.

    Eric mengungkapkan, pengunjung berkesempatan untuk mendapatkan hadiah-hadiah menarik yang tersedia di Booth IM3. Hanya dengan melakukan pembelian produk minimal 10 ribu, maka mereka akan mendapatkan kupon untuk di-stamp dan bermain di lima Area Games Seru, seperti lempar kaleng, bola gelinding, menara bola, karung terbang dan tembak gelas.

    “Mereka yang berhasil mengumpulkan tiga stempel berhak membawa pulang ‘Paket Bingkisan 17an IM3’ yang berisi Minyak Goreng, Gula, dan Beras. Sedangkan, pengunjung yang berhasil mengumpulkan lima stempel akan mendapatkan hadiah langsung dan ikutan Wheel of Fortune untuk memenangkan Grand Prize menarik, seperti voucher belanja hingga smartphone,” jelasnya.

    Keseruan Pesta Rakyat IM3 juga bisa dinikmati oleh seluruh pelanggan IM3 secara digital melalui aplikasi MyIM3 yang menghadirkan berbagai permainan dan hadiah menarik.

    Pelanggan IM3 bisa mengikuti berbagai permainan seru bertemakan kemerdekaan yang berkesempatan mendapatkan hadiah iPhone 14 Pro Max, menikmati promo paket data Freedom Internet, diskon 50% redeem reward IMPOIN, bonus kuota hingga 78 GB, diskon 30% dari berbagai merchants favorit pelanggan, serta penawaran spesial lainnya.

    Sebelumnya, IM3 sukses menghadirkan kolaborasi empat musisi perempuan lintas generasi seperti Vina Panduwinata, Nadin Amizah, Feby Putri, dan Idgitaf yang menyanyikan kembali lagu ‘Negeriku’ dalam rangka menyambut perayaan kemerdekaan Indonesia ke-78 tahun.

    VP Head of Media Management IM3, Wisnu Wardhana, mengatakan bahwa kampanye ini hadir untuk menginspirasi generasi muda agar terus melestarikan berbagai tradisi merayakan kemerdekaan Indonesia dengan penuh kebebasan bersama produk unggulan IM3, Freedom Internet.

    “Produk Freedom Internet memberikan kebebasan untuk pelanggannya terhubung satu sama lain tanpa khawatir dengan akses internet 24 jam, yang bisa digunakan dimanapun dan kapanpun serta tersedia berbagai pilihan kuota sesuai kebutuhan komunikasi pelanggan,” terangnya.

    Ia menegaskan bahwa kolaborasi ini juga ingin mengingatkan kembali semarak kemerdekaan dan menggambarkan bagaimana Masyarakat mencintai negeri Indonesia. Tak hanya itu, ia pun menyampaikan di momen Perayaan HUT RI ini banyak sekali promo yang dapat dinikmati pelanggan.

    “Banyak sekali promo yang bisa dinikmati, pelanggan bisa download dan gunakan myIM3 untuk memilih beragam promo, ada juga diskon 20 persen untuk produk tertentu. Promo ini berlaku hingga 20 Agustus, besok,” tandasnya. (MUF)

  • Resmi Dibuka! Gerai IM3 Serang Hadirkan Pelayanan Lebih Cepat dan Terdigitalisasi

    Resmi Dibuka! Gerai IM3 Serang Hadirkan Pelayanan Lebih Cepat dan Terdigitalisasi

    SERANG, BANPOS – Dalam rangka melanjutkan perluasan konsep baru Gerai IM3 guna meningkatkan kapasitas pelayanan, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat), melalui brand IM3 meresmikan Gerai IM3 dengan konsep baru secara simbolis dilaksanakan di Gerai IM3 Serang, Jl. Raya Cilegon, Kota Serang, Sabtu (19/8).

    Kegiatan ini juga sebagai upaya mewujudkan komitmen untuk menghadirkan pengalaman mengesankan atau marvelous experience bagi pelanggan setia IM3 khusus di Region JABO (Jabotabek).

    SVP-Head of Region Jabotabek Indosat Ooredoo Hutchison, Eric Danari, mengatakan bahwa Gerai IM3 hadir kembali dengan tampilan dan konsep baru serta layanan yang lebih terdigitalisasi.

    “Kami siap memberikan pelayanan yang jauh lebih baik, serta solusi bagi Masyarakat untuk mempermudah merasakan produk dan layanan IM3,” ujarnya.

    Ia menjelaskan, pembaruan Gerai IM3 ini mengusung layanan Fast, Simple & Flexible yang dirancang untuk memudahkan setiap aktivitas pelanggan dengan adanya agent in service desk maupun agent in express counter.

