Penulis: Gina Maslahat

  • PPP Siap Membangkang

    PPP Siap Membangkang

    PERKONGSIAN antara Syafrudin dan Subadri di bawah slogan Aje Kendor diyakini telah retak dan mendekati perpecahan. Hal itu setelah PPP menunjukkan gelagat untuk pecah kongsi dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) maupun koalisi Aje Kendor.

    Partai berlambang Ka’bah tersebut sudah mempersiapkan diri untuk mencalonkan Walikota Serang dari kader internalnya. Bahkan, mereka lebih memilih membangkang perintah pusat ketimbang harus membuat cita-cita mereka untuk menjadikan kader mereka sebagai Walikota Serang.

    Ketua DPC PPP Kota Serang, Uhen Zuhaeni, saat dihubungi BANPOS mengatakan bahwa pihaknya telah memanaskan mesin politik mereka, untuk bisa memenangkan Pemilu Legislatif (Pileg) di tahun 2024 mendatang. Sebab, Pileg merupakan kendaraan untuk bisa maju di kontestasi Pemilihan Walikota (Pilwalkot).

    “Jadi terkait dengan Pilwalkot, tentu yang harus dibereskan adalah Pilegnya dulu. Karena itu merupakan kendaraan. Karena kendaraan Pilwalkot adalah kursi Pileg, maka saat ini yang harus dilakukan adalah mengusahakan satu dapil satu kursi. Sehingga target untuk mengusung Walikota itu dapat terpenuhi. Jadi sekarang sedang melakukan pemetaan dapil untuk orang-orang yang berpotensi menang,” ujarnya.

    Ia mengaku bahwa DPC PPP Kota Serang telah membuka pendaftaran bagi para bakal calon legislatif (Bacaleg) yang akan maju pada Pileg 2024. Ia pun mengklaim jika pendaftaran tersebut telah dibanjiri banyak Bacaleg yang akan bertarung nanti.

    “Pileg kami sudah buka pendaftaran. Bahkan hampir semua dapil sudah terisi, tinggal 20 persen lagi yang belum full. Bahkan ada dapil tertentu yang jumlahnya overload. Itu juga pengaruh dari rencana kami mendorong ke Walikota. Jadi ada semangat dan tujuan yang sama untuk mendorong untuk maju di Pilwalkot,” terangnya.

    Uhen pun secara terang-terangan menegaskan bahwa Subadri Ushuludin lah calon Walikota Serang yang akan diusung oleh PPP. Uhen mengaku bahwa Subadri pada Pilwalkot lalu terpaksa diposisikan menjadi Wakil Walikota Serang, meskipun telah ditargetkan sebagai Walikota.

    “Sudah dong, sudah ada (Calon Walikota), ini tidak perlu diumpet-umpetin lagi. Kami punya kader yang saat ini sudah menjadi Wakil Walikota. Karena kan beliau (Subadri) sebenarnya diusung menjadi Walikota. Berhubungan bahwa pada saat itu kursi kami kurang, maka kami harus legowo untuk menjadi Wakil Walikota,” ucapnya.

    Kepastian Subadri untuk dicalonkan sebagai Walikota Serang menurutnya memang masih belum resmi. Karena, belum diselenggarakan musyawarah terkait dengan hal itu. Akan tetapi, di setiap agenda-agenda besar, nama Subadri kerap dielukan untuk maju sebagai Calon Walikota Serang oleh para kadernya.

    “Belum kalau itu, tapi pada kesempatan atau event-event besar, seperti di Muscab, itu dihadiri oleh Waketum dan Majelis Pertimbangan bahwa kami sampaikan, tahun depan PPP akan mencalonkan Walikota. Saya ulang lagi di Musangcab, kami sampaikan bahwa kami akan memiliki target tersebut. Maka harus memenuhi target yang telah ditentukan,” tegasnya.

    Terkait dengan KIB yang membuat posisi Subadri terancam lantaran kehadiran Partai Golkar yang juga berpotensi mengusung kader internalnya, Uhen mengaku tidak masalah. Sebab meskipun dalam kesepakatan koalisi di nasional mengamanatkan koalisi juga dibentuk di daerah, tidak menjadi tabu dalam dunia politik untuk keluar dari koalisi.

    “Kalau dari Memorandum of Understanding (MoU) yang dibuat pada saat launching KIB, koalisi itu harus sampai ke daerah. Tapikan saya orang yang agak sedikit nyeleneh. Koalisi itu yang dicari adalah menang, bukan hanya bersama-sama. Dalam koalisi itu kan tidak tabu ketika harus keluar dari koalisi,” ungkapnya.

    Ia menuturkan, koalisi yang dibentuk oleh pengurus pusat memang merupakan zona nyaman yang dapat memperbesar potensi kemenangan dalam kontestasi politik. Akan tetapi menurutnya, zona nyaman yang dianggap oleh orang lain, belum tentu zona nyaman bagi pihaknya.

    Sehingga, keluar dari zona yang orang lain sebut nyaman untuk pergi ke zona yang memang pihaknya anggap nyaman, sangat memungkinkan. Apalagi jika tetap mempertahankan diri berada di dalam zona nyaman tersebut, akan membuat target Pilwalkot mereka tidak akan tercapai.

    “Ada kondisi bahwa kami harus berada di posisi kedua (jika dalam koalisi). Padahal kami harus memiliki target untuk berada di posisi ke satu (Walikota). Maka dari itu, tidak salah dong ketika kami mengambil langkah sedikit berbeda dengan keluar dari zona nyaman, dan menemukan zona nyaman kami sendiri. Pokoknya di Pilwalkot, tidak ada pilihan Subadri Ushuludin menjadi Wakil Walikota. Yang ada kami mengusung Subadri Ushuludin sebagai Walikota Serang,” tegasnya. (DZH)

  • Aje Kendor Milik Siapa?

