Penulis: Gina Maslahat

  • Helldy Sambut Usulan HPN

    Helldy Sambut Usulan HPN

    JAKARTA, BANPOS – Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Nahdliyin (PP HPN) masa khidmah 2022-2027 resmi dilantik di Hotel Sultan Jakarta, pada Rabu (8/6). Pelantikan dilakukan Dewan Pembina PP HPN yang juga Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Barat KH Abun Bunyamin didampingi Ketua PBNU Mohamad Syafi’ Alielha dan A’wan PBNU, yang juga Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor.

    Hadir dalam kegiatan tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Ketua PWNU Banten KH Bunyamin Hafidz, pengurus wilayah HPN, dan pengurus kabupaten/kota.

    Ketua Umum PP HPN Tyovan Ari Widagdo mengatakan, HPN adalah sebuah organisasi yang mengampu seluruh pengusaha, pedagang, dan usaha mikro kecil menengah (UMKM). Namun, sebagian besar pengusaha dan pedagang yang tergabung dalam HPN adalah pengusaha dan pedagang kecil.

    “Jika di Indonesia terdapat sekitar 60 juta UMKM maka sebanyak 10 juta adalah pengusaha nahdliyin. Jadi, sangat besar.

    Perekonomian yang dikembangkan kalangan nahdliyin, kata Tyovan, sudah berlangsung lama, bahkan sejak beberapa tahun sebelum NU berdiri, tepatnya sekitar tahun 1918. Saat itu, lahir nahdlatut tujjar untuk menggerakan ekonomi masyarakat, terutama untuk mendukung dakwah para ulama.

    “Semangat itu yang kemudian terus mengalir sampai saat ini, kebangkitan ekonomi mulai hadir saat ini. Kita bukan hanya perjuangan ekonomi, tetapi dalam rangka mendukung gerakan dakwah,” kata Tyovan.

    Ia mengatakan, ada beberapa program yang dicanangkan dalam menggerakkan ekonomi masyarakat, utamanya pengusaha nahdliyin. Pertama, kata dia, HPN memiliki program HPN strong. Dimana program tersebut lebih diarahkan untuk penguatan organisasi.

    Kedua, HPN kapital. Melalui program ini, HPN bertekad mendorong penguatan permodalan di berbagai level usaha. Selanjutnya, program HPN network. Program ini akan menjadi ajang silaturahmi seluruh pengurus dan anggota HPN, sekaligus memperkuat jejaring usaha.

    Program selanjutnya adalah HPN akademi. Melalui program ini, HPN akan memberikan edukasi dan peningkatan kapasitas pengusaha. Jika masih ada pengusaha nahdliyin yang belum melek digital maka mereka akan didorong untuk terus mempelajari dan membuka peluang usaha yang berkaitan dengan digital.

    Dalam mengembangkan empat program tersebut, kata Tyovan, diperlukan dukungan dari seluruh pengurus. HPN juga siap bermitra dan siap menjadi mitra utama serta mitra strategis pemerintah untuk membantu penguatan ekonomi, terutama UMKM. “Karena ini juga saya kita menjadi fokus pemerintah,” ujarnya.

    Tyovan juga mendorong pengurus HPN di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota untuk membangun sinergi dan kebersamaan dalam pengembangan sektor ekonomi, utamanya UMKM dengan pemerintah daerah.

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto HPN agar menjadi rumah para ekonom nahdliyin.  “Berdasarkan sejarah, para nahdliyin sudah menjadi pengusaha sejak 1918, ini suatu luar biasa,” katanya.

    Walikota Cilegon Heldy Agustian siap bekerja sama dengan HPN, termasuk dalam pengembangan UMKM dan digitalisasi. Menurut orang nomor satu di Kota Cilegon tersebut, Cilegon merupakan daerah lintas, baik yang akan berkunjung ke kawasan wisata Anyar, maupun yang akan menyeberang ke Pulau Sumatra.

    Oleh karena, sangat tepat jika Cilegon mengembangkan UMKM, khususnya oleh oleh khas Cilegon dan Banten pada umumnya. Menurut rencana, Cilegon akan mengembangkan pusat UMKM yang berlokasi di Jalan Lingkar Selatan.

    “Sebelumnya, saya sampaikan selamat atas pelantikan pengurus PP HPN. Dan kami menyambut baik rencana kerja sama dengan pemerintah daerah. Saya berharap, melalui kerja sama tersebut, produk Cilegon menjadi produk nasional, dan dikenal luas,” kata Heldy.

