Penulis: Gina Maslahat

  • PPBNI Satria Ingatkan Anggota Harus Berakhlak

    PANDEGLANG, BANPOS-Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Patriot Pemersatu Banten Nasional Indonesia (PPBNI) Satria Banten gelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) yang diikuti oleh seluruh pengurus dari berbagai wilayah diantaranya Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Bandung dan Cianjur, di wisata Cikole Kabupaten Pandeglang, Minggu (3/7).

    Dalam Rakornas tersebut dihadiri oleh Ketua DPRD Kabupaten Pandeglang, Udi Juhdi, Kapolres Pandeglang yang diwakili oleh Kapolsek Pandeglang, Kompol Kosasih, Dandim diwakili Danramil serta Pengurus DPP Ormas PPBNI Satria Banten.

    Ketua Umum Ormas PPBNI Satria Banten, TB Oyim Munandar mengatakan, Rakornas merupakan semangat berorganisasi yang taat kepada aturan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART). PPBNI Satria Banten berdiri setahun yang lalu, tentunya di dalam Rakornas ini dibahas program kerja.

    “Kami mengucapkan rasa syukur alhamdulillah kepada seluruh tamu yang hadir, serta apresiasi kepada unsur pemerintahan baik tingkat kabupaten, maupun kecamatan yang telah membantu mensupport acara Rakornas ini, terutama pemilik gedung serbaguna Cikole Pandeglang ini,” kata TB Oyim dalam sambutannya.

    Ditegaskan Oyim, pada prinsipnya seluruh anggota Ormas PPBNI Satria Banten dimana saja berada, harus tunduk dan taat terhadap doktrin organisasi. Didalam doktrinnya, PPBNI Satria Banten bertaqwa, berakhlak dan berbudi luhur.

    “Kalau ada anggota Ormas PPBNI Satria Banten yang melanggarnya, maka bisa dikatakan oknum dan  kami berharap agar seluruh anggota Ormas PPBNI Satria Banten bisa mengimplementasikan doktrin ini,” tegasnya.

    Sementara itu, Ketua DPRD Pandeglang, Udi Juhdi mengatakan, dengan hadirnya Ormas PPBNI Satria Banten, merupakan salah satu kekuatan bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    “Ormas PPBNI Satria Banten merupakan sebuah organisasi yang cinta terhadap tanah air dan ini merupakan harapan serta keinginan bersama untuk menjaga keutuhan NKRI. Kita Bersama-sama menjaga NKRI dari ancaman rongrongan apalagi dengan munculnya paham radikalisme, dengan hadirnya PPBNI merupakan salah satu kekuatan bangsa,” katanya.(dhe/pbn)

  • Satgas PMK Akan Dibentuk

    PANDEGLANG, BANPOS-Antisipasi penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terhadap hewan ternak yang akan dijadikan hewan kurban pada hari raya Idul Adha mendatang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang akan membentuk tim Satuan Tugas (Satgas) penanganan PMK.

    Bupati Pandeglang, Irna Narulita mengatakan,  dalam penanggulangan wabah PMK ini, di Kabupaten Pandeglang akan membentuk tim Satgas PMK, tujuannya agar penanganan PMK bisa lebih cepat dan masif.

    “Iya, Satgas akan kami bentuk supaya penanggulangan PMK lebih cepat, sehingga penyebaran PMK bisa ditekan atau diantisipasi,” kata Irna di Pandeglang, Minggu (3/7).

    Menurutnya, hal tersebut dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian (Mentan) yang dikeluarkan pada tanggal 25 Juni 2022 lalu.

    “Dalam aturan itu, bahwa Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdampak wabah PMK, agar membentuk satuan tugas penanggulangan PMK,” terangnya.

    Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distapang) Pandeglang, Wahyu Widayati mengatakan, Kabupaten Pandeglang melalui Instansinya saat ini sudah membuat draf usulan Satgas penanganan PMK. Kabupaten Pandeglang sendiri merupakan salah satu daerah yang terdampak wabah PMK, karena waktu lalu telah ditemukan sebanyak 28 ekor hewan ternak warga yang terjangkit PMK.

    “Usulan draft Satgas itu sekarang ini sedang proses di bagian Hukum Setda Pandeglang. Tinggal nanti nunggu ditandatangani oleh Bupati Pandeglang,” katanya.

    Menurutnya, ada beberapa elemen atau unsur instansi yang terlibat dalam Satgas penanggulangan wabah PMK tersebut, mulai dari Dinas Pertanian, Dinas Kesehatan, BPBD, Dinas Perhubungan, Kepolisian, Kodim dan unsur lainnya.

    “Satgas ini nantinya tidak hanya di tingkat kabupaten saja. Akan tetapi dibuat hingga ke tingkat desa,” ujarnya.

    Dengan dibentuknya Satgas tersebut, lanjut Wahyu, pihaknya berharap agar penanganan wabah PMK tersebut bisa dilakukan secara cepat. Karena Satgas ini mulai dari tingkat kabupaten hingga ke bawah akan terkoordinasi.

    “Melalui tim Satgas ini nantinya informasi penyebaran PMK bisa cepat dihimpun. Kemudian penanganannya bisa lebih cepat dan kegiatan penanggulangan PMK seperti vaksin hewan ternak mudah,” terangnya.

    Saat ditanya apakah kasus PMK yang menyerang hewan ternak di Pandeglang, ada peningkatan atau tidak. Wahyu mengaku, sejauh ini belum ditemukan lagi hewan ternak yang terjangkit PMK.