    POTENSI tidak bersatunya duet Aje Kendor pada gelaran Pilwalkot mendatang mendapat respon dari tokoh masyarakat Kota Serang, Agus Setiawan. Ia yang merupakan salah satu tim pengusung duet Aje Kendor itu menegaskan bahwa keduanya harus kembali bersatu pada gelaran Pilwalkot nanti.

    Dengan bersatunya kembali Syafrudin-Subadri pada Pilwalkot 2024, maka keduanya pun dapat kembali bergerak dengan jargon yang sama seperti 2018 lalu yakni Aje Kendor.

    “Kalau saran saya yah, saya mengenal baik keduanya. Maka sebaiknya bersatu lagi. Tentu dengan perbaikan sistem hubungan yang lebih baik untuk kebaikan bersama. Kalau seperti itu, maka tagline Aje Kendor tidak perlu diperdebatkan,” ujarnya.

    Persoalan tagline sebenarnya kerap diperbincangkan di kalangan masyarakat maupun pejabat di lingkungan Kota Serang. Pasalnya, tagline Aje Kendor seolah sudah dijadikan sebagai ikon Kota Serang, baik dalam bentuk jargon, ornamen dan berbagai publikasi Pemkot Serang.

    Hal itu pun membuat masyarakat dan pejabat di Kota Serang mempertanyakan, jika nantinya Syafrudin dan Subadri akan saling melawan di kontestasi Pilwakot, siapa yang akan menggunakan tagline Aje Kendor. Meskipun saat ini diketahui, Subadri sudah membuat tagline sendiri yakni ‘Tulung Weh’.

    Agus pun menegaskan bahwa apabila keduanya tidak lagi bersama, maka keduanya dilarang untuk menggunakan tagline Aje Kendor. Agus mengaku bahwa tagline Aje Kendor akan dikembalikan ke pemilik awalnya yakni perkumpulan Bahasa Jawa Serang.

    “Kalau keduanya pecah kongsi, maka tidak boleh ada yang menggunakan tagline Aje Kendor. Karena saya yang menciptakan tagline tersebut. Tidak boleh digunakan. Maka saya akan kembalikan tagline tersebut kepada perkumpulan Bahasa Jawa Serang, dimana saya sebagai pembinanya,” kata Agus.

    Bahkan menurutnya, jika Syafrudin maupun Subadri memaksakan diri untuk menggunakan tagline Aje Kendor dalam Pilwalkot nanti, maka dirinya tidak segan untuk mengambil langkah hukum terkait dengan hal itu.

    “Kalau perlu saya udag-udag (kejar) kalau memang pecah kongsi namun digunakan lagi (taglinenya). Gak boleh, siapapun tidak boleh gunakan Aje Kendor kalau pecah kongsi. Berhadapan dengan saya. Kita uji di pengadilan nanti,” ucapnya.

    Menurut Agus, sebenarnya pasangan tersebut masih bisa kembali bersatu. Namun syaratnya adalah keduanya saling mawas diri, sadar akan kemampuan serta potensi dan juga kekurangan yang dimiliki oleh diri mereka sendiri.

    “Jika keduanya digabungkan, maka akan menjadi kekuatan untuk kepentingan masyarakat. Tapi kan banyak saya dengar ketidakpuasan terhadap kinerja keduanya, maka akan sulit. Kan banyak yang saling memegang ego, tidak ada kesadaran untuk memberikan yang terbaik kepada masyarakat. Maka dari itu, kesadaran yang saya sampaikan adalah bagaimana memperbaiki kondisi untuk diorientasikan kepada masyarakat,” tandasnya. (DZH/ENK)

  • Duet Jadi Duel 

    Duet Jadi Duel 

    PERHELATAN Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 semakin dekat. Tensi politik pun perlahan mulai meningkat seiring mesin partai politik yang menggerakkan motor politiknya. Di Kota Serang, ada potensi perpecahan kongsi antara Walikota Syafrudin dan Wakil Walikota Subadri Ushuludin yang saat ini menjadi duet. Pasangan ini pun berpotensi menjalani duel demi memenangi tahta kepemimpinan Kota Serang periode 2024-2029.

    Di tataran elit politik di jajaran nasional telah melakukan sejumlah manuver politik guna menghadapi agenda lima tahunan, yang digelar perdana secara serentak pada tahun 2024 nanti.

    Otak-atik kursi dewan agar bisa lolos ambang batas pencalonan Presiden atau dikenal dengan Presidential Treshold sudah mulai dilakukan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, Parpol yang ingin mengusung Calon Presiden dan Wakil Presiden diharuskan memiliki kursi di DPR RI minimal 20 persen.

    Dengan jumlah kursi sebanyak 575, maka Parpol tersebut minimal harus mengantongi sebanyak kurang lebih 115 kursi. Dengan demikian, hanya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) saja yang bisa mencalonkan Presiden dan Wakil Presiden.

    Mereka yang memiliki kursi kurang dari 20 persen, dipersilakan untuk membentuk koalisi guna memenuhi ambang batas tersebut. Sejumlah Partai Politik (Parpol) pun membentuk koalisi di tingkat pusat. Koalisi di tingkat pusat memang lebih mudah terbentuk, mengingat perhitungan kursi legislatif yang digunakan pada gelaran Pilpres adalah kursi periode sebelumnya.

    Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di tingkat pusat telah membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Jika diakumulasikan, koalisi tersebut telah mengantongi sebanyak 148 kursi, dengan rincian Partai Golkar sebanyak 85, PAN sebanyak 44 dan PPP sebanyak 19.

    Koalisi tersebut pun diperintahkan agar dapat ditarik ke masing-masing daerah. Begitu juga dengan Kota Serang. Akan tetapi, pembentukan KIB di tingkat daerah, khususnya Kota Serang, dianggap sulit untuk dilakukan. Pasalnya, masing-masing daerah dipastikan bakal terjadi konflik kepentingan antar partai anggota koalisi. Terlebih, tiket untuk mencalonkan Kepala Daerah merupakan tiket baru hasil Pileg 2024, berbeda dengan Pilpres yang menggunakan perhitungan kursi periode sebelumnya.

    Persoalan lain yang muncul di Kota Serang jika KIB dipaksa berdiri di ibukota Provinsi Banten tersebut yakni seluruh partai anggota koalisi memiliki jagoan masing-masing yang akan diusung di Pilwalkot Serang 2024. Partai Golkar digadang-gadang akan mencalonkan Wakil Ketua DPRD Kota Serang yang juga merupakan Ketua DPD II Partai Golkar Kota Serang, Ratu Ria Maryana. Sedangkan PAN memiliki Walikota petahana, Syafrudin. Begitu juga dengan PPP yang memiliki Wakil Walikota petahana, Subadri Ushuludin.

    Kondisi politik tersebut pun membuat dua opsi terpaksa muncul. Opsi pertama ialah mempertahankan duet petahana yang pada saat pencalonannya menggunakan jargon ‘Aje Kendor’ dan ‘menendang’ Partai Golkar keluar dari koalisi di daerah, atau merubah ‘duet’ Aje Kendor menjadi ‘duel’ Aje Kendor dengan ‘menendang’ salah satu petahana keluar dari koalisi, dan merangkul Partai Golkar.

    Akademisi, Pengamat Politik sekaligus Peneliti Senior Populi Center, Usep S. Ahyar, mengatakan bahwa koalisi yang telah dibentuk di tingkat nasional menurutnya masih belum permanen. Begitu pula di daerah. Sebab, kondisi politik masih dinamis dan masih bisa berubah-ubah.

    “Saya kira juga kalau menurut pengalaman, maka akan berbeda-beda (koalisi pusat dengan koalisi daerah). Ini juga terjadi di daerah-daerah, poros koalisi terbentuk baru sebagaimana dinamika politik yang ada,” ujarnya kepada BANPOS, Kamis (30/6).

    Dalam sejarah perpolitikan di Indonesia pun menurutnya, sangat jarang koalisi pusat selaras dengan koalisi di daerah. Karena, kerap terjadi Parpol yang berkoalisi di pusat, justru saling berlawanan ketiga gelaran Pilkada dihelat.

    Akan tetapi, Usep menuturkan bahwa bisa saja koalisi yang berada di Pusat dengan di daerah dapat linier. Pasalnya, pada 2024 mendatang seluruh kontestasi politik akan berlangsung dalam waktu yang berdekatan.

    “Tapi karena ini sangat dekat dengan Pilkada, ada kemungkinan besar (akan linier). Namun mungkin tidak seluruh daerah akan sama dengan pusat, karena kan dinamika daerah itu berbeda. Lalu hasil Pileg di daerah juga kadang tidak sama,” ucapnya.

    Sebagai contoh, jika di Pileg nasional Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapat menempati posisi pertama perolehan suara, belum tentu di daerah-daerah juga terjadi demikian. Karena, hal itu tetap mengacu pada dinamika politik daerah, dan karakteristik pemilih.

    “Karena dominasinya, karakter pemilihnya juga berbeda. Nah itu sangat menentukan juga dalam membangun koalisi. Misalkan karakternya itu nasionalis, maka Partai-partai nasionalis yang akan memenangkan di daerah,” tuturnya.

    Potensi KIB dapat ditarik ke daerah, khususnya di Kota Serang, menurutnya tetap ada. Namun melihat peta politik di Kota Serang yang petahananya merupakan bagian dari KIB, namun Partai Golkar yang juga tetap mau memajukan calon dari kadernya sendiri, memungkinkan terjadinya ‘perpecahan’ koalisi dengan ‘menendang’ salah satu partai.

    “Kemungkinan (ditendang) ada. Tapi tetap dinamika mengikuti daerah juga. Apalagi ini kan masanya otonomi daerah, pusat pun akan melihat di daerah seperti apa kepentingannya. Tidak akan selalu daerah mengikuti pusat. Jadi Kota Serang juga bisa jadi berbeda koalisinya dengan di nasional,” ucapnya.

    Namun Usep mengingatkan bahwa yang perlu diperhatikan saat ini bukanlah siapa yang akan maju sebagai Calon Walikota, namun siapa yang akan memenangkan tiket untuk melaju dalam kontestasi politik tersebut. Sebab jika kalah dalam Pileg, secara otomatis tiket untuk maju pun hilang.

    “Jadi memang itu menentukan juga koalisi dengan siapa, partai mana dengan partai mana. Tidak melulu akan mempertimbangkan hasil koalisi di nasional. Maka dari itu, hasil Pileg itu akan menentukan siapa yang akan menjadi pimpinan koalisi, siapa yang akan dicalonkan,” tegasnya.

    Walikota Serang, Syafrudin, saat dikonfirmasi BANPOS mengaku bahwa dirinya masih belum kepikiran untuk Pilkada 2024. Begitu pula dengan siapa yang akan berpasangan dengan dia pada Pilkada 2024 nanti.