    “Pelanggan juga mendapatkan nomor antrean layanan yang terdigitalisasi dan lebih mudah dengan cara memindai QR Code melalui smartphone,” katanya.

    Untuk diketahui, Gerai IM3 Serang yang baru saja diresmikan ini memiliki fasilitas high speed WiFi connection. Fasilitas ini ditujukan untuk mendukung komunikasi pelanggan selama berada di Gerai IM3, hingga area live demo unit yang menunjukan deretan pilihan smartphone terbaru dengan bundling paket Prime dari IM3 Postpaid.

    Gerai IM3 siap melayani pelanggan IM3 dengan jam operasional 08.00 – 17.00 WIB pada lokasi berikut:

    1. Gerai IM3 Serang beralamat di Jl. Raya Cilegon No.75, Kepandean, Lontarbaru. Kecamatan Serang, Kota Serang-Banten.

    2. Gerai IM3 Bintaro Plaza berlokasi di Bintaro Plaza, Jl. Bintaro Utama 3A, Kota Tangerang Selatan-Banten

    3. Gerai IM3 Daan Mogot di Pusat Bisnis Daan Mogot Baru, Jl. Tampak Siring Raya Blok KJF 12B, Kota Jakarta Barat-DKI Jakarta

    4. Gerai IM3 Cempaka Putih bisa dikunjungi di Jl. Cempaka Putih Raya No.129B, Kota Jakarta Pusat – DKI Jakarta

    Di akhir, Eric menyampaikan bahwa pelayanan yang diberikan di Gerai IM3 Serang masih tetap sama seperti sebelumnya, mulai dari penggantian kartu (SIM card) rusak atau hilang, upgrade kartu ke 4G, registrasi prabayar, penyampaian keluhan atau kendala, hingga pembelian kartu perdana dan paket internet.

    “Ke depan, Indosat akan terus melakukan pembaruan Gerai IM3 di sejumlah titik strategis lainnya di wilayah Jabotabek dan Banten, utamanya wilayah dengan populasi dan site Indosat terbanyak. Sampai dengan akhir tahun 2023, sekitar 22 Gerai IM3 akan beroperasi di Jabotabek dan Banten,” tandasnya. (lebih…)

  • Pendidikan di Banten Belum Merdeka

    Pendidikan di Banten Belum Merdeka

    SALAH satu tujuan kemerdekaan Republik Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Namun, hingga kini kita merayakan 78 kali merayakan kemerdekaan itu, pendidikan masih menjadi komoditas yang belum bisa diakses semua warga Negara.

    Dalam beberapa tahun terakhir, masalah anak putus sekolah di tingkat SD dan SMP di Provinsi Banten telah menjadi perhatian serius. Meskipun ada upaya yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan pihak terkait, namun angka anak putus sekolah masih mengkhawatirkan. Hal ini mencerminkan adanya ketidakseimbangan dalam alokasi anggaran pendidikan, serta beberapa faktor lain yang memengaruhi ketersediaan pendidikan yang layak bagi anak-anak di daerah tersebut.

    Berdasarkan data yang dikutip dari situs kemendikbud.go.id, pada tahun 2023 terdapat 25.274 anak putus sekolah SD maupun SMP di Provinsi Banten. Komposisi jumlah putus sekolah dari tingkat SD hingga SMA/SMK nyaris seimbang, dimana paling banyak ATS di tingkat SD dengan jumlah 12.778 murid, diikuti SMP 12.486 siswa. 

    Kabupaten Tangerang dengan jumlah ATS tertinggi, yaitu 7.361 siswa. Rinciannya adalah 3.997 di tingkat SD, 3.364 di tingkat SMP. Kabupaten Lebak menduduki peringkat ketiga dengan 4.353 anak putus sekolah dengan rincian 1.758 di tingkat SD dan 2.595 di tingkat SMP.

    Kabupaten Serang menempati peringkat ketiga dengan 3.022 anak putus sekolah, lalu berikutnya Kota Tangerang dengan 3.161 anak putus sekolah. Kemudian Kabupaten Pandeglang dengan 2.707 anak putus sekolah, Kota Tangsel 2.271, Kota Serang 1.740. Sedangkan Kota Cilegon menjadi yang terendah dengan angka 669 siswa putus sekolah.

    Di Kabupaten Lebak yangmenmpati peringkat kedua terbanyak, angka putus sekolah bisa tergambar di pusat-pusat keramaian di Kota Rangkasbitung. Anak usia sekolah memilih hidup di jalan untuk mencari kebebasan maupun mencari nafkah demi melanjutkan hidupnya.