    “Belum ditemukan lagi dan mudah-mudahan tidak ada. Bahkan 28 hewan ternak yang terjangkit sebagian sudah sembuh,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Wabup Jadi Pembina Komunitas Menara Lebak

    Wabup Jadi Pembina Komunitas Menara Lebak

    Peduli anak berkebutuhan khusus, Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi resmi dikukuhkan menjadi Pembina Komunitas Mendengar dan Berbicara Masyarakat Lebak (Menara Lebak).

    Pengukuhan secara simbolis dilakukan dengan penyematan Pin Komunitas Menara Lebak oleh Ketua Umum Komunitas Menara Lebak, dr. Oji Faoji di Ruang Kerja Wabup Lebak, Jumat, (30/6).

    Hadir dalam pengukuhan tersebut jajaran pengurus dari Komunitas Menara Lebak serta unsur OPD terkait.

    Selain pengukuhan, dilangsungkan juga penyampaian rencana kerja Komunitas serta  pemberian bantuan Alat Bantu Dengar (ADB) yang diberikan oleh Wabup Lebak selaku pembina kepada salah seorang siswi penyandang disabilitas yang berprestasi di Sekolah Khusus (SKh) Negeri 02 Lebak.

    Ketua Komunitas Menara Lebak, Oji Faoji menyampaikan beberapa hal terkait rencana kerja yang akan dilaksanakan, salah satunya dengan mengadakan tenaga pengajar dari guru terapi wicara, memberikan akses informasi kepada para penyandang disabilitas di usia produktif untuk dapat bekerja di sektor yang sesuai dengan kemampuan mereka, serta pemberian ADB.

    “Kami berharap perhatian dan dukungan dari berbagai unsur baik dari pemerintah, swasta, Perusahaan dan organisasi lainnya, untuk dapat terciptanya lingkungan yang setara dan tidak ada lagi pandangan sebelah mata terhadap mereka yang disabilitas. hal itu semata-mata untuk mewujudkan impian para penyandang disabilitas agar dapat hidup sesuai harapan mereka di masa yang akan datang,” ungkap dokter Oji.

    Sementara, Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi, selaku pembina Menara Lebak mengapresiasi rencana kerja dari pengurus komunitas dan meminta OPD yang hadir dalam pertemuan tersebut untuk bersinergi dalam membantu masyarakat yang berkebutuhan khusus, khususnya mereka penyandang disabilitas sensorik rungu wicara.

    “Saya kira ini penting sekali, bagaimana pemerintah hadir ditengah-tengah masyarakat kita yang berkebutuhan khusus,” ungkap Wabup Ade Sumardi.

    Selanjutnya acara ditutup dengan foto bersama dan pemberian sekaligus pemasangan ABD kepada salah satu siswi berkebutuhan khusus tersebut.(WDO/PBN)

  • Pemkab Terima Hibah dari Dirjen Cipta Karya

    Pemkab Terima Hibah dari Dirjen Cipta Karya

    LEBAK, BANPOS – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak menerima Hibah Barang Milik Negara (BMN) berupa 41 infrastruktur rehabilitasi dan renovasi prasarana pendidikan serta 5 infrastruktur pembangunan prasarana dan sarana (Sarpras) bidang air minum, yang diserahkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian PUPR, Balai Prasarana Permukiman (BPP) Wilayah Banten, giat bertempat di Pendopo Bupati Lebak, Jumat  (30/6).

    Pada kesempatan tersebut, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya, berterima kasih dan mengapresiasi setinggi-tingginya atas bantuan serta upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat baik melalui Kementerian PUPR dan DJKN sebagai pengelola aset negara yang sudah bekerjasama dan bersinergi dalam pembangunan di Kabupaten Lebak.

    Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya juga menyampaikan bahwa aset-aset yang telah dibangun ini akan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan masyarakat Kabupaten Lebak.

    Menurut Iti, meskipun pada Tahun 2019 Kabupaten Lebak sudah keluar dari predikat kabupaten tertinggal, tetapi dari sarpras  pendukung, terutama kebutuhan dasar masyarakat masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama.

    “Kami berharap ini tidak menjadi akhir tetapi terus secara continue untuk membantu kami, sehingga Kabupaten Lebak bisa meningkatkan derajat hidupnya terutama baik dari segi pendidikan, kesehatan serta ekonominya,” ujar Iti.

    Sementara, Kepala BPP Wilayah Banten, Moh Yoza Habibie berharap seluruh masyarakat bersama-sama dengan Pemda dapat merawat dan menjaga aset yang telah dihibahkan ini, serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

    “Besar harapan kami terutama kepada masyarakat Kabupaten Lebak bisa memanfaatkan aset atau investasi yang telah kita bangun dan pastinya kami juga berharap Pemkab Lebak bisa memelihara dan menjaga sehingga apa yang sudah kita bangun ini terpelihara dan bisa dimanfaatkan oleh cucu kita semua,” papar Yoza.(WDO/PBN)

    Caption : Pemkab Lebak menerima hibah Barang Milik Negara berupa 41 infrastruktur rehabilitasi dan renovasi prasarana pendidikan serta 5 infrastruktur pembangunan prasarana dan sarana bidang air minum, yang diserahkan oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Cipta Karya Kementerian PUPR, Balai Prasarana Permukiman (BPP) Wilayah Banten, giat bertempat di Pendopo Bupati Lebak, Jumat  (30/6).