    “Kayaknya belum sih. Sekarang ini kami masih berfokus untuk bekerja sampai akhir 2023 nanti. Kalau urusan cocok-cocokan (untuk berpasangan dalam Pilwalkot), yah itu mah urusan nanti lah,” ujar Syafrudin.

    Diakui oleh mantan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang itu, saat ini kepemimpinan dirinya masih banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan, agar dapat merealisasikan visi-misi yang dulu diusung.

    “Kami masih punya PR-PR yang harus diselesaikan. Jadi tujuan kami agar selesaikan dulu deh visi-misi kami, kami tuntaskan dulu semuanya,” ucap pria yang juga merupakan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PAN Provinsi Banten tersebut.

    Kendati demikian, Syafrudin mengaku tidak masalah apabila pada kontestasi Pilwalkot 2024 nanti dirinya harus berlawanan dengan Subadri Ushuludin. Menurutnya, hal itu merupakan hal yang lumrah di negara demokrasi.

    “Setelah itu bagaimana rencana ke depan, nanti kami akan bicarakan mungkin di 2024. (Apakah dengan Subadri atau tidak) itu relatif sih. Mudah-mudahan masih bareng. Tapi kalaupun tidak, ya itu kan namanya demokrasi,” terangnya.

    Sementara itu, Wakil Walikota Serang, Subadri Ushuludin, mengatakan bahwa dirinya tidak bisa menyatakan diri akan maju kembali dalam kontestasi Pilwalkot nanti ataupun tidak. Sebab, hal itu menjadi kewenangan masyarakat yang memilihnya.

    “Kemana pun saya, dimana pun saya, kembali lagi kepada masyarakat. Lebih enaknya masyarakat yang menentukan saya harus dimana. Tapi kalau dari saya belum (menentukan),” ujarnya.

    Begitu pula dengan dorongan dari partainya sendiri yakni PPP. Menurutnya sampai saat ini, PPP belum memberikan sikap apakah akan mengusung dirinya lagi untuk maju dalam Pilwalkot mendatang atau tidak.

    “Politik itu kan dinamis. Yang lebih signifikan lagi masyarakat. Kalau partai kan memang perahu kita, kendaraan kita, yang namanya A, B, C, D pasti akan muncul. Tapi itu tadi, kemanapun saya, nyalon dimanapun, silakan nanya ke masyarakat maunya dimana,” ucapnya.

    Menurut dia, dukungan dari masyarakat yang paling utama. Sebab, apabila dirinya maju mencalonkan diri ataupun dicalonkan, namun tidak memiliki dukungan dari masyarakat, maka tidak akan bisa memenangkan kontestasi Pilwalkot.

    “Politik itu kompromi, politik itu juga dinamis. Kami masih fokus ngurusin masa akhir kami, dari sekarang sampai satu setengah tahun ke depan. Makanya saya bilang, tanya ke masyarakat lagi. Kalaupun masyarakat menginginkan kami bareng-bareng lagi (dengan Syafrudin), maka akan kami ikuti,” terangnya. (DZH/ENK)

     

     

  • Kelurahan Jombang Deklarasikan Bersinar 

    Kelurahan Jombang Deklarasikan Bersinar 

    Kelurahan Jombang Wetan, Kecamatan Jombang mendeklarasikan diri menjadi kelurahan bersih dari narkoba (Bersinar). Diketahui, Kelurahan Jombang Wetan menyusul Kelurahan Panggungrawi dan Kelurahan Sukmajaya yang sebelumnya sudah menjadi Kelurahan Bersinar.

    Sub Koordinator Analisis Kebijakan Publik (Kewaspadaan Dini) Bakesbangpol Kota Cilegon Faisal Amin menjelaskan, jika secara data dari BNN Kota Cilegon, Kecamatan Jombang menjadi zona merah peredaran narkoba.

    Oleh karena itu, dilakukan rencana aksi. Selain itu juga, bukan hanya Kelurahan Bersinar saja. Namun juga ada Sekolah Bersinar. “Anggaran kemi yang menyiapkan dengan berbagai program. Kami harap dengan deklarasi ini secara data akan berkurang,” katanya, Kamis (30/6).

    Lebih lanjut, Faisal menjelaskan, total sudah ada 8 Kelurahan Bersinar. Kemudian, Ia berharap kedepan bisa bertambah lebih banyak. “Terpenting adalah bagaimana komitmen semuanya untuk bersama-sama memerangi narkoba,” pungkasnya.

    Sementara itu, Plt Sub Koordinator Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNN Kota Cilegon Ikbal Fahmi menyatakan, Kelurahan Bersinar menjadi salah satu bagian dari rencana aksi nasional pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (P4GN). “Jadi saat ini Kelurahan Jombang Wetan menjadi salah satu Kelurahan Bersinar,” katanya.

    “Dimana ada agen dari masyarakat untuk pemulihan rehabilitasi, penguatan ketahanan keluarga anti narkoba, serta berbagai pelatihan,” sambungnya. (LUK/RUL)

  • 3.442 Orang PPPK Belum dapat SK

    3.442 Orang PPPK Belum dapat SK

    TANGERANG, BANPOS – Sebanyak 3.442 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di Kabupaten Tangerang belum menerima Surat Kerja (SK) selama satu tahun. Hal tersebut diduga menunggu waktu senggang Bupati Tangerang dalam penyerahan SK.

    Kepala Persatuan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Kabupaten Tangerang, Nuryanah mengatakan, secara keseluruhan PPPK di Kabupaten Tangerang sebanyak 3.442 orang. Untuk rinciannya kata dia, yakni PPPK pendidik sebanyak 3,224 orang, non pendidik 114 orang, tenaga kesehatan RSUD Balaraja 50 orang, tenaga kesehatan Puskesmas 52 orang, dan tenaga teknis sebanyak 2 orang.

