TANGERANG, BANPOS – Dampak mengeringnya Sungai Cisadane Tangerang beberapa hari belakangan dirasakan masyarakat. Salah satunya seperti masyarakat di Selapajang Jaya, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
Tini misalnya. Warga RT 004/007 ini mengatakan, kondisi berkurangnya air Sungai Cisadane turut membuat surutnya aliran Kali Sipon Selapajang Jaya pada beberapa hari belakangan ini. Ia mengatakan beberapa hari belakangan air di kali mengalami penyusutan volume air secara signifikan.
” Udah dari kemaren- kemaren kering, nyuci pakaian pun jadi susah mas. Soalnya air kalinya kering. Dan harus bener bener jadi turun ke bawah untuk mencucinya,” ungkapnya saat ditemui, Senin (24/07/2023).
Terlihat juga di sepanjang aliran irigasi Selapajang Jaya cukup banyak sampah atau limbah rumah tangga yang terbuang secara sembarangan oleh warga. Limbah rumah tangga tersebut didominasi oleh banyak sampah plastik kresek yang berserakan. Mulai dari sampah lama hingga sampah yang masih baru saja dibuang pun terlihat di sepanjang aliran kali kecil tersebut.
“Iya saya biasa nyuci pakaian di kali sini mas. Dari dulu juga sampah mah ada aja yang mengambang, nggak tau itu siapa yang buang,” kata Tini.
“Sebenernya sih risih juga liat sampah yang mengambang, tapi mau bagaimana lagi? Kita juga nggak tau asalnya tuh sampah dari mana dan siapa yang membuangnya ke kali ini,” ujarnya.
Tini menyebut, menyusutnya air kali hingga kering tersebut membuat dia kesusahan mencuci pakaiannya. ” Iya kalau airnya kering kaya gini mah kita juga nyuci pakaiannya pun kesusahan. Jadi harus sampai nungging ke bawah untuk membilas cucian kita ini, udah pasti pinggang juga jadi pegel jasa,” keluhnya.
Sementara itu, ribuan hektare sawah di empat kecamatan di Kabupaten Tangerang, Banten terancam mengalami kekeringan akibat jebolnya Pintu Air 10 Sungai Cisadane yang belum diperbaiki.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Tangerang Asep Jatnika, di Tangerang, Senin, mengatakan bahwa dengan jebolnya Pintu Air Cisadane tersebut tentunya akan berdampak besar terhadap hasil panen petani di empat wilayah lahan sawah yang ada di daerah itu.
“Yang pasti itu akan berdampak besar kepada lahan sawah seluas 4.666 hektare di Sepatan, Pakuhaji, Kosambi, dan Teluknaga,” katanya pula.
Ia menyebutkan, para petani saat ini tengah membutuhkan air untuk mengoptimalkan masa tanam padi dan pemupukan. Namun, kondisi itu pun kini tengah disulitkan akibat jebolnya pintu air Cisadane.
Namun, jika kondisi tersebut tak segera diatasi, maka masa tanam padi petani di ribuan hektare sawah itu bakal terancam puso.
“Pada prinsipnya kalau di pertanian itu kalau sawah terairi produksi akan meningkat, tapi kalau kekeringan produksi akan menurun,” ujarnya lagi.
Dia pun berharap, dengan kondisi itu pihak Kementerian PUPR, Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane-Ciliwung (BBWSCC) dan Dinas PUPR Provinsi Banten, agar segera mengatasi permasalahan tersebut.
“Dengan itu, maka ini urusannya pusat sama provinsi. Jadi kalau kita (pemda) hanya sebatas penerima jadi tidak bisa mengambil langkah lebih,” ujar dia pula.
Bendungan Pintu Air 10 di Sungai Cisadane, Tangerang dilaporkan jebol pada Jumat (21/7) lalu.
Akibat jebolnya pintu air tersebut, menyebabkan gangguan pada pasokan air bersih dan area persawahan di daerah itu.
Bendungan peninggalan zaman Belanda yang dibangun pada 1927 tersebut merupakan aset milik Kementerian PUPR di bawah kendali Balai Besar Wilayah Sungai Cisadane-Ciliwung (BBWSCC) dan dioperasionalkan oleh Dinas PUPR Provinsi Banten kini masih dilakukan penanganan oleh pihak terkait.
Sementara itu, kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kabupaten Tangerang Iwan Firmansyah, pihaknya kini tengah merencanakan pembangunan tempat penampungan air atau embung di beberapa wilayahnya itu untuk mengantisipasi masalah kekeringan saat musim kemarau.
“Kita nanti akan membuat rekayasa bangunan penampungan air atau embung di beberapa tempat, termasuk di wilayah perumahan,” katanya.
Ia mengatakan, dalam rancangan pembangunan embung tersebut nantinya akan dilakukan di beberapa titik seperti di antaranya di kawasan perumahan, pusat pemerintah dan wilayah pertanian.
“Nanti kita bangun di wilayah perumahan, kemudian di pusat pemerintahan dan ada juga di beberapa titik nantinya yang bisa kita revitalisasi embung yang sudah ada saat ini,” katanya.
Dia menyebutkan, dalam hal ini pemerintah daerah Tangerang telah melakukan koordinasi bersama pihak terkait lainnya seperti Kementerian PUPR untuk mendukung pembangunan tersebut.
“Nanti kita akan sinergi, kolaborasi dan koordinasi bersama pihak terkait. Karena selama ini kita wilayahnya juga terlalu luas sehingga jangkauan atau monitoring itu terlalu jauh. Makanya kita berikan rujukan kepada mereka (Kementerian terkait),” ungkapnya.
Ia menambahkan, selain pembangunan embung, untuk mendukung sektor pertanian Pemkab Tangerang juga melakukan normalisasi saluran irigasi.
“Di tahun ini saja kita sudah melakukan 30 kegiatan pengerukan, termasuk itu di irigasi kecil,” ujarnya.(RUS/ANT/BNN/PBN)