CILEGON, BANPOS- Tak kurang dari 100 peserta mengikuti kegiatan bedah buku ‘Salam Pancasila Sebagai Salam Kebangsaan: Memahami Pemikiran Kepala BPIP RI Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi karya penulis Khoirul Anam. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan dan menggelorakan Salam Pancasila di Bumi Banten sebagai salam kebangsaan, pekikan Salam Pancasila pun mulai terdengar dilantangkan oleh peserta bedah buku di Bumi Banten.
Acara tersebut digelar oleh UIN SMH Banten bersama BPIP RI di salah satu Hotel di Kota Cilegon, Selasa (28/6). Hadir dalam acara tersebut, Kepala BPIP RI Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudim Rektor UIN Banten Prof. Dr. KH. Wawan Wahyudin, Pj. Gubernur Banten Al Muktabar dan pejabat teras UIN Banten.
Dalam diskusi yang dipandu oleh moderator Asep Najmutsakib, Wakil Dekan II Fakultas Dakwah UIN SMH Banten Masykur mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan beda buku tentang Salam Pancasila sebagai salam kebangsaan.
“Kegiatan beda buku tentang Salam Pancasila sebagai salam kebangsaan ini bagaimana cara memahami pemikiran KH. Yudian Wahyudi yang juga kepala badan pembinaan idiologi pancasila sangat lah bermanfaat. Dan sangatlah bermanfaat untuk dimiliki tugas yang sangat penting untuk negara ini,” katanya.
“Jadi tidak hanya sebagai figur sebagai seorang profesor dan kiai akademisi dan ahli agama. Tapi memiliki tugas yaitu bagaimana idiologi pancasila ini menjadi kalimatu syawa itu,”paparnya.
Menanggapi konteksnya yang saat ini sedang ramai saat ini, kata Masykur bahwa bagaimana gerakan gerakan ras nasional tadi sudah mulai berkembang di kalangan masyarakat Banten.
“Tadikan sudah saya katakan, itu mulai berkembang di kalangan masyarakat. Oleh karena itu telah terjadinya politik identitas. Sehingga terjadi perkembangan di kalangan masyarakat,” ujarnya.
Sehingga dalam politik identitas itu sendiri berjalan dan jaringan ras nasional itu bisa digunakan.
“Nah inikan sedang merambah sebenarnya, yang mana dalam Ras Nasional itu bukan hanya didanai oleh negara negara agama. Tapi juga diluar itu, Jadi ada kepentingan kepentingan lain yang memang ingin menunggangi gerakan islam ras nasional itu,” imbuhnya.
Ditambahkan Masykur bahwa pihaknya mendukung penuh atas kegiatan ini. Karenanya Salam Pancasila ini adalah sifatnya konsensus berangkat dari sifatnya kultutral bahwa selain salam keagamaan yang sifatnya universal dan salam pancasila itu adalah hal yang sifatnya konseksi kultural.
Lebih jauh Masykur menjelaskan prosesnya memang belum melalui legislatif. Dan memang lebih baik harusnya lewat legislatif dan menjadi perpres jika memungkinkan. Ini menjadi jembatan bagaimana para stekholder itu memberikan pelayanan itu melewati salam pancasila bahwa mereka itu adalah sebagai jembatan.
“Jembatan antar semua kerukunan agama. Jadi intinyakan Salam Pancasila itukan salam kebangsaan untuk kerukunan dan harmoni kehidupan beragama dan kepercayaan,” tandasnya.
Sementara itu, Sekpri Kepala BPIP, Ahmad Huzair mengatakan bahwa menanggapi permasalahan Salam Pancasila itu ada beberapa yang notabenya gidak mengetahuinya. Sehingga tidak seharusnya pernyataan itu tidak di sebutkan.
“Memang menanggapi permasalahan itu, seharusnya kita tidak perlu menyebutkan nama. Tapi ada yang mungkin bukan soal kita memahaminya lebih kepada yang saya sampaikan,” ujar Huzaer.