    “Semuanya belum menerima SK dari tahun 2021. Selama belum menerima SK, maka mereka juga belum mendapatkan hak-hak PPPK. Jadi masih sebagai honorer,” kata Nuryanah kepada Satelit News, kemarin.

    Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Tangerang, Hendar Herawan mengatakan, bahwa jumlah PPPK di Kabupaten Tangerang kurang lebih mencapai 4.000 lebih.

    Menurut Hendar, saat ini pihaknya masih mengagendakan penyerahan SK. Hal itu dikarenakan masih dalam proses pemberkasan.

    Pasalnya, jumlah PPPK di Kabupaten Tangerang terbilang cukup banyak, dibandingkan dengan wilayah lain yang hanya mencapai 1.000 orang atau ratusan orang saja. 

    “Sebetulnya tidak ada kendala. Cuma proses pemberkasan kan ada yang cepat, ada yang lambat. Sementara kalau proses ingin mendapatkan persetujuan teknis dari BKN, itu harus semua pemberkasan selesai,” kata Hendar.

    Selain itu, untuk penyerahan SK kepada PPPK, pihaknya melihat agenda Bupati Tangerang terlebih dahulu. Pasalnya, para PPPK ini, ingin penyerahan SKnya disamakan seperti penyerahan SK PNS.

    “Kita melihat agendanya bupati dulu. Jadi tinggal nunggu perintah saja. SK sudah jadi tinggal serahkan saja. Cuma mereka ingin penyerahan SK seperti PNS, diserahkan oleh pimpinan,” pungkasnya. (ALFIAN/ADITYA/BNN)

  •  Para Orangtua Diminta Waspadai Kasus Grooming

    TANGERANG, BANPOS – Modus pelecehan seksual pada anak kian beragam. Dengan itu, orangtua harus lebih waspada karena kejahatan seksual pada anak yang kini banyak terjadi ialah grooming. Modus pelecehan seksual terhadap anak dengan iming-iming pendekatan. 

    Atas kegelisahan tersebut, Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kota Tangerang menggelar Webinar dengan tema “Waspada Bahaya Modus Grooming Pelecehan Seksual pada Anak”, di Gedung Nyimas Melati, Kota Tangerang, Kamis (30/6). 

    Wakil Ketua I DWP Kota Tangerang, Nita Kiki mengungkapkan kegiatan ini diikuti ratusan anggota DWP dari OPD, kecamatan hingga kelurahan secara hybrid. Pendidikan secara webinar ini ditujukan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam terkait kejahatan seksual pada anak dan remaja khususnya dengan modus grooming. 

    “Dengan itu, para istri ASN Pemkot Tangerang lebih memahami, mencegah hingga meminimalisir kemungkinan terjadinya grooming pada anak-anak kita. Tak terkecuali, dengan ilmu yang didapat juga dapat dishare ke lingkungan sekitar, untuk menjaga anak-anak di lingkungan sekitar. Bahkan, dapat mengambil peran dalam penekanan angka kasus pelecehan atau kejahatan seksual pada anak di Kota Tangerang,” ungkap Nita, usai acara berlangsung. 

    Sementara, dalam Webinar kali ini DWP menghadirkan psikolog yaitu dr. Seto Mulyadi,M.Psi atau biasa akrab dipanggil Kak Seto. Dalam pemaparannya, Kak Seto menjelaskan Grooming merupakan upaya orang dewasa untuk membangun hubungan, kepercayaan, dan ikatan emosional dengan seorang anak atau anak di bawah umur. 

    “Dalam modus ini, pelaku melakukan manipulasi, mengeksploitasi, bahkan melecehkan korban. Hal ini, sangat berdampak pada kondisi kesehatan mental korban, dan dapat meningkatkan depresi, trauma, gangguan kemasan, gangguan kepribadian dan sebagainya. Maka, orangtua harus mengenal dan mengetahui cara penanganannya yang tepat,” papar Kak Seto, lewat meeting zoom. 

    Ia pun mengimbau, para orangtua untuk tidak ragu melakukan edukasi seks sejak dini, tentu dengan cara yang baik dan tepat. Selain itu, selalu tumbuh menjadi orangtua yang dapat menjadi sahabat dan panutan para anak-anak.  

    “Terpenting, membangun komunikasi diskusi sejak dini, sehingga anak-anak terbiasa terbuka atas apa yang mereka rasakan atau mereka alami disetia harinya. Pastinya, tidak ragu datang ke psikolog jika kondisi anak memang membutuhkan penanganan yang serius. Daripada terlambat dan merusak masa depan sang anak,” imbau Kak Seto. (MADE/BNN)

  • Pemprov Diwarning DPRD, Soal Kerugian Negara Samsat Membengkak

    Pemprov Diwarning DPRD, Soal Kerugian Negara Samsat Membengkak

    SERANG, BANPOS –  Kejati telah menghitung ulang kerugian negara yang telah dilakukan oleh oknum pejabat dan pegawai di Samsat Kelapa Dua pada Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Banten. Pembajakan pajak yang semula diklaim sekitar Rp5,8 sampai Rp6 miliar  ternyata membengkak, menjadi Rp10 miliar.

    Pj Gubernur Banten, Al Muktabar diminta untuk terus mengawasi pendapatan daerah yang dikumpulkan dari pajak masyarakat berupa pajak kendaraan bermotor (PKB).

