Sejak ada tambahan ‘tugas’ menulis bagian Vox Populi, terjadi persaingan ide di dapur redaksi BANPOS. Biasa ada ritual diskusi, bahkan terkadang debat, seusai menyunting berita di tengah malam. Namun sejak bagian ini diluncurkan, intensitas diskusi mulai berkurang, para redaktur jadi sibuk memikirkan tulisan apa yang akan dibuat dalam Vox Populi nanti, bahkan saling menyembunyikan ide tulisannya.
Termasuk kali ini, saat saya sudah mulai kehabisan ide menulis selain tentang maraknya kekerasan seksual di Banten, saya coba bertanya kepada salah seorang wartawan BANPOS dan dia menjawab, ada ide, cuma tidak boleh ditulis oleh saya. Jadi terasa bagaimana mahalnya sebuah ide menulis dalam kondisi saat ini.
Sebagaimana diketahui, menulis sendiri merupakan sebuah keahlian yang tidak bisa berdiri sendiri, dia harus diiringi juga dengan hal yang paling dasar, yaitu membaca. Dalam hal ini, profesi kami sebagai jurnalis memang mewajibkan membaca dan menulis. Karena sebuah tulisan tidak akan berkualitas jika tidak diiringi dengan kegemaran membaca.
Ada hal yang menarik tentang menulis dan membaca yang pernah saya alami. Suatu ketika, seorang teman meminta saya untuk membaca cerpen-cerpen karya nya. Namun, setelah saya baca, saya langsung merasa cerpen tersebut masih jauh untuk disebut layak, dan saat saya bertanya siapa penulis favoritnya, teman saya menjawab tidak suka membaca. Kala itu, saya menyarankan untuk mengikuti kelas menulis yang diadakan oleh Gola Gong di Rumah Dunia, dan juga memintanya untuk mulai rajin membaca agar dapat memperbanyak referensi tulisan. Yang saya ketahui, pada akhirnya ia berhasil menerbitkan beberapa novel setelahnya.
Berbicara tentang kegemaran membaca, Banten pada tahun 2022 menempati peringkat ke-9 dalam Indeks Kegemaran Membaca (IKM) berdasarkan hasil penelitian Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Tahun 2022, dengan perolehan angka 65,7 poin, naik dari sebelumnya pada tahun 2020 dengan poin 58,77.
Walaupun berada pada posisi 9, namun angka 65,7 poin dari rentang 1-100 ini sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Kegemaran membaca dari warga Banten masih belum optimal. Hal ini mungkin dapat diwajarkan juga ketika melihat Indeks Pembangunan Literasi (IPL), Pemerintah Provinsi Banten yang masih harus masih bekerja keras, karena masih berada di bawah nasional dengan angka 9,04 poin, naik tipis dari tahun 2020 sebesar 8,90 poin. Hal yang mempengaruhi rendahnya IPL pada tahun 2020 tersebut yakni ketercukupan tenaga perpustakaan, perpustakaan berstandar nasional dan koleksi buku perpustakaan.
Masalah membaca ini tidak hanya soal menulis saja, namun juga masalah karakter dan kemampuan lainnya yang akan sulit didapat ketika tidak dimulai dari kegemaran membaca.
Sekitar tiga bulan terakhir saya akui sudah mulai jarang membaca buku. Di meja kerja saya ada 5 buku yang masih belum dibuka plastiknya. Sepertinya kebingungan saya untuk menulis kali ini adalah sebuah isyarat, saya harus mulai membaca buku lagi. Seperti kata pertama yang diwahyukan kepada Rasulullah, IQRA.