    Seperti yang didapati BANPOS di komunitas punk di Rangkasbitung. Sejumlah remaja dengan dandanan ala musisi punk mudah ditemui di di lokasi-lokasi tertentu seperti Terminal Lama, Lampu Merah Sumurbuang, Lampu Merah Taman Hati hingga di sekitaran Pasar Rangkasbitung. Biasanya meraka mengamen atau hanya sekedar nongkrong di tempat-tempat itu. 

    Saat BANPOS bertanya kepada salah satu remaja yang mengaku sebagai anak punk, ia mengaku berhenti sekolah di usia 14 tahun atau saat dia berada di bangku sekolah tingkat SMP.

    “Males sekolah, banyak aturan. Mending begini bang, bebas kita,” kata salah satu anak ‘punk’ yang BANPOS temui di sekitar Pasar Rangkasbitung.

    Namun, saat BANPOS mencoba berkomunikasi lebih intens, ia mengaku berhenti sekolah karena faktor ekonomi yang tidak mendukung. Dikarenakan kebingungan untuk melampiaskan emosi, akhirnya ia memilih untuk terjun ke dunia anak jalanan.

    “Sudah nyaman begini, bisa bareng-bareng sama kawan-kawan senasib. Kita mau mengeluh kesiapa juga nggak akan ada yang perduli,” tandasnya.

    Menanggapi Hal tersebut, Ketua Pelajar Islam Indonesia (PII) Banten, Ihsanudin, mengatakan bahwa ketika anak tidak sekolah terdapat berbagai faktor.

    Lanjutnya, terdapat faktor ekonomi, keluarga dan lingkungan. 

    “Kita juga harus bisa menyelidiki kenapa anak punk ini lebih nyaman disana. Misalnya dia tidak nyaman di lingkungan sekolah, berarti sekolah saat ini belum bisa menjawab atau memberikan fasilitas untuk anak berkreasi sesuai dengan keinginannya,” kata Ihsan saat ditemui BANPOS di Rahaya Resort, Selasa (15/8).

    Ihsan menjelaskan, Drop Out (DO) bukanlah solusi bagi murid-murid yang disebut “nakal”. Menurutnya, hukuman tersebut hanya menjadi bom atom bagi dunia pendidikan di Lebak.

    “Nantinya, mereka tidak lagi mendapatkan hak untuk mendapat pendidikan. Hal ini yang sangat disayangkan,” jelasnya.

    Ia menegaskan, kesenjangan sosial yang terjadi membuat banyak anak yang harus mengalami putus sekolah. Maka dari itu, pemerintah harus bisa memberikan bantuan sesuai dengan targetnya agar kesejahteraan bisa merata.

    “Tentu ini juga menjadi PR bersama bagi kita semua agar anak-anak bisa merasakan pendidikan yang seharusnya,” tandasnya.

    Bukan hanya di Lebak, bahkan di ibu kota Provinsi Banten, Kota Serang, masih banyak anak yang mengalami putus sekolah. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Serang Tubagus Suherman menyampaikan bahwa masih terdapat anak yang putus sekolah di Kota Serang. Menurutnya Kota Serang masih memiliki angka putus sekolah tahun 2023 sekitar 7,5 persen.

    Suherman mengungkapkan bahwa angka putus sekolah yang terjadi di Kota Serang pada tahun 2023 dari total enam kecamatan di Kota Serang ada di tiga kecamatan yang menjadi kecamatan terbanyak angka putus sekolah.

    “Dari enam Kecamatan itu rata-rata di kecamatan yang di Kasemen, Walantaka dan di Curug,” ungkapnya.

    Hal senada juga diungkapkan oleh Sekdis Dindikbud Kota Serang, Tb. Agus Suryadin mengatakan, saat ini data siswa yang putus sekolah yang ada di Kota Serang ada sebanyak 133 anak dari mulai SD hingga tingkat SMA.

    “Anak-anak yang putus sekolah sudah kita data dan ada sebanyak 133 yang putus sekolah. 80 persen itu karena faktor ekonomi. 20 persen sisanya karena adanya anak yang cacat dan juga ada yang sewaktu sekolah jadi korban bullying dan lain sebagainya. Dari 133 orang ini kita akan bantu agar anak-anak ini dapat melanjutkan sekolah,” katanya.

    Jumlah angka putus sekolah yang disebutkan Agus, bisa jadi merupakan fenomena gunung es. Karena di lapangan, kemungkinan banyak angka putus sekolah yang tidak tercantum di data Dindik Kota Serang. Salah satu contohnya adalah di Kecamatan Taktakan.