  • SIGMA Dorong Perbaikan Layanan Kesehatan

    LEBAK, BANPOS – Tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi (AKI/ AKB) membutuhkan kolaborasi dari semua pihak serta adanya peningkatan pelayanan kesehatan. Hal ini mengemuka dalam focus group discussion penyampaian hasil community score card (CSC) yang dilaksanakan oleh Simpul Gerakan Madani (SIGMA) di Aula IT Bapelitbangda Lebak, Kamis (30/6).

    Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Pasoendan Digdaya dalam sambutannya memaparkan bahwa pihaknya telah berupaya untuk turut serta dalam mendorong penurunan AKI/ AKB dengan pembentukan pokja dan satgas KIBBL di dua desa yaitu Desa Cisimeut dan Desa Cisimeut Raya.

    “Selain itu, telah dilakukan pemetaan informasi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir, penguatan kapasitas SATGAS, serial diskusi POKJA, pembentukan kelompok komunitas ekonomi lokal, dan pelaksanaan CSC,” ujar Program Coordinator PPSW Pasoendan Digdaya, Roni Pranayuda.

    Roni menyampaikan bahwa Puskesmas Cisimeut menjadi puskesmas piloting program USAID MADANI, dimana hasil dari kegiatan piloting ini akan ditindaklanjuti pada tahun ke 3 dengan mereplikasi di 8 Desa sebagai praktik baik dalam pelaksanaan program.

    Sementara itu, Field Coordinator USAID MADANI Lebak, Solihin menyampaikan bahwa, tujuan dari CSC adalah untuk memantau dan mengevaluasi layanan kesehatan.

    Solihin juga memaparkan, dalam rangkaian kegiatan CSC yaitu, penilaian bersama penyelenggara layanan, penilaian warga/penerima layanan, serta tatap muka bersama penyelenggara layanan dan penerima layanan untuk kesepakatan terkait aspek penilaian yang sudah disepakati.

    “Kemudian menyepakati rencana tindak lanjut yang akan dilaksanakan,” ujar Solihin.

    “Dari rencana tindak lanjut sebagai perbaikan layanan, ada kewenangan Puskesmas dan ada kewenangan Dinas Kesehatan, maka dikerucutkan ke dalam 5 rekomendasi sebagai perbaikan layanan tersebut,” jelasnya.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala Bapelitbangda, Virgojanti menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas upaya yang dilakukan oleh PPSW Pasoendan Digdaya dan Simpul Belajar SIGMA Lebak dalam peran sertanya mendorong penurunan AKI/ AKB.

    “Sebagai salah satu inovasi di Kabupaten Lebak, Bapelitbangda memasukan JIMAT dalam penanganan stunting karena inovasi ini didorong oleh Pemerintah Daerah (Bupati) yang dilaksanakan oleh seluruh elemen (pemerintah, masyarakat, swasta). Apabila ada masyarakat mempunyai ide inovasi yang bertujuan sebagai partisipasi mendorong pembangunan Kabupaten Lebak maka Bapelitbangda mempersilahkan datang dan membuka ruang komunikasi,” jelasnya.

    Ia juga berpesan, agar OMS yang sudah tergabung ke dalam Simpul Belajar MADANI (SIGMA) bisa menjadi contoh untuk OMS-OMS lain yang berada di wilayah Kabupaten Lebak.

    “Kepada OPD agar membuka ruang komunikasi dan terbuka dalam penyampaian informasi kepada pelaksana program karena bisa membantu percepatan pembangunan di Kabupaten Lebak,” tegasnya.

    Kegiatan penyampaian hasil CSC dilaksanakan oleh Ketua SIGMA Lebak, Nurul Huda yang menyampaikan tahapan CSC dan juga rekomendasi yang perlu dilakukan berdasarkan hasil CSC tersebut.

    Sementara itu, Perwakilan Puskesmas Cisimeut, Iton menyampaikan, 13 aspek penilaian yang dipaparkan untuk tahun 2020 itu sudah ada, tetapi di tahun 2021 karena adanya bangunan baru Puskesmas maka menata ulang kembali.

    “Dari Puskesmas kekurangannya adalah keramahan petugas, untuk mengatasi hal tersebut ada rencana program magang petugas kesehatan supaya memiliki keramahan dan kesopanan seperti pelayanan bank,” jelasnya.

    Menurutnya, bangunan baru ini juga agar pelayanan semakin nyaman, seperti tidak berputar antara ruang pelayanan, pengambilan obat, laboratorium.

    “Terkait dengan angka kematian ibu dan bayi baru lahir ini juga menjadi PR bersama di Puskesmas karena kematian ibu dan bayi baru lahir banyak penyumbang dari Desa Kanekes (warga baduy) yang mana warga baduy dalam bercocok tanam (huma) selalu berpindah pindah (Nomaden),” paparnya.

    Ia juga memberikan masukan, agar bisa menghadirkan 5 Puskesmas terdekat seperti Puskesmas Bojongmanik, Cirinten, Leuwidamar, Sobang, Muncang untuk melakukan komunikasi antar Puskesmas agar kepentingan ketika ada persalinan tidak mesti ke Puskesmas Cisimeut dan keberadaan warga baduy yang hamil  bisa dideteksi keberadaannya.

    “Jangan sampai ada kasus kematian dikarenakan lambat penolongan dan ini terkait SOP komunikasi antar petugas dan Puskesmas,” terang Iton.