    Ketua DPRD Banten, Andra Soni  dihubungi melalui telpon genggamnya, Kamis (30/6) mengharapkan, agar pemprov bersikap tegas dan serius atas peristiwa hukum yang sedang ditangani Kejati Banten terkait Samsat Kelapa Dua di Kabupaten Tangerang.

    “DPRD menghormati proses hukum yang sedang berjalan, dengan harapan pemprov pun segera menindaklanjuti agar kejadian serupa tidak terulang,” kata Andra.

    Politisi Gerindra ini  meminta, Al Muktabar dan jajarannya yang berada dibidang pendapatan, agar melakukan pembenahan secara frontal dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan berlaku. Sehingga kedepan, tidak ada lagi oknum-oknum tak bertanggungajwab. Merugikan masyarakat, demi kepentingan pribadi atau kelompok.

    “Dengan membenahi secara sungguh-sungguh sektor pendapatan ini,” harap Andra yang juga Sekretaris DPD Gerindra Banten ini.

    Adapun mengenai penanganan hukum yang  sedang berjalan Andra meminta semua komponen agar menyerahkannya ke kejaksaan. “Ini merupakan peristiwa hukum yang sedang diungkap oleh pihak berwewenang ,dalam hal ini Kejati,” pungkasnya.

    Diberitakan sebelumnya, Direktur Eksekutif Aliansi Independen Peduli Publik (ALIPP), Uday Suhada, dihubungi melalui telpon genggamnya, Selasa (28/6) menegaskan ada remote control atau  pengendali. Hal ini terbukti terus membengkaknya  kerugia negara yang dibajak oleh oknum pegawai di Samsat.

     “Ini menunjukkan bahwa pengembalian uang sebesar Rp5,9 miliar itu tanpa dasar. Para tersangka saya yakini ada yang mengendalikan,” kata Uday.

     Oleh karena itu ALIPP meminta kepada aparat penegak hukum (APH), untuk seadil-adilnya memberikan hukuman kepada siapapun yang mencoba melakukan perlawanan hukum.

    “Karena itu sebagaimana statement saya di awal ramainya kasus ini, Kejati tidak boleh ada keraguan untuk memanggil kembali para pihak yang diduga mengetahui masalah ini. Tak terkecuali kepala Samsat setempat (Bayu Adi Putranto), yang katanya menantu mantan Gubernur Banten WH (Wahidin Halim),” terangnya.

    Atas membengkaknya  kerugian negara  pada kasus dugaan pembajakan pajak di Samsat Kelapa Dua pada Bapenda Banten, sudah semeatinya APH mencari tahu siapa yang menjadi pengendali dan bertangujgjawab aras kekurangan kerugian negara yang  nilainya Rp4 miliar. Dari sebelumnya dinyatakan Rp5,8 sampai Rp6 miliar tersebut.

    Kepala Bapenda Banten Opar Sohari mengakui adanya pembajakan pajak di Samsat Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang. Opar mengkalim jika uang hasil pembobolan diangka Rp6,2 miliar. Dan oleh yang bersangkutan telah disetor ulang atau dikembalikan ke kasda.

    Pembajakan pajak yang dilakukan oleh okum pejabat eselon IV atau setingkat Kepala Seksi (Kasi), berinisial Zlf ini dilakukan selama delapan bulan. Terhitung dari Agustus 2021 sampai Maret 2022.  Zlf dalam melakukan aksi kejahatannya, tidak sendiri, tapi dengan sejumlah pegawai pelaksana lainnya,   At merupakan staf PNS, dan Bd serta Bgj sebagai seorang TKS (Non PNS). 

    Adapun peran Bd yang merupakan seorang TKS memegang kendali sistem IT di Samsat Kelapa Dua, yang diduga merupakan orang kepercayaan Zlf untuk melancarkan aksinya, karena Bd  memegang akun beserta pasword sistem administrasi di Samsat itu sendiri. 

    Sedangjan modus pembajakan pajak yang dilakukqn oleh zlf  cs ini denga cara mengalihkan jenis pajak, bea balik nama (BBN)  1 ke BBN 2, dan pembayaran pajak kendaraan yang digelapkan itu tidak melalui kasir. Tetapi ada orang utusan dari mereka yang mengambil langsung uang pembayarannya ke dealer atau Wajib Pajak (WP) dengan membawa notice atau Surat Ketetapan Kewajiban Pembayaran (SKKP). 

    Besaran pajak pada notice yang dikeluarkan itu sendiri sebesar 12,5 persen, karena untuk pembayaran pajak BBN 1. Setelah uang atau cek pembayaran itu diterima, para pelaku kemudian mengubah jenis pembayaran yang diinput pada sistem itu menjadi BBN 2 dengan besaran pajaknya hanya satu persen,  setelah itu kemudian membayarkannya ke bank. 

    Notice itu sendiri digunakan untuk menetapkan besarnya biaya pokok pajak, administrasi BBNKN, SWDKLLJ (Jasa Raharja), Penerbitan STNK, dan Penerbitan TNKB/NRKB. (RUS/AZM)

     

  • Hakim Tipikor Vonis Ringan Pegawai BPN 

    Hakim Tipikor Vonis Ringan Pegawai BPN 

     

    SERANG, BANPOS– Terkait kasih korupsi pungutan liar (pungli) pengurusan sertifikat hak milik (SHM) tanah, pegawai Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Lebak, Banten, Radianto oleh majelis hakim pengadilan Tipikor PN Serang divonis penjara selama 1 tahun dan 3 bulan (15 bulan) penjara , Kamis (30/6). Sementara terdakwa Pahrudin divonis 1 tahun penjara. Keduanya juga dikenai denda masing -masing Rp50 juta.