    Camat Taktakan, Mamat Rahmat mengatakan, per 26 Juli 2023, di wilayahnya saja terdata sebanyak 167 anak putus sekolah di tingkat sekolah dasar maupun sekolah menengah pertama..

    “Sebetulnya data yang sebelumnya itu baru sebagian, karena di Taktakan sendiri ada sebanyak 167 anak tidak sekolah,” jelasnya.

    Ia juga menyampaikan bahwa sampai saat ini pihaknya masih melakukan pendataan anak tidak sekolah di Kecamatan Taktakan. Karena menurutnya, di Kecamatan Taktakan masih banyak anak yang tidak sekolah namun belum terdata.

    “Memang update-nya masih terus kita dilakukan. Jadi sebetulnya masih banyak anak-anak yang tidak sekolah dan saat ini masih belum terdata semua,” ujarnya.

    Rahmat menjelaskan, bahwa warga di Kecamatan Taktakan saat ini masih cenderung memiliki pemahaman pragmatis yang membuatnya enggan untuk melanjutkan sekolah.

    “Banyak alasan warga Taktakan yang putus sekolah, diantaranya biaya dan pemahaman pragmatisme, yaitu mencari penghidupan dan bekerja di usia dini,” jelasnya,  beberapa waktu lalu.

    Dalam mengatasi hal tersebut, dirinya berkoodinasi dengan para RT RW, Lurah dan para kader posyandu untuk dapat memberikan edukasi tentang pentingnya pendidikan

    “Maka peran Lurah, RT RW dan kader posyandu untuk mendata dan mengedukasi tentang pentingnya pendidikan sangat diperlukan,” ujarnya.

    Terpisah, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon anak tidak belum pernah sekolah tahun 2022 kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 0,28 persen. Sedangkan anak tidak sekolah lagi tahun 2022 kelompok usia 13-15 tahun sebanyak 2,11 persen. Saat ini jumlah SD Negeri di Kota Cilegon ada 149 dan SMP Negeri ada 15.

    Anggota DPRD Kota Cilegon Muhammad Ibrohim Aswadi mengaku prihatin karena masih ditemukan anak putus sekolah di Kota Cilegon. Menurutnya, kondisi itu menjadi memerlukan evaluasi dan tanggung jawab dari pemerintah untuk segera mengatasinya. Karena menurut Ibrohim pendidikan merupakan layanan dasar yang harus dipenuhi dan dituntaskan sebagaimana amanat UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 2.

    “Bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya,” kata Ibrahim membacakan bunyi regulasi yang dimaksud.

    “Selain itu juga diamanatkan adalam Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2008 tentang wajib belajar,” sambungnya.

    Kemudian kata dia, upaya konkret yang dilakukan DPRD yaitu akan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) terkait permasalahan Anak Putus Sekolah dengan Pihak Dinas Pendidikan dan pihak terkait lainnya agar segera diatasi.

    Selain itu, kata dia, pihaknya juga melakukan kunjungan kerja atau inspeksi mendadak (sidak) kepada Dinas Pendidikan dan lokasi anak-anak yang mengalami putus sekolah dan sekolah terkait dalam rangka mengoptimalisasi fungsi pengawasan DPRD secara langsung terhadap penyelenggaraan pelayanan pendidikan agar sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

    Kemudian upaya mengurangi angka anak putus sekolah, kata Ibrohim, DPRD berkolaborasi dengan Dindikbud dalam menginventarisir data. Melakukan Koordinasi lintas sektoral DPRD dengan Dindikbud, DP3AKB, Dinsos, kelurahan setempat serta elemen masyarakat pemerhati pendidikan.

    “Kolabarosai semua stakeholder itu harus dilakukan dalam rangka pengentasan permasalahan anak putus sekolah untuk segera diatasi secara komprehensif agar penyelenggaraan pendidikan berjalan efektif,” tuturnya.

    Dikatakan Politisi Partai Demokrat Cilegon ini, DPRD telah menginisiasi kebijakan atau program khusus terkait penanggulangan anak putus sekolah.

    “Iya, melalui rekomendasi yang ditujukan kepada Dinas Pendidikan baik dalam bentuk program dan rencana anggaran yang dibutuhkan dalam peningkatan penyelenggaraan pendidikan agar tidak lagi ada isu permasalahan masyarakat yang tidak mendapatkan hak dalam layanan pendidikan (anak putus sekolah),” ujarnya.

    Di sisi lain, kata dia, DPRD memiliki rencana untuk melibatkan komunitas atau organisasi swasta dalam upaya menangani anak putus sekolah.