    Acara ini dihadiri oleh Bapelitbangda, Dinas Kesehatan, DPMD, Kecamatan Leuwidamar, Puskesmas Cisimeut, Koordinator Bidan Cisimeut, IBI, Desa Cisimeut, Desa Cisimeut Raya, IBI, BPD/Pokja yang difasilitasi oleh FC, LP, dan Simpul Belajar USAID MADANI.(MUF/PBN)

  • Gandeng PPQ, ACT Bangun Madrasah Darul Hidayah Pandeglang

    Gandeng PPQ, ACT Bangun Madrasah Darul Hidayah Pandeglang

    SERANG, BANPOS- Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Pengusaha Penghafal Qur’an (PPQ) telah membangun sekaligus meresmikan Madrasah Darul Hidayah pada Selasa (28/6). Madrasah yang dulunya tidak memiliki ruang kelas yang cukup ini terletak di Kampung Bungur Gede, Desa Curug Ciung Kecamatan Cikeusik Kabupaten Pandeglang Banten. 

    Sebelum direnovasi, bangunan tersebut keadaannya sangat memprihatinkan, karena hanya tersedia satu ruang kelas yang digunakan hingga hampir 70-an siswa. Selanjutnya, kondisi bangunannya juga sangat tidak layak, tak ada jendela dan pintu, serta lantai dan atap rusak parah.

    Mulanya, Madrasah Darul Hidayah berdiri tahun 2004 dengan swadaya masyarakat dan belum pernah renovasi sejak tahun 2006 silam. Sehingga, kondisi tersebut membuat anak-anak dan ustadz yang mengajar merasa kurang nyaman, karena rasa khawatir atap yang kapan saja bisa runtuh.

    Head of Program ACT Serang Raya, Alamsyah, mengungkapkan bahwa pembangunan madrasah dimulai pada bulan Maret hingga April 2022. Saat ini, Madrasah Darul Hidayah sudah berdiri kokoh dan nyaman dimanfaatkan untuk kebutuhan belajar mengajar oleh warga sekitar Kampung Bungur Gede. 

    “Alhamdulillah pembangunan Madrasah ini telah selesai dan kami resmikan bersama-sama, kami sangat berharap madrasah ini bisa bermanfaat untuk membantu anak-anak Bungur Gede mengaji,” ungkapnya.

    Ia mengucapkan terima kasih kepada mitra PPQ dan donatur yang telah memberikan bantuan terbaiknya. 

    “Sehingga Madrasah Darul Hidayah dapat berdiri dan insyaallah bermanfaat untuk mendukung pendidikan agama,” tandasnya.

    Kepala Sekolah Madrasah Darul Hidayah, Sahroni, mengungkapkan rasa terima kasih karena Madrasah Darul Hidayah telah direnovasi. Ia mengaku bersyukur karena saat ini dirinya tak perlu lagi khawatir akan atap runtuh saat kegiatan majelis berlangsung.

    “Kami ucapkan terima kasih kepada tim ACT, tim relawan yang telah membangun madrasah kami menjadi seperti ini, luar biasa. Semoga kedepannya bisa menjadi lebih baik, kami hanya bisa mendoakan tim ACT selalu ada dalam lindungan-Nya,” ungkap Sahroni. (MUF/AZM)

     

  • Penyintas Tsunami Bangun Rompok Awewe

    Penyintas Tsunami Bangun Rompok Awewe

    PANDEGLANG, BANPOS-Focal poin perempuan penyintas Tsunami yang mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari Pattiro dan Yappika Actionaid, inisiasi dan meresmikan pembangunan “Rompok Awewe” yang merupakan rumah aman perempuan atau Woman Friendly Space (WFS).

    Dalam peresmian tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Yappika Actionaid, Pattiro Banten, unsur Muspika dan aparatur desa setempat serta Focal Poin perempuan. Selain itu juga dihadiri oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) diantaranya Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga (Dindikpora) dan Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Pandeglang.

    Perwakilan Yappika Actionaid, Indi mengatakan, Rumah Awewe atau WFS merupakan tempat bagi para perempuan untuk memberdayakan dirinya dengan meningkatkan kreatifitas dan kapasitas para perempuan melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat.

    “Rompok Awewe An-Nisa Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, merupakan  salah satu dari 2 WFS yang dimiliki Kecamatan Sumur. Berdirinya Rompok Awewe ini juga atas bantuan dari Pattiro dan Yappika Actionaid,” kata Indi usai peresmian Rompok Awewe beberapa waktu lalu.

    Menurutnya, dibangunnya Rompok Awewe ini sangat penting terutama untuk perlindungan perempuan dan anak, sehingga kedepannya dapat digunakan kegiatan edukasi.

    “Diharapkan kedepannya Rompok Awewe ini bisa digunakan untuk kegiatan-kegiatan edukasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak,” terangnya.

    Hal senada disampaikan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang, Enong Iroh Rohayah menyampaikan bahwa kedepannya akan bekerjasama dengan focal poin perempuan untuk melaksanakan lima arahan Presiden RI.

    “Lima arahan tersebut yaitu meningkatkan peran ibu dalam mendidik anak, meningkatkan kewirausahaan perempuan, mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, mencegah perkawinan anak dan mencegah terjadinya pekerja anak,” katanya.

    Untuk melaksanakan lima arahan Presiden tersebut, lanjut Enong, nantinya akan dilaksanakan di Rompok Awewe sebagai pusat kegiatan pemberdayaan dan perlindungan perempuan.

    “Nantinya pusat kegiatan pemberdayaan perempuan dan perlindungan perempuan dilaksanakan disini,” ujarnya.

    Sementara itu, Sekretaris Dindikpora Kabupaten Pandeglang, Toto Sutoto mengatakan, bangunan yang paling penting adalah keberlangsungan pemanfaatannya.

