JAKARTA, BANPOS – Meninggalnya Ketua Dewan Pers yang juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Azyumardi Azra mengejutkan banyak kolega dan juga rakyat Indonesia. Sosok yang dikenal sebagai seorang intelektual yang berintegritas ini meninggalkan berbagai kenangan bagi banyak pihak.
Sekretaris Pribadi Azra, Vemi Nurbaini menyatakan, jenazah akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.
“Bapak kan menerima Bintang Mahaputra, jadinya mau disiapkan untuk di Taman Makam Pahlawan,” kata Vemi, di rumah duka di Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (18/9), seperti dikutip Antara.
Vemi sedang menyiapkan semua berkas untuk keperluan pemakaman Azyumardi. Vemi menginformasikan, saat ini jenazah Azra masih berada di rumah sakit di Malaysia.
“Memang saat ini Bapak belum bisa pulang kembali ke Tanah Air. Terakhir update-nya memang masih di rumah sakit dan masih bersama Pak Dubes Hermono (Dubes RI untuk Malaysia),” ucap Vemi.
Ia mengaku belum mendapat informasi lebih lanjut soal waktu pasti jenazah Azyumardi tiba di Tanah Air. “Sampai saat ini belum ada. Paling itu besok, paling lambat besok,” kata dia.
Sementara itu, Armia Putriana, keponakan Azra, menyatakan menerima informasi bahwa Rekor UIN Syarif Hidayatullah sedang mengusahakan agar jenazah Azra dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta.
“Rektor UIN mengusahakan untuk di pemakaman pahlawan, tetapi mau di mana pun kami berharap Bapak bisa pulang, kondisi tadi terakhir kami video call Bapak sudah dikafani, sebelum ditutup wajahnya bahagia ceria happy,” kata Armia, di rumah duka.
Dalam informasi yang diterima RM.id (BANPOS Grup), jenazah Azra diperkirakan tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Senin (19/9), pukul 08.30, dengan menggunakan Batik Air. Dari Soekarno-Hatta, jenazah akan dibawa ke UIN Syarif Hidayatullah. Dari UIN, kemudian bawa TMP Kalibata untuk dimakamkan.
Azra akan dimakamkan di Blok Z Nomor 426 TMP Kalibata. Proses pemakaman diperkirakan berlangsung pada pukul 12.00-13.00 WIB.
Azra menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia, Minggu (18/9) pukul 12.30 waktu setempat. Mantan Rektor UIN Jakarta itu berpulang setelah sempat dirawat sejak Jumat (16/9) akibat gangguan kesehatan yang dialaminya saat melakukan kunjungan kerja ke Malaysia.
Sementara itu, Sekretaris Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Abdul Muti mengungkapkan duka mendalam, atas kepergian Ketua Dewan Pers Prof. Azyumardi Azra.
“Semua kita milik Allah, dan akan kembali ke haribaan Allah. Saya merasa sangat berduka atas wafatnya Prof. Azyumardi Azra. Semoga beliau meninggal dalam husnul khatimah, diampuni dosa-dosanya, dan mendapatkan tempat terbaik di surga. Semoga, keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kemampuan, untuk melanjutkan perjuangan beliau,” tutur Mu’ti dalam pesan yang diterima RM.id, Minggu (18/9).
Mu’ti mengisahkan, Prof. Azra adalah guru dan sekaligus sahabat yang baik. Selama kuliah di Program Doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Mu’ti ikut dua mata kuliah beliau.
Yang sangat berkesan dan tidak akan pernah dilupakan Mu’ti adalah peran Prof. Azra sebagai promotor disertasi Pluralitas Keagamaan Dalam Pendidikan: Studi Kasus di Yapen Waropen, Ende, dan Kapuas Hulu.
Disertasi tersebut kemudian diterbitkan menjadi buku berjudul Kristen Muhammadiyah: Konvergensi Muslim dan Kristen Dalam Pendidikan, yang ditulis Mu’ti bersama Fajar Riza Ulhaq.