    “Sangat perlu, karena permasalahan anak putus sekolah tidak hanya kewajiban pemerintah dan pemerintah daerah saja, namun perlu adanya keterlibatan stakeholder lainnya atau elemen masyarakat agar efektifitas penyelenggaraan pendidikan berjalan sesuai dengan amanat perundang-undangan,” terangnya.

    Anggota Dewan dari Dapil Citangkil-Ciwandan ini kedepan merespon tantangan-tantangan spesifik, seperti kesenjangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan.

    Sementara, Ketua Ikatan Mahasiswa Cilegon (IMC) Arifin Solehudin menyatakan pendidikan merupakan bagian penting dalam pembangunan sebuah daerah atau negara. Daerah yang maju atau negara yang maju lahir karena pendidikan yang bermutu, secara jelas kunci untuk mewujudkan sistem pendidikan yang bermutu diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan.

    “Dari banyak persoalan pendidikan di Cilegon IMC menilai kepala dinas pendidikan gagal dalam memimpin dan meminta walikota Cilegon untuk mengevaluasi Kepala Dinas Pendidikan Kota Cilegon demi tercapainya pendidikan yang modern dan bermartabat, indikasinya sangat jelas, kondisi bangunan SDN Bojong Baru yang akan ambruk, di SDN Kependilan ada infaq untuk bangunan renovasi perpustakaan, SDN Pecinan KBM lesehan dan lainnya,” paparnya.

    Fenomena itu, tambah Arifin, menjadi ironi dengan predikat Kota Cilegon sebagai kota metro dollar. Diketahui, Kota Cilegon menempati posisi keempat sebagai kota terkaya di Indonesia. Jumlah PDRB per kapita Kota Cilegon mencapai Rp233,02 juta. Industri yang beragam menjadi sumbangsih besar kota ini menjadi salah satu kota terkaya di Indonesia menurut data BPS tahun 2020.

    “Kami sangat menyangkan fenomena tersebut terjadi di kota terkaya ke-4 se-Indonesia dengan puluhan/ratusan piagam penghargaan, padahal menciptakan SDM yang unggul adalah misi dari pemerintah Kota Cilegon, dan meningkatan mutu pendidikan adalah salah satu pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan demi terwujudnya visi tersebut,” sambungnya.

    Perlu diingat, sambung Arifin, dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2014 pasal 12, pendidikan termasuk kedalam urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, urusan PAUD, SD dan SMP menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota.

    “Meskipun beberapa persoalan yang terjadi sudah diatasi, kami melihat itu dilakukan untuk menutupi sebagian dari sekian banyak kelalaian yang sudah nampak di masyarakat,” tandasnya. (MG02/MYU/LUK/DHE/ENK)

  • Yang Mengganjal Belum Jadi Prioritas

    Yang Mengganjal Belum Jadi Prioritas

    ANGKA putus sekolah (ATS) memang menjadi hal yang mengganjal di era kemerdekaan. Menjadi tugas negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai tanggung jawab yang harus ditunaikan, termasuk oleh pemerintah daerah sebagai salah satu instrument penyelenggara pelayanan negara.

    Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Lebak, Ibnu Wahidin, mengatakan bahwa tingginya ATS di Kabupaten Lebak disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari kemiskinan, budaya hingga letak geografis.

    Lanjut Ibnu, kemiskinan yang dimaksud yakni kemiskinan baik secara kemampuan maupun kemauan. Budaya di tengah masyarakat yang menganggap pendidikan formal tidak begitu penting juga menjadi faktor dari beberapa ATS yang ada di Lebak serta luasnya daerah Kabupaten Lebak yang menyebabkan banyak anak harus menempuh jarak yang jauh untuk mencapai sekolah.

    “Dua tiga tahun lalu kan juga terkena covid-19, ini juga jadi faktor penyumbang ATS yang dimana KDRT hingga perceraian yang berimbas kepada anak,” kata Ibnu kepada BANPOS.

    Ibnu menjelaskan, dalam mengurangi angka ATS di Lebak merupakan tugas dari seluruh stakeholder bahkan elemen masyarakat. Salah satunya dalam lokakarya yang mengundang serta mengajak seluruh bagian masyarakat.

    “Kalau hanya diurus oleh Disdik ini akan kesulitan, maka dari itu kita butuh bantuan dan kolaborasi bersama. Saat ini yang kami lakukan misal ada anak putus sekolah di SMP, akan kami arahkan untuk mengejar paket B atau setara SMP,” jelas Ibnu.