    “Jangan sampai setelah bangunan tersedia, tapi tidak dimanfaatkan dengan baik. Rompok Awewe untuk menjalankan fungsi edukasi, bisa dijadikan PAUD agar anak-anak usia dini di Huntap bisa mendapatkan hak pendidikannya,” katanya.(dhe/pbn)

  • KONI Serukan Warga Dukung TNI Polri Cegah Radikalisme

    KONI Serukan Warga Dukung TNI Polri Cegah Radikalisme

     

    SERANG, BANPOS- Di Indonesia ada sebanyak 30 sekolah yang diduga terafiliasi kelompok Khilafatul Muslimin, tidak terdaftar dan tidak memiliki Nomor Statistik Pesantren atau Lembaga Keagamaan Islam, Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Waryono beberapa waktu lalu. 

    Sebelumnya Lembaga survei Alvara Research tahun 2020 yang dipublikasikan oleh kepala BNPT pada Desember 2020 di Bali menemukan bahwa terdapat 12,2 persen atau hampir 30 jutaan penduduk Indonesia masuk dalam indeks potensi terpapar radikalisme. Dari jumlah tersebut, sebanyak 85 persen di antaranya adalah generasi milenial dengan rentang usia 20-39 tahun. Secara spesifik hasil survei menyebutkan bahwa sekitar 23,4 persen mahasiswa dan pelajar mengaku anti-Pancasila dan pro terhadap khilafah.

    Menanggapi hal itu Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Serang, Deni Arisandi mengatakan perlu adanya penyadaran dan kerjasama dari semua pihak agar bisa menangkal semakin merebaknya faham yang bisa menghancurkan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

    “Radikalisme sangat membahayakan, karena bisa memecah belah bangsa dan NKRI. Bahaya laten kiri dan kanan jika dibiarkan tumbuh pesat di negara kita, NKRI tinggal menunggu cerita (bubar),” ujar Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Serang, Deni Arisandi, di ruangannya, Kamis (30/6).

    Menurut Deni, perlu danya upaya deteksi dini dari semua kalangan, agar faham radikalisme di Provinsi Banten tidak berkembang pesat. Menurutnya, lebih baik mencegah ketimbang mengobati, karena NKRI yang sudah diperjuangkan oleh para pejuang dulu harus bisa dipertahankan dan dikuatkan.

    “Makanya harus disosialisasikan oleh pemerintah mulai dari atas hingga tingkat bawah, soal bahaya radikalisme dan dampaknya. Kami juga dari KONI selalu menginformasikan dan mensosialisasikan bahwa radikalisme harus dibabat habis,” kata Deni.

    Salah satu upaya yang sudah dilakukan oleh KONI Kota Serang untuk menangkal faham radikalisme menurut Deni yakni dengan memberikan ruang kepada masyarakat di bawah binaan KONI Kota Serang, untuk berkreativitas.

    “Upaya yang sudah dan akan terus kami lakukan yakni mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga kepada masyarakat khususnya generasi muda. Hal ini menurut kami positif dan bisa menumbuhkembangkan kecintaan terdahap NKRI. Hal yang paling sederhana yang kami lakukan, di setiap event olahraga, kami selalu memasukan nuansa merah putih baik dalam pakaian olahraga ataupun spanduk-spanduk yang kita sebar,” tambah Deni.

    Di sisi lain, Deni juga mengapresiasi kinerja dari TNI Polri yang sudah bekerja keras dalam menangkal merebaknya faham radikalisme di Provinsi Banten dan Kota Serang. Namun demikian, Deni juga meminta dukungan kepada masyarakat luas, agar turut serta membantu TNI Polri menangkal faham radikalisme.

    “Pihak kepolisian dan TNI sudah maksimal menangkal radikalisme, tinggal adanya dukungan dari masyarakat kepada TNI Polri,” tukasnya.

    Terakhir, Deni menghimbau kepada seluruh warga di Kota Serang dan Provinsi Banten, agar bisa sama-sama bertanggungjawab dan bekerja keras untuk menjaga keutuhan NKRI dan membasmi semakin merebaknya faham radikalisme. (AZM)

  • ‘Musibah’ Anggaran Bencana

    ‘Musibah’ Anggaran Bencana

    Provinsi Banten cukup rawan mengalami bencana alam, seperti banjir, longsor, dan gempa bumi. Hal ini setidaknya terlihat dari banyaknya bencana yang terjadi rentang waktu 2018-2021. Selain bencana alam, pada rentang waktu tersebut juga terjadi bencana non alam yaitu pandemi Covid-19. Terjadinya pandemi dan bencana pada akhirnya mengakibatkan prioritas anggaran pemerintah pusat dan daerah cukup besar untuk menangani permasalahan tersebut.

    Namun ternyata, besarnya anggaran penanggulangan bencana yang ada justru berpotensi menjadi sebuah ‘musibah’ dengan terjadinya penyimpangan anggaran. Tercatat pada tahun 2018-2021, BPK menemukan beberapa temuan terkait penggunaan anggaran bencana di pemerintah daerah, seperti pembangunan hunian tetap bagi para penyintas bencana dan pembangunan infrastruktur pasca-bencana.

    Beberapa bencana yang cukup menjadi perhatian publik diantaranya adalah tsunami yang terjadi di Selat Sunda Kabupaten Pandeglang, serta tanah longsor di Kabupaten Lebak.

    Dua daerah tersebut tercatat cukup rawan terhadap bencana. Berdasarkan data BPS yang diolah oleh BANPOS, untuk Kabupaten Lebak, pada tahun 2019 tercatat ada 167 bencana, sedangkan pada tahun 2020 tercatat ada 171 bencana dan pada tahun 2021 ada 212 bencana. Sedangkan untuk di Pandeglang sendiri tercatat pada tahun 2019 terjadi 148 bencana dan 72 bencana pada tahun 2020.