    Dalam upaya mendorong UMKM, kata Heldy, Pemkot sudah memprogramkan sertifikasi halal, bantuan UMKM senilai Rp 1 juta untuk usaha perintisan dan Rp5 juta untuk usaha penguatan, serta mengumpulkan perbankan dalam menyosialisasikan KUR.(PBN)

  • Sri Wahyuningsih, Hobi Berkebun dan Olahraga 

    Sri Wahyuningsih, Hobi Berkebun dan Olahraga 

    Ditengah kesibukannya sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) yang berdinas di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Cilegon, Sri Wahyuningsih mempunyai hobi berkebun yaitu menaman berbagai jenis bunga di halaman rumahnya.

    Ning sapaan akrabnya, menyukai hobi mengoleksi berbagai jenis bunga sejak kecil dan mulai mengoleksi berbagai jenis bunga sejak duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA) di Wonogiri Jawa Tengah. 

    “Aku suka berkebun, di rumahku banyak banget bunga. Hampir semua bunga suka, Aglonema suka, Antorium suka, Adenium, tapi lebih cenderung ke daun-daun, anggrek juga suka banget,” kata Ning saat berbincang dengan BANPOS di ruang kerjanya beberapa waktu lalu.

    Ning mengatakan, hampir semua jenis bunga ia mengoleksi di halaman rumahnya. Selain itu, ia juga merawatnya sendiri. Ning juga mengatakan dikala hari libur ia menghabiskan waktu untuk mengurus tanaman supaya terlihat bagus dan rapi.

    “Hampir semua koleksi aku punya di rumah. Kalau orang pas pandemi aja suka bunga kalau aku memang dari dulu rumahku penuh dengan kembang dan itu dirawat sendiri. Seperti Aglonema, Antorium, Adenium, Monstera, Jemani, Singonium, Sanseivera, Sirih gading dan banyak lagi,” tuturnya.

    Selain membeli ke penjual tanaman, untuk mendapatkan koleksi tanaman, Ning juga mendapatkan bunga dari koneksi pertemanan. “Selain beli. Biasanya aku dapet koneksi dari teman, misalnya disini ada, nanti disamperin,” ujar perempuan kelahiran Wonogiri ini.

    Selain hobi berkebun, Ning juga suka olahraga untuk menjadi kebugaran tubuh. “Aku juga suka olahraga suka aerobik,” pungkasnya.

    Ning yang saat ini menduduki jabatan sebagai Kasubag Umum dan Kepegawaian (Umpeg) Disnaker Kota Cilegon ini mengawali karier sebagai ASN dari bawah. 

    “Pertama masuk ke pemkot sih TKK dulu, masuk TKK itu bulan Oktober 2003. Kemudian diterima PNS itu 2007 terus dipercaya eselon IV 2014. Dan dari TKK sampai sekarang masih di Disnaker aja ngga pindah-pindah dan di sekretariat terus. Jadi Kasubag Umpeg dari 2014 sampai sekarang,” tuturnya.

    Diketahui Ning menghabiskan masa sekolahnya di kampung halaman mulai dari masuk SDN 2 Selogiri, kemudian SMPN 2 Selogiri, SMKN 1 Wonogiri dan kuliah di Universitas Muhammadiyah Purwokerto mengambil jurusan S1 ekonomi manajemen.

    Kemudian setelah lulus kuliah hijrah ke Kota Cilegon, menjadi ASN dan kemudian menetap. “Ketika lulus kuliah cari kerja disini (Cilegon) dan menetap disini,” ujarnya.

    Selain itu, ibu dua anak ini juga selalu menyempatkan berkumpul bersama keluarga ditengah kesibukannya sebagai abdi negara. “Sabtu itu saya wajib antar dan jemput anak yang nomor dua saat ini kelas 4. Kalau dari Senin sampai Jumat sudah ada yang nganter. 

    “Aku juga setiap hari masak buat keluarga tapi kalau Sabtu Minggu lebih spesial masaknya khusus. Kadang juga makan diluar, jalan-jalan juga tapi ngga setiap weekend,” pungkasnya. (LUKMAN HAPIDIN)

     

  • PPDB 2022, Pemkot Serang Prioritaskan Jalur Prestasi

    PPDB 2022, Pemkot Serang Prioritaskan Jalur Prestasi

    SERANG, BANPOS – Pemkot Serang akan memprioritaskan calon siswa pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun 2022. Bahkan, disebutkan bahwa Pemkot Serang akan menegur pihak terkait apabila calon siswa dengan jalur prestasi tidak diterima oleh sekolah tujuan.