    Ia menerangkan, saat ini belum ada anggaran untuk menyelesaikan permasalahan ATS di Lebak. Namun, pihaknya memiliki tekad yang kuat untuk menyelesaikan ATS.

    “Saat ini kita bahas dengan berbagai stakeholder terkait penganggaran harus disediakan dimana apakah dari desa, kecamatan atau tingkat pemda untuk menyelesaikan ATS,” terangnya.

    Ia berharap, seluruh pihak dapat berkomitmen dan konsisten dalam penanganan ATS di Lebak. Jangan sampai ada sektor yang lemah dalam menangani permasalahan ini.

    “Kamis baik dari dinas pendidikan hingga sekolah selalu mengedukasi kepada masyarakat untuk menegaskan bahwa sekolah ini sangat dibutuhkan,” ujarnya.

    Lanjut Ibnu, saat ini pihaknya terus melakukan evaluasi agar dapat menyelesaikan permasalahan kesenjangan dibidang pendidikan baik untuk wilayah perkotaan maupun pedesaan. Menurutnya, belum tentu wilayah kota lebih mudah menanganinya karena dekat dengan pemerintahan, begitu juga sebaliknya.

    “Tentu treatment-nya akan berbeda. Ini semua soal mindset. Harus kita rubah, kita sepakati bareng-bareng bahwa pendidikan itu hal yang utama,” tandasnya.

    Terpisah, Kepala Dindikbud Kota Serang, Tb.Suherman mengatakan bahwa pihaknya bekerjasama dengan USAID untuk menangani program anak tidak sekolah dengan program aje kendor sekolah. Dengan program itu, dia berharap supaya setiap tahun ATS di Kota Serang bisa berkurang.

    “Langkah kedepan, dindik Kota Serang juga akan mengusulkan program tersebut ke Pemerintah Kota Serang agar memiliki dana tersendiri. Selama ini, kita telah bekerjasama dengan USAID dan pendanaanya lewat USAID. Kita tidak mungkin hanya bergantung pada USAID saja, kita juga harus punya kemandirian untuk mengatasi ATS di Kota Serang,” tandasnya.

    Suherman juga menyampaikan, bahwa pihaknya juga akan melakukan pemantauan kepada anak tidak sekolah. Ia juga mengaku telah membentuk tim dalam penanganan hal tersebut.

    “Tentu ini akan dimonitoring jangan sampai mereka tidak sekolah lagi. Oleh karena itu kami terus mengawasi melalui monitoring pengawas di setiap sekolah. Kami sudah membentuk tim yang terdiri dari beberapa kepala OPD ditambah camat dan lurah, intinya semua OPD terkait disini,” tandasnya. 

    Pada bagian lain, Sekretaris Dinas (Sekdis) Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Cilegon Suhendi mengatakan berbagai upaya dilakukan untuk menekan angka putus di Kota Cilegon. Dikatakannya, alokasi anggaran untuk penanggulangan anak putus sekolah yakni anggaran untuk layanan akses pendidikan yaitu kegiatan pembangunan unit sekolah baru untuk SMPN 14 dan SMPN 15 Cilegon sebesar  Rp7,9 miliar. Kemudian anggaran untuk pendataan ATS sebesar Rp61,2 juta.

    Lebih lanjut diungkapkan Suhendi bahwa alasan utama di balik angka anak putus sekolah di Kota Baja karena berbagai faktor. Salah satunya adalah faktor kurangnya minat anak untuk sekolah.

    “Selain itu ada faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor komunikasi internal keluarga, dan faktor sosial. Padahal pemerintah sudah menyiapkan juga paket kesetaraan A, B, dan C untuk anak usia sekolah yang tidak sempat pendidikan formal,” terangnya.

    Selain itu, pihaknya juga terus berupaya menekan angka putus sekolah dengan berbagai program yang telah direncanakan. “Penambahan unit sekolah baru untuk jenjang SMP, yaitu pembangunan SMPN 12, SMPN 13, SMPN 14, dan SMPN 15 untuk mempermudah layanan akses. Pemberian dana Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA) untuk TK, SD, dan SMP Negeri. Pemberian beasiswa untuk siswa kurang mampu di sekolah swasta. Program Bantuan Biaya Pendidikan untuk Masyarakat atau Beasiswa Full Sarjana,” paparnya.

    Kemudian kata dia, pihaknya selalu beriringan dengan DPRD dalam menekan isu anak putus sekolah di Kota Cilegon. “Dukungan DPRD untuk program BOSDA dan beasiswa untuk siswa kurang mampu,” ujarnya.