    Namun sayangnya, dengan tingginya tingkat bencana di daerah tersebut juga ternyata mengakibatkan rentannya terjadi penyimpangan. Seperti yang terjadi di Kabupaten Pandeglang, alokasi anggaran untuk hunian tetap (huntap) bagi para penyintas tsunami ternyata mengalami temuan selama dua tahun berturut-turut.

    Pada tahun 2020, BPK Perwakilan banten menyatakan, terjadi pemahalan harga dan kelebihan pembayaran pada pekerjaan pembangunan hunian tetap di BPBD. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pelaksanaan item pekerjaan pemasangan listrik tidak sesuai ketentuan. Hal tersebut mengakibatkan kelebihan pembayaran sebesar Rp434.698.500,00.

    Akan tetapi ibarat terjerumus di lubang yang sama, temuan anggaran hunian tetap kembali terjadi pada tahun 2021. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK tahun 2021, pada pelaksanaan paket pekerjaan Hunian Tetap (Huntap) pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBDPK) Kabupaten Pandeglang, menjadi temuan BPK karena tidak sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan.

    Diketahui, proyek pembangunan 233 Hunian Tetap (Huntap) untuk warga terdampak bencana tsunami yang terjadi pada tahun 2018 lalu di Desa Sumberjaya, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang sebesar Rp19,1 miliar ditemukan adanya kelebihan pembayaran sebesar Rp551,521 juta.

    Anggaran pembangunan yang berasal dari dana hibah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebesar Rp 74,666 miliar, dimana Rp 21,087 miliar untuk pembangunan 233 huntap di Kecamatan Sumur dan setelah dilelangkan, pembangunan rumah korban bencana tsunami itu menjadi Rp19,1 miliar.

    Pekerjaan tersebut dilaksanakan oleh PT Bongbong Karya Utama (BKU) sesuai kontrak Nomor 640/01/SP/BPBD/2021 tanggal 3 Juni 2021 senilai Rp 19.199.479.500. Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan 120 hari kalender terhitung mulai 3 Juni sampai dengan 30 September 2021.

    Hasil pemeriksaan atas dokumen kontrak, backup data atau final quantity, hasil pemeriksaan tim Provisional Hand Over (PHO) dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh BPK pada tanggal 29 Maret 2022 bersama dengan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK),Tim PHO, Penyedia jasa, konsultan pengawas dan Inspektorat Kabupaten Pandeglang diketahui terdapat ketidaksesuaian spesifikasi kontrak berupa kekurangan volume dan kemahalan harga senilai Rp551.521.106.45.

    Rinciannya, item pekerjaan Baja CNP 95 x 33 x 10 x 1,8 + cat zincromate  senilai Rp 63.478.995,18, item pekerjaan Jendela JK 1 senilai Rp24.963.336,20. Selanjutnya, item pekerjaan Cat daun pintu senilai Rp2.636.885,32, item pekerjaan instalasi penerangan senilai Rp 80.850.880,00, item pekerjaan Sambungan PLN 900 Watt senilai Rp150.894.500,00, item pekerjaan baru sebanyak 16 item senilai Rp228.696.509,75. Dengan jumlah sebesar Rp 551.521.106,45.

    Sekretaris BPBDPK Pandeglang, Rahmat Zultika mengakui adanya kelebihan pembayaran pada proyek Huntap terhadap pelaksana. Namun, pihak ketiga atau pelaksana sudah mengembalikan dan melakukan pembayaran secara bertahap ke kas daerah.

    “Iya memang ada temuan itu. Tetapi, pihak pemborong sudah membayar Rp 100 juta di awal, kemarin-kemarin Rp 350 juta lebih. Sisanya kemungkinan bulan depan,” kata Rahmat Zultika kepada BANPOS beberapa waktu lalu.

    Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dalam proyek pembangunan Huntap tersebut, pihaknya membantah bahwa temuan BPK tersebut bukan akibat kelalaian BPBD saat membayar pekerjaan tersebut.

    “Bukan tidak kita awasi, tetapi kan pihak teknis ada pihak perencana, ada juga konsultan yang mengawasi. Kalau saya kan percaya saja sama mereka, karena memang mereka yang dilapangan,” ujarnya.

    Namun begitu, lanjut Rahmat, temuan BPK tersebut menjadi catatan penting bagi instansinya agar kedepan tidak terulang kembali. Untuk pihak pelaksana sendiri, pihaknya telah memberikan teguran dan meminta untuk bertanggung jawab agar persoalan tersebut bisa segera diselesaikan.

    “Jadi catatan kita, penting ini. Saya sudah sampaikan supaya diselesaikan, karena kalau tidak tentunya akan menjadi beban kita,” katanya.

    Terpisah, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) Huntap, Lilis Sulistiyati membantah apabila temuan tersebut kelalaian pihaknya. Dia berdalih, temuan tersebut merupakan hal biasa sebagai manusia dan bisa diperbaiki.

    “Setiap pekerjaan pasti ada temuan. Sudah kok, sudah kita selesaikan. Bukan hal yang aneh, namanya juga manusia,” katanya.

    Menanggapi temuan BPK tersebut, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kabupaten Pandeglang menilai bahwa BPBDPK Kabupaten Pandeglang lalai dalam melakukan pengawasan.