    Dalam sidang yang dipimpin hakim Atep Sopandi dengan JPU Subardi, terdakwa Radianto dinyatakan terbukti melakukan tindak  pidana korupsi secara bersama-sama dengan terdakwa lainnya Pahrudin.

    Terdakwa dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 23 UU RI Nomor 31 tahun 1999 tentang tindak pidana korupsi junto Pasal 421 KUHPidana junto pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHPidana.

    “Menjatuhkan pidana terhadap Radianto berupa pidana penjara selama satu tahun dan tiga  bulan dengan dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan,” kata ketua majelis hakim di persidangan.

    Putusan yang diberikan majelis tersebut lebih ringan dari tuntutan JPU. Sebelumnya Radianto oleh JPU dituntut 1 tahun dan 8 bulan penjara. Sementara terdakwa Pahrudin dituntut 1 tahun dan 6 bulan penjara.

    Sebelum memberikan hukuman, jaksa mempertimbangkan sejumlah hal.Hal yang memberatkan kedua terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan korupsi dan menyalahgunakan kepercayaan.

    Sedangkan hal yang meringankan, terdakwa bersikap sopan selama persidangan, belum pernah dihukum, mengaku dan menyesali perbuatannya. Menyikapi putusan tersebut, kedua terdakwa menyatakan terima. Sementara JPU menyatakan pikir-pikir.

    Dalam fakta persidangan, terdakwa Pahrudin mengaku dipaksa menerima titipan tiga buah amplop berisi uang oleh Ojat Sudrajat selaku pemohon yang diberi kuasa oleh Lili pemilik tanah

    Ojat dimandatkan untuk mengurus SHM tanah seluas 17.330 meter persegi milik Lili di Desa Intenjaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak.

    Namun, pada saat mengurus SHM, Ojat menyerahkan tiga amplop berisi uang Rp 36 juta kepada Pahrudin yang akan diberikan ketiga pegawai BPN Lebak. Ketiganya yaitu Radianto, Ruki, dan Imam.

    Usai dititipkan uang dari Ojat, Pahrudin tertangkap tangan oleh Satgas Mafia Tanah Polda Banten pada Jumat 11 November 2021 di Kantor ATR/BPN Lebak. (DZH/AZM)

  • Untuk Dijadikan Energi Co-firing, Sampah Cilegon Bakal Diserap 

    Untuk Dijadikan Energi Co-firing, Sampah Cilegon Bakal Diserap 

    CILEGON, BANPOS – Dalam upaya Pemerintah Kota Cilegon mengatasi problematik mengelola sampah, nyatanya mendapatkan dukungan dari PT. PLN (Persero) melalui bantuan pembangunan  BBJP Plant yang mampu mengolah sampah menjadi energin cofiring atau pengganti batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya.

    Hal tersebut dibuktikan dengan diundangnya Pemerintah Kota Cilegon yang dipimpin Helldy Agustian dalam penandatanganan MoU dirangkaikan dengan Seminar Bioenergi dan Cofiring yang diadakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) di Stones Hotel Bali, Kamis (30/6).

    Dalam keterangannya, Helldy mengapresiasi kerja sama antara PLN dan Pemkot Cilegon dalam pemanfaatan sampah kota. Proyek pengolahan sampah kota jadi bahan baku co-firing di Cilegon ini merupakan proyek percontohan yang bisa diimplementasikan di wilayah lain.

    “Kami saat ini sudah mengembangkan industri BBJP (Bahan Bakar Jumputan Padat), kami sudah mulai uji coba dari April tahun lalu dan Desember kami bisa produksi jumputan padat untuk mengganti kebutuhan batu bara,” ujar Helldy.

    Helldy menambahkan dengan produksi sampah Kota Cilegon bisa diolah untuk mensubtitusi 5 persen kebutuhan batu bara di PLTU Suralaya. “Kami olah sampah pasar, sampah rumah tangga ini untuk jadi jumputan padat. Ini merupakan langkah strategis untuk sekaligus mengurangi emisi karbon dan mengurangi sampah di Kota Cilegon demi kebersihan lingkungan,” ujarnya.

    Pada kesempatan itu, Helldy menjelaskan bahwa Pemkot Cilegon sudah menyiapkan lahan 6.000 hektar. “Mewakili masyarakat Kota Cilegon menyampaikan terima kasih kepada berbagai pihak, di mana Kota Cilegon telah menjadi kota satu satunya yang sudah dilakukan implementasi dan skillup yang juga sudah menyiapkan lahan 6.000 hektar di TPSA Bagendung  untuk bisa menjadi sampling nasional mengenai pengelolaan sampah,” jelasnya.

    “Cilegon sendiri sudah mendapatkan kunjungan dari 9 Kabupaten/Kota dan sudah ada 3 Kabupaten/Kota yang sudah dijadwalkan kunjungannya ke Kota Cilegon dalam rangka pembelajaran pengelolaan sampah,” sambung Helldy.

    Sementara itu, Direktur PT. Indonesia Power M. Ahsin Sidqi mengakui keberhasilan mewujudkan BBJP ini. “Kami PLN, PT.IP dan juga Pemkot Cilegon berhasil mewujudkan BBJP Plain Plain yang akan menggantikan sebagian batu bara yang ada di PLTU Suralaya” katanya.

    Lebih lanjut, Ahsin mengucapkan terima kasih kepada Walikota Cilegon atas support mewujudkan program ini. “Kami mengucapkan terima kasih kepada pak walikota Cilegon yang support nya sungguh luar biasa dan cukup membantu kami, yang juga beliau memberikan lahan di TPSA Bagendung untuk dibangun menjadi BBJP plain,” katanya.