    Disini lain, pihaknya selalu mengevaluasi terhadap efektivitas langkah-langkah yang telah diambil dalam menangani anak putus sekolah. “Pelaksanaan program dalam penanganan anak putus sekolah progresnya sudah sesuai dengan perencanaan, output-nya anak putus sekolah di Kota Cilegon jumlahnya semakin kecil,” tuturnya.

    Kemudian kata dia, Dindikbud memiliki program bantuan keuangan atau beasiswa untuk meringankan beban keluarga dalam membiayai pendidikan anak. “Ada, yaitu bantuan beasiswa untuk anak kurang mampu di sekolah swasta, dan BOSDA untuk sekolah negeri,” ungkapnya.

    Dindikbud juga selalu berkomunikasi dengan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan mencegah anak putus sekolah. “Dengan cara sosialisasi dan pendataan anak putus sekolah, melalui bantuan para Penilik dan Pokmas tiap kelurahan. Tujuannya untuk didata dan diarahkan untuk masuk sekolah baik melalui pendidikan formal maupun melalui pendidikan non formal,” ujarnya.

    Kemudian untuk mengatasi tantangan dalam mengurangi anak putus sekolah di daerah perkotaan dan pedesaan, pihaknya terjun ke masyarakat.

    “Melakukan pendataan anak putus sekolah baik daerah perkotaan maupun di pedesaan untuk mengetahui penyebab putus sekolah. Mengajak/membujuk untuk bersekolah jika ditemukan ada anak putus sekolah ke sekolah formal, maupun non formal. Membangun Unit Sekolah Baru (USB) di wilayah yang belum ada sekolah negerinya, memberikan bantuan operasional sekolah (BOSDA) kemudian memberikan beasiswa untuk siswa kurang mampu di sekolah swasta,” tuturnya.

    Sementara, Sekretaris Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Pandeglang, Sutoto mengakui Pemkab Pandeglang hingga saat ini belum mengalokasikan anggaran untuk penanggulangan anak putus sekolah.

    “Belum ada anggaran secara khusus untuk anak putus sekolah, selama ini penanganan melalui kemitraan dengan Baznas dan donasi perorangan,” kata Sutoto kepada BANPOS, Kamis (17/8).

    Menurutnya, meski data kemendikbud mencatat ribuan anak Pandeglang putus sekolah, berdasarkan data yang tercatat pada Disdikpora, pihaknya belum menerima laporan adanya anak putus sekolah di Kabupaten Pandeglang.

    “Dari pengecekan lapangan tidak ditemukan anak putus sekolah, bahkan sekolah menyampaikan data anak lulus 100 persen dan melanjutkan semua ke sekolah formal dan nonformal,” terangnya.

    Terkait rencana kongkret yang telah diambil atau sedang dikembangkan oleh Disdikpora untuk mengantisipasi atau mengurangi angka anak putus sekolah, Sutoto mengatakan bahwa saat ini sedang dilakukan verifikasi.

    “Sedang dilakukan verifikasi data dengan pendampingan konsultan data USAID Erat supaya akhir Agustus disepakati data kongkrit anak tidak sekolah,” ujarnya.

    Sutoto mengaku, bahwa sinergi antara Disdikpora dengan DPRD Kabupaten Pandeglang dalam menangani isu anak putus sekolah saat ini masih dianggap hal yang biasa.

    “Penanganan anak putus sekolah dianggap hal yang biasa saja belum mendapat perhatian prioritas dari eksekutif dan legislative,” ucapnya.

    Saat ditanya terkait bagaimana evaluasi Disdikpora terhadap efektifitas langkah-langkah yang telah diambil dalam menangani anak putus sekolah, Sutoto mengatakan saat ini masih menunggu verifikasi data.

    “Belum bisa dievaluasi menunggu selesai verifikasi data,” ujarnya lagi.

    Sutoto mengatakan, program bantuan keuangan atau beasiswa untuk meringankan beban keluarga dalam membiayai pendidikan anak, Disdikpora sudah meluncurkan program Prokampus.

    “Sudah diluncurkan Prokampus untuk anak dari keluarga tidak mampu yang mau kuliah, sedangkan untuk penanganan anak SD dan SMP putus sekolah belum ada, masih mengandalkan PIP dari pusat,” jelasnya.

    Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya Pendidikan dan mencegah anak putus sekolah, Sutoto mengaku bahwa Disdikpora melakukanya melalui sosialisasi.

    “Perluas sosialisasi, ajak ulama dan tokoh masyarakat,” ucapnya.

    Saat ditanya terkait bagaimana Disdikpora mengatasi tantangan dalam mengurangi anak putus sekolah di daerah perkotaan dan pedesaan, Sutoto menyebut guru kurang merespon pendataan anak putus sekolah.