“Prof. Azra bisa dan menghormati siapa saja yang berdiskusi dengan beliau, meskipun secara usia dan keilmuan jauh lebih muda,” imbuhnya.
“Meninggalnya Prof. Azra merupakan kehilangan besar bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, umat Islam, dunia pers, dan bangsa Indonesia. Prof. Azra adalah seorang intelektual muslim yang kritis dan berintegritas tinggi. Yang selalu menyuarakan kebenaran, membela hak asasi manusia, menegakkan konstitusi, dan pemihakan kebebasan pers serta demokrasi,” papar Mu’ti.
“Selamat jalan Prof. Azra. Jasa-jasamu untuk saya pribadi dan bangsa Indonesia, sungguh sangat besar. Jasa-jasa itulah yang akan mengantarkanmu ke surga an-Naim. Selamat beristirahat Prof. Azra. Selamat berbahagia di sisi Allah, Tuhan Azza wa Jalla,” imbuhnya.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan, duka mendalam atas wafatnya intelektual Islam Indonesia dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Azyumardi Azra wafat di Malaysia.
“Indonesia berduka. Almarhum adalah intelektual Tanah Air berkaliber dunia. Karya, ide dan gagasannya sangat mencerahkan, terutama pada ilmu kesejarahan yang menjadi bidang kepakarannya,” ujar Menag di Jakarta, Minggu (19/9).
Almarhum, kata Menag, adalah seorang tipologi ilmuwan organik dan akademisi yang membumi. Sebagai intelektual, almarhum sangat responsif dan kontributif terhadap dinamika perkembangan zaman.
“Sebelum mengenal beliau secara langsung, saya sudah lebih dulu mengenal Pak Azyumardi Azra dari karya akademik dan karya sosialnya. Beliau sangat produktif menulis, baik dalam bentuk buku, artikel jurnal dan tulisan-tulisan populernya di media massa. Tepat kalau beliau dijuluki sebagai cendekiawan yang konsisten dengan dunia akademik dan selalu berpikir dengan tangannya,” sebut Menag.
“Seluruh Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri berhutang dalam ide dan gagasan hingga PTKIN bisa berkembang pesat hingga sekarang,” jelasnya.
“UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berkembang pesat adalah rangkaian dari legacy almarhum,” sambungnya.
Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Gomar Gultom mengenang sosok Ketua Dewan Pers Prof Azyumardi Azra sebagai cendekiawan yang kepakarannya diakui oleh dunia.
“Beliau seorang cendekiawan Minang yang kepakarannya diakui dunia dan sangat banyak memberikan sumbangan pemikiran bagi perdamaian dunia,” kata Gomar dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (18/9).
Menurut Gomar, karena kepakaran Azyumardi Azra itulah hingga almarhum mendapatkan gelar kehormatan dari Kaisar Jepang dengan sebutan “The Order of the Rising Sun: Gold and silver Star”.
Gelar kehormatan juga diberikan mendiang Ratu Inggris, Elizabeth II kepada Azyumardi, yakni “Commander of the Order of the British Empire” atau disingkat CBE.
Gomar mengaku kehilangan atas kepergian Bang Edi, sapaan akrab Azyumardi Azra, putra terbaik bangsa yang dikenal sebagai seorang pemikir independen. Dikenal dekat dengan pemerintahan Presiden Joko Widodo tetapi tidak menghilangkan kemandiriannya untuk menyampaikan pandangan-pandangan kritis atas kebijakan eksekutif.
“Saya termasuk di antara mereka yang sangat kehilangan almarhum,” kata Gomar.
“Menurut saya, beliau termasuk salah satu guru bangsa. Dan untuk ini saya, atas nama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, menyatakan duka cita mendalam. Semoga semua jerih payah beliau dalam membangun keadaban publik bisa kita teruskan bersama, demi Indonesia yang adil, damai dan sejahtera,” kata Gomar.(PBN/RMID)