    Ketua Umum IMM Kabupaten Pandeglang, Sadin Maulana mengatakan, temuan BPK terhadap pengerjaan proyek huntap menjadi cerminan akan ketidak becusan BPBDPK dalam melakukan tugas dan fungsinya dalam melakukan pengawasan.

    “Ditambah lagi proyek ini sebagai bantuan bencana yang mana sangat dibutuhkan oleh para korban tsunami selat sunda. jangan sampai dijadikan sebagai ladang untuk melakukan tindakan yang terindikasi koruptif,” katanya.

    Menurutnya, dalam temuan tersebut BPK menilai bahwa Kepala BPBDPK kurang optimal dalam pengendalian dan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan.

    “Selain itu PPK kurang cermat dalam pemeriksaan dan serah terima hasil pekerjaan dan PPTK kurang cermat dalam pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Sehingga saat dilakukan pembayaran, ada kelebihan,” terangnya.

    Ditambahkannya, sebagai pelaksana, pihak perusahaan juga tidak profesional dalam melaksanakan pekerjaan, karena saat mengajukan pembayaran ada fisik yang belum dipasang dan menjadi temuan BPK.

    “Kalau ada fisik yang tidak dipasang, kenapa mengajukan pembayaran seratus persen kepada BPBDPK. Sehingga hal tersebut menjadi temuan BPK,” ujarnya.

    Oleh karena itu, lanjut Sadin, pihaknya meminta agar pihak pelaksana melakukan proses pengembalian kelebihan pembayaran ke kas daerah dan untuk efek jera atas ketidak profesionalan perusahaan dalam melaksanakan pekerjaannya perusahaan tersebut untuk di blacklist.

    “Segera kembalikan kelebihan pembayaran kepada kas daerah dan perusahaan tersebut di blacklist sebagai efek jera. Kami juga mendesak DPRD dan Bupati agar bersikap tegas dalam menyikapi masalah tersebut,” ungkapnya.

    Penyimpangan anggaran bencana juga terjadi di Kabupaten Lebak. Anggaran bencana kebakaran yang seharusnya diberikan kepada korban kebakaran justru masuk ke kantong pribadi salah seorang pegawai Dinas Sosial (Dinsos) Lebak. Selain itu, pada BPK pada tahun 2020 juga mengeluarkan temuan adanya pemborosan keuangan negara dalam hal penanganan Covid-19 sebesar Rp314.788.176,20 yang dikarenakan adanya pengadaan barang yang tidak menggunakan e-katalog.

    Terkait dugaan penyelewengan dana bantuan. Diketahui bahwa dialokasikan belanja tak terduga sebesar Rp341 juta yang bersumber dari APBD 2021 Lebak untuk para korban bencana kebakaran di Kecamatan Cigemlong, Lebak Selatan.

    Saat ditelusuri, uang yang ditransfer ke rekening pribadi AT yang menjabat sebagai Kabid Linjamsos Dinsos Lebak itu malah digunakan untuk keperluan pribadinya.

    Adapun modusnya, sebagaimana pernyataan Kepala Inspektorat Kabupaten Lebak saat itu, Halson Nainggolan, bahwa oknum AT telah melakukan manipulasi saat memberikan Bansos, seakan-akan Bansos sudah diserahkan, padahal, uangnya sendiri ia transfer ke rekening pribadinya.

    “Jadi saat memberikan bantuan-bantuan, AT mengambil Foto dan video sendiri secara simbolis terus dia melaporkan kepada pimpinannya. Seakan-akan sudah diserahkan, padahal yang lainya belum mendapatkan,” katanya kepada BANPOS saat itu.

    Begitupun setelah dilakukan ditracking, dana Bansos yang disalahgunakan oleh AT, meliputi beberapa kecamatan, diantaranya Cigemblong, Cibeber dan Cikulur yang dicairkannya pada Tahun 2021.

    Dalam hal ini, Kepala Unit Tindak Pidana Korupsi (Kanit Tipikor) Polres Lebak, Inspektur dua (Ipda) Putu Ari Sanjaya menjelaskan, untuk kasus dugaan tindak pidana korupsi dana bantuan untuk korban bencana pada bulan Februari-Maret 2021 lalu pihaknya masih menunggu hasil audit kerugian negara dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Provinsi Banten.

    Disebutkan, pihaknya telah memeriksa ratusan saksi untuk mengungkap kasus tersebut.

    “Kita sudah memeriksa ratusan saksi, tapi kita belum bisa melanjutkan proses penyidikan sebelum menerima hasil audit dari BPK Banten,” ujar Ipda Putu Ari Sanjaya.

    Kepala Dinsos Kabupaten Lebak, Eka Darmana Putra saat itu, mengatakan bahwa dana yang disalahgunakan merupakan dana Bansos bagi korban bencana di Kabupaten Lebak. Eka menambahkan, bahwa gelagat AT dari awal sudah diketahui. Karena tidak semua masyarakat korban bencana menerima bantuan.

         “Itu hak untuk korban bencana alam. Korban bencana kebakaran, longsor dan sebagainya. Yang nilainya kurang lebih sekitar 341 juta. Jumlah itu berdasarkan hasil investigasi di lapangan,” jelas Eka pada saat itu.

          Terbongkarnya kasus itu, kata Eka, saat warga mempertanyakan bantuan yang tak kunjung diterima para korban.

          “Ketika kami memberikan bantuan korban Bencana Kebakaran ke Cigemblong, masyarakat mempertanyakan bantuan bencana yang tak kunjung diterima. Setelah ditelusuri ternyata bantuan tersebut tidak diberikan” paparnya.