    “Tantangannya guru kurang respon mendata anak putus sekolah dan orang tua tidak melapor jika anaknya tidak sekolah, sehingga kesulitan data untuk penanganannya,” ungkapnya.

    Sementara itu, anggota Komisi 4 DPRD Kabupaten Pandeglang, Rika Kartikasari mengatakan, bahwa di Kabupaten Pandeglang tidak ada anak putus sekolah merupakan hal yang tidak mungkin.

    “Kalau penurunan jumlah angka anak putus sekolah mungkin, tapi kalau tidak ada sama sekali itu nggak mungkin. Karena didaerah selatan masih tampak anak-anak ini masih ada yang tidak sekolah, atau ada anak yang tidak melanjutkan dari SD ke SMP itukan masih ada dan itu masuk kategori putus sekolah,” kata Rika kepada BANPOS.

    Menurutnya, langkah yang telah dilakukan DPRD dalam mengatasi anak putus sekolah, pihaknya lebih mengutamakan alokasi anggaran untuk pendidikan sebesar 20 persen.

    “Jadi kalau kita tetap berfokus pada kewajiban kita untuk anggaran kabupaten itu 20 persen untuk pendidikan, kita utamakan itu. Kalau anggarannya sudah ada, kan tinggal keinginan siswa untuk sekolah. Sedangkan kalau melihat didaerah, kadang-kadang mereka itu punya keinginan untuk sekolah. Kadang mereka beranggapan bahwa sekolah itu gratis, tetap saja Ketika masuk harus ada yang dibayarkan dan itu yang diluar kewenangan anggaran kita,” terangnya.

    “Kalau Pendidikan kita genjot, tapi pemberdayaan masyarakatnya dalam mata pencahariannya tidak meningkat dan tidak berkembang, kemungkinan putus sekolah tetap saja terjadi. Jadi tidak single factor,” sambungnya.

    Saat ditanya apakah DPRD telah menginisiasi kebijakan atau program khusus terkait penanggulangan anak putus sekolah, Rika mengaku bahwa belum menginisiasi.

     “Kalau program khusus belum, misalkan dari Perda itu belum ada, kemudian kalau dari anggaran anggapan kita sebelum ada aspirasi masyarakat dengan ikut program pemerintah pusat bahwa sekolah negeri itu gratis. Maka kita anggap itu sudah salah satu program memutus rantai putus sekolah, ternyata kenyataan di masyarakat tidak demikian,” jelasnya.

    Menurutnya, evaluasi DPRD terhadap efektiftas langkah-langkah yang telah diambil dalam menangani anak putus sekolah, saat ini belum efektif. Sehingga terkait informasi anak putus sekolah merupakan suatu masukan bagi DPRD.  

    “Ini masukan buat kami di Komisi IV, terutama saya pribadi bahwa kita harus fokus di ranah Pendidikan pada anak putus sekolah. Jadi ada prioritas lain yang yang harus kita optimalkan di tahun ini sampai tahun depan di akhir periode kita sebagai anggota dewan,” ujarnya.

    Dalam menangani anak putus sekolah, kata Rika, pihaknya belum memiliki rencana untuk melibatkan komunitas atau organisasi swasta dalam upaya menangani anak putus sekolah.

    “Sejauh ini belum, karena belum ada koordinasi juga. Kita belum tahu NGO yang kira-kiranya bisa berkolaborasi. Kalau ada informasi dari wartawan itu sangat baik, dari kami belum. Kalau kita melihatnya itu dari Dinsos ada Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), nah LKS ini kadang membentuk juga yayasan pendidikan dalam tanda kutip. Misalnya swasta yang memfasilitasi anak kurang mampu dan anak yatim yang putus sekolah,” paparnya.

    Terkait dengan tantangan spesifik seperti kesenjangan akses pendidikan antara daerah perkotaan dan pedesaan, Rika mengatakan bahwa seharusnya dilakukan saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

    “Harapan kita awalnya dari PPDB, maksudnya bahwa di lingkungan tersebut ada sekolah dan disitu silahkan masuk. Jadi adanya pemerataan, anak pintar itu tidak selalu sekolah di sekolah favorit dan anak yang tidak diterima disekolah favorit belum tentu dia kurang mampu dalam Pendidikan. Pada kenyataannya kan, mungkin masyarakat Pandeglang masigh beradaptasi dengan pol aini tetap saja kadang dibikin numpang tinggal agar bisa akseske sekolah yang diinginkan,” ungkapnya.(MG02/MYU/LUK/DHE/ENK)