    “Kapasitas BBJP plain awalnya adalah 1 juta ton perhari dan akan kita tingkatkan menjadi 30 ton perhari, dan ini adalah BBJP plain terbesar di Indonesia dan pertama kali di Indonesia,” lanjut Ahsin.

    “Kami sampaikan juga terima kasih karena Pemkot Cilegon telah berhasil menyelesaikan masalah sampah kota dan kami harapkan ke depan, hal seperti ini akan ditiru oleh pemda-pemda dan pemkot-pemkot yang lainnya, dan ini akan menjadi solusi untuk menghasilkan sampah di perkotaan yang sampai sekarang belum tuntas persoalannya,” sambung Ahsin lagi.

    “Sekali lagi, kami ucapkan selamat kepada Kota Cilegon yang telah menjadi kota pertama yang berhasil menyelesaikan permasalahan persampahan kota, mudah-mudahan kerja sama ini bisa berlanjut dan kami akan bisa menskilling up lebih besar lagi, sehingga seluruh permasalahan sampah di kota-kota besar bisa kami selesaikan,” tutup Ahsin.

    Sebagai informasi, PLN bersama Pemkot Cilegon akan membangun siteplant pengolahan sampah menjadi Bahan Bakar Jumputan Padat (BBJP). Sampah yang diolah mencapai 30 ton per hari dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bagendeung Cilegon ini nantinya akan diolah menjadi biomassa untuk kebutuhan co-firing PLTU Suralaya.

    Dengan jaminan pasokan biomassa dari program pengelolaan sampah ini maka PLN sekaligus bisa mewujudkan dua tujuan. Pertama, mengelola sampah kota. Kedua, menciptakan listrik berbasis energi bersih dan sumber daya domestik untuk mengejar target carbon neutral di 2060. (RUL)

  • Siswa Diktukba Dapatkan Pembekalan

    Siswa Diktukba Dapatkan Pembekalan

    PANDEGLANG, BANPOS-Menjelang pelantikan siswa Pendidikan Pembentukan Bintara (Diktukba) Polri Gelombang I tahun 2022 yang akan dilaksanakan pada Kamis (07/07) mendatang, SPN Mandalawangi Polda Banten menggelar Focus Group Discussion dengan memberikan pembekalan kepada siswa-siswa yang akan dilantik.

    Pembekalan tersebut diberikan oleh para Pejabat Utama (PJU) Polda Banten diantaranya Karo SDM Polda Banten, Kombes Pol Muh Dwita Kumu Wardana, Kabidkeu, Kombes Pol Endang Rukandi, Dirsamapta. Kombes Pol Murwoto dan Kabid Humas, Kombes Pol Shinto Silitonga.

    Kepala SPN Polda Banten, Kombes Pol Noffan Widyayoko mengatakan, kegiatan FGD yang dilaksanakan saat ini tujuannya untuk memberikan bekal kepada siswa yang akan menjalani dinas.

    “Saya meminta kepada seluruh siswa agar serius mengikuti pembekalan ini, karena akan sangat berguna saat para siswa mulai berdinas dan mengaplikasikannya untuk melayani masyarakat,” kata Noffan.

    Karo SDM Polda Banten, Kombes Pol Muh Dwita Kumu Wardana mengatakan, penempatan pertama siswa Diktukba Polri Gelombang I tahun 2022 SPN Polda Banten ini akan ditugaskan ke Satbrimob, Ditsamapta dan Satker Polda Banten.

    “Siswa SPN yang tamat 7 Juli 2022 akan ditugaskan dominan ke fungsi Brimob dan Samapta, kecuali yang Bakomsus akan ditempatkan di Satker yang butuh operator teknis,” ujarnya.

    Kemudian Kabidkeu Polda Banten, Kombes Pol Endang Rukandi memberikan penjelasan kepada para siswa terkait gaji dan tunjangan yang akan diterima saat sudah sah berdinas menjadi Polri.

    “Siswa SPN pasca dilantik menjadi polisi akan langsung mendapat kesejahteraan dari negara sekitar Rp 6 juta, mulai dari gaji pokok Rp 2 juta, tunjangan kinerja, tunjangan keluarga dan kesejahteraan lainnya. Pendapatan dari negara ini tentu saja signifikan bagi tamatan SMA yang dididik 6 bulan menjadi polisi, sehingga harus memberikan kinerja terbaik saat sudah dilantik menjadi polisi,” katanya.

    Sementara itu, Dirsamapta Polda Banten, Kombes Pol  Murwoto saat pembekalan mengatakan jika Polri bukan hanya sekedar profesi tapi sebuah jalan untuk mengabdi.

    “Menjadi Polri harus bangga. Polri merupakan pekerjaan mulia. Menjadi Polri juga akan terjamin hidup saat ini dan massa pensiun atau masa tua dengan gaji dan tunjangan yang layak,” katanya.

    Sementara itu, Kabid Humas Polda Banten, Kombes Pol Shinto Silitonga memberikan pembekalan terkait literasi digital dan manajemen media.

    “Pembelajaran ini penting saya berikan, karena kita mengetahui tentang Internet of Things (IOT) yakni semua kehidupan bergantung kepada internet, sehingga mengubah gaya hidup dan sistem sosial dan juga budaya yang mengakibatkan disrupsi. Sehingga perlunya literasi digital yaitu kemampuan untuk memanfaatkan IOT dalam mendukung aktifitas sehari-hari dan menggunakan internet secara sehat,” ungkapnya.(dhe/pbn)