          Terpisah, politisi PPP Lebak, Musa Weliansyah kepada BANPOS meminta agar Aparat Penegak Hukum (APH) untuk mengusut hingga tuntas dugaan penggelapan dana yang dilakukan oleh oknum AT terhadap bantuan milik para korban bencana itu.

         Ditegaskan Musa, bahwa tidak ada kata toleransi dalam kasus ini, dimana seorang pejabat menggelapkan dana bantuan hak milik korban bencana yang pada saat itu tengah tertimpa musibah.

          “Pokoknya saya minta jangan ada toleransi, tindak tegas. Itu harus diproses hukum hingga terbongkar semua,” tegasnya.(WDO/dhe/PBN)

  • Aje Kendor Diantara Ria dan Nanang

    Aje Kendor Diantara Ria dan Nanang

    PETA politik Pilkada Kota Serang mendatang sedikit demi sedikit mulai terungkap. Sejumlah pihak mulai berani untuk membuka gambaran peta tersebut. Dalam peta politik tersebut, skema muncul memanglah duel Aje Kendor. Diantara duel tersebut, muncul sejumlah nama yakni Ketua DPD II Partai Golkar Kota Serang, Ratu Ria Maryana dan Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Serang, Nanang Saefudin.

    Nama Ratu Ria Maryana muncul selain karena adanya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang partainya Ria yakni Partai Golkar merupakan anggotanya, juga karena tradisi yang kerap digunakan oleh keluarga Trah Rau. Tradisi tersebut yaitu mengambil birokrat sebagai pasangan dalam kontestasi politik.

    Tradisi itu dapat dilihat dari pencalonan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten dengan menggandeng Mohammad Masduki sebagai wakilnya. Masduki diketahui merupakan birokrat di Provinsi Jawa Barat. Jabatan terakhirnya yakni Kepala Dinsos Provinsi Jawa Barat.

    Selain itu, tradisi menggandeng birokrat pun dapat dilihat pada pencalonan Ratu Tatu Chasanah sebagai Bupati Serang dengan menggandeng Pandji Tirtayasa dan pencalonan Tb. Haerul Jaman sebagai Walikota Serang dengan menggandeng mantan Sekda Kota Serang, Sulhi Choir.

    Tradisi tersebut digadang-gadang akan kembali diterapkan pada pencalonan Ratu Ria Maryana. Dengan tradisi itu, maka terdapat dua orang yang disebut dapat berpasangan dengan Ratu Ria Maryana. Keduanya yakni Syafrudin dan juga Nanang Saefudin.

    “Pilihannya jika mau jadi Walikota, Ratu Ria bisa menggandeng Nanang. Kalau cukup jadi Wakil Walikota, bisa berpasangan dengan Syafrudin. Karena Syafrudin tetap dianggap birokrat dengan pengalaman kerjanya yang cukup lama,” ujar salah satu sumber BANPOS di lingkungan DPRD Kota Serang.

    Sumber BANPOS tersebut juga mengatakan bahwa Nanang saat ini tengah didekati oleh sejumlah Partai Politik. Meskipun belum pasti, namun tidak menutup kemungkinan Nanang memang akan dipinang untuk maju dalam kontestasi Pilwalkot mendatang.

    Hal itu diperkuat oleh sumber BANPOS di lingkungan Pemkot Serang. Sumber BANPOS yang merupakan pejabat Eselon itu mengaku bahwa Nanang saat ini sudah mulai berani ‘membangkang’ terhadap Syafrudin. Disebutkan bahwa hal itu akibat kedekatannya dengan salah satu Parpol.

    “Pak Syafrudin jadi pusing sendiri sebenarnya, karena seharusnya pak Nanang itu kan mengikuti arahan dari pak Syafrudin. Bagaimanapun eksekutor pembangunan harusnya Sekda, tapi sekarang malah lebih sering tidak dilakukan,” tutur dia.

    Nanang pun digadang-gadang memiliki keinginan untuk maju sebagai calon Wakil Walikota Serang. Namun belum diketahui siapa yang akan mengambil dirinya sebagai pasangan pada Pilwalkot 2024 mendatang.

    Saat dikonfirmasi, Nanang mengaku bahwa dirinya sama sekali tidak pernah kepikiran untuk maju dalam kontestasi Pilkada. Bahkan menurutnya, ia sendiri tidak pernah memimpikan untuk diberi amanah sebagai Sekda Kota Serang.

    “Memimpikannya aja belom pernah. Sementara ini saya mengabdikan diri sebagai ASN terlebih dahulu saja,” ujar Nanang ketika diwawancara BANPOS.

    Nanang menuturkan bahwa sampai saat ini, dirinya belum pernah diajak berkomunikasi oleh Partai Politik manapun untuk membicarakan Pilwalkot Serang.

    “Tapi sampai saat ini masih belum ada tuh Partai Politik yang melirik saya. Belum, dari dewan juga belum. Itu juga baru bercanda-bercanda saja, kan berbeda tuh bercanda dengan serius,” tuturnya sembari tertawa.

    Ia menegaskan bahwa sampai saat ini dirinya masih taat dan patuh terhadap perintah pimpinan, yakni Syafrudin selaku Walikota dan Subadri Ushuludin selaku Wakil Walikota. Kendati demikian, ia pun tidak menutup kemungkinan bahwa dirinya akan terjun ke dunia politik.

    “Yah hidup itu kan ke depan goib, kita kan tidak tahu yah ke depan seperti apa. Saya pun menjadi Sekda tidak tahu kan,” tandasnya. (DZH/ENK)