Menurutnya, salam pancasila itu kita promosikan atau sosialisasikan sebagai alat pemersatu. Hal itu sebaiknya tidak di lihat sebagai salam yang punya inflikasi idiologis pada Salam Pancasila itu sendiri.
“Nah mereka yang mungkin enggan memberikan persetujuan pada saat ini kan. Melihat salam itu salam yang sudah fiks sudah tidak boleh diubah-ubah,” paparnya.
Padahal kalau salam seperti itukan seperti salam yang ibadah ba’do yang berada dalam ibadah salat. Ini salam dengan kerangka yang dihubungkan antar manusia dengan antar sesama ukhuwa fathoniyah dan ukhuwa basyariah sebenarnya.
“Inikan bukan salam yang berada di dalam salat. Lebih ke soal itu, Jadi kalau ada yang tidak setuju barang kali ada karena mereka belum memahami bahwa yang di maksud Salam Pancasila. Salam yang tidak membicarakan ibadah ma’do yang sudah ditentukan di dalam syariat,”paparnya.
Adapun cara menangkal dalam penyampaian Salam Pancasila itu sendiri, kata Huzair, pihaknya akan melakukan sosilasi secara masif tentang arti dalam penyampaian Salam Pancasila.
“Iya dengan sosialisasi dengan menyebar luaskan gagasan soal apasih yang dimaksud salam pancasila dan juga mengundang banyak anak ank muda untuk mempromosikan ini melalui media sosial,” ujarnya.
Pihaknya juga berharap apa yang disampaikan bisa diterima dengan tepat. Sehingga dalam menggunakan konteks yang tepat. Misalnya, pada forum-forum yang formal yang didalamnya melibatkan banyak komunitas yang beragam. Seperti warga negara dari berbagai macam latar belakang.
“Seperti kita menggunakan dalam ruang yang tepat kalau kita bicara soal salam pancasila. Jadi kita berharap apa yang kita sampaikan bisa diterima dan tidak dianggap. Malah justru di memeikan menjadi memei yang negatif. Karena kalau itu terjadi, kita juga khawatir,” terangnya.
Lebih lanjut ia menghimbau agar kepada seluruh masyarakat Banten untuk terus bejalar dalam memahami Salam Pancasila itu sendiri. Sehingga informasi yang sampai kepada mereka informasi yang tepat.
“Iya kita berharap mereka mau berdialog,mereka mau kita sama sama belajar. Karena manusia itukan harus banyak belajar dari sejak lahir sampai meninggal. Ujung-ujungnya adalah menguatkan perasaan sebangsa dan setanah air,” tandasnya.
Ketua Panitia Ali Muhtarom menyampaikan bahwa agenda bedah buku Salam Pancasila merupakan agenda yang sangat penting untuk mengetahui substansi Pancasila.
“Agenda bedah buku Salam Pancasila sangatlah komprehensif yang memiliki arti dan penahamahan soal Pancasila terutama dalam menjelaskan kepada masyarakat,” kata Ali Muhtarom.
Menurut Ali selama ini tidak sedikit masyarakat yang kurang komprehensif dalam memahami dan memaknai Pancasila.
“Belum lama ini beredar di media massa soal BPIP memengganti Assalamu’alaikum dengan Salam Pancasila, jelas ini tidak benarkan,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ali menyampaikan dalam memaknai Pancasila masyarakat secara umum sudah memahami, dalam perkembangannya untuk memahami Pancasila kini kurang maksimal atau meredup.
Sejatinya, dalam memahami dan memaknai penguatan Pancasila itu bisa diselenggarakan oleh lembaga apapun dengan catatan mempunyai spirit persatuan dan tidak keluar dari nilai-nilai Pancasila.
“Tantangan hari ini adalah terdapat reduksi dari adanya ideologi yang bertentangan sebagaimana dibahas dalam buku Salam Pancasila,” pungkas Ali. (AZM)