    Demikian disampaikan oleh Walikota Serang, Syafrudin, usai menghadiri kegiatan Rapat Paripurna di DPRD Kota Serang, Kamis (9/6). Menurutnya, calon siswa dengan yang mendaftar melalui jalur prestasi harus diprioritaskan mendaftar ke sekolah manapun.

    “Kalau jalur prestasi, harus diprioritaskan (daftar) kemana saja, jadi tidak jalur zonasi,” ujarnya. 

    Ia mengatakan, tes untuk jalur prestasi tetap ada. Akan tetapi, apabila calon siswa tersebut tidak lolos tes, maka Pemkot Serang akan menegur pihak terkait.

    “Tes sesuai dengan jalurnya, Pemkot Serang akan dukung kalau seumpama tidak lulus. Malah Pemkot akan menegur karena itu jalur prestasi, kalau prestasi boleh di mana saja,” tandasnya.

    Sementara itu, Kabid SMP pada Dispendikbud Kota Serang, Leni Puspasuri Sesunan, mengungkapkan salah satu bidang prestasi dalam PPDB Kota Serang yaitu bidang keagamaan. Pada prestasi bidang keagamaan, dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) PPDB Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama di Kota Serang tahun 2022-2023 nomor 421/1275-dispendikbudkot2022.

    “Bahwa prestasi di bidang keagamaan dalam pasal 18 ayat 6 adalah hafidz Qur’an berdasarkan jumlah juz yang dikuasai calon peserta didik, dengan jumlah juz yang dikuasai minimal 2 juz. Kemudian bagi non muslim hafal kitab suci minimal 2 bab,” ujarnya.

    Leni menjelaskan, untuk prestasi di bidang keagamaan dibuktikan dengan surat keterangan dari Lembaga yang berkaitan.

    “Dibuktikan dengan surat keterangan dari lembaga Tahfidz lainnya yang ada di satuan pendidikan asal calon peserta didik dan atau satuan pendidikan yang dituju oleh tim tenaga ahli yang ditunjuk oleh satuan Pendidikan,” jelasnya. (MUF/AZM) 

  • Rina Diantara Al dan Tranggono

    Rina Diantara Al dan Tranggono

    SERANG, BANPOS –  Pj Sekda Banten M Tranggono  yang belum genap satu bulan menjabat, mendapatkan kritikan dari aparatur sipil negara (ASN). Tak hanya itu saja, hubungan Tranggono dengan Pj Gubernur Banten Al Muktabar disebut memiliki pihak ketiga, yaitu Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Banten, Rina Dewiyanti.

    Informasi dihimpun BANPOS, Al Muktabar sering melakukan diskusi dalam semua bidang dengan Kepala BPKAD Banten Rina Dewiyanti, ketimbang dengan Pj Sekda Banten, M Tranggono.

    “Kalau  dilihat dari keseharian tugas pemerintahan Pak Al Muktabar lebih memilih diskusi dan konsultasi dengan Bu Rina,” kata pegawai pemprov yang identitasnya minta dirahasiakan.

    Dikatakannya, hampir setiap hari, Rina diundang oleh Al Muktabar untuk membahas dan mendiskusikan pekerjaan terkait semua hal.

    “Bu Rina ini memang sosok yang cerdas. Semua orang mengakui kepintaran Bu Rina. Mungkin ini yang membuat seorang Pj  Gubernur Banten merasa nyaman dan nyambung,” terangnya.

    Selain hampir tiap hari, tak jarang Rina Dewiyanti datang ke pendopo atau rumah dinas, sampai dua kali.

    “Tak jarang Bu Rina membahas  tugas-tugas pemerintahan dengan Pak Al Muktabar berkali-kali,” katanya.

    Bahkan katanya, Al Muktabar sering menelpon Rina berjam-jam membahas pemerintahan provinsi. “Lama banget, kalau Pak Al Muktabar nelpon Bu Rina, membahas pekerjaan. Tapi kasihan juga  bU Rinanya, kurang istirahat. Memikirkan Banten, padahal yang ditanyakan itu adalah seputar pekerjaan sekda,” ungkapnya.

    Senada diungkapkan pegawai pemprov lainnya. Menurut  ASN yang sudah bekerja 15 tahun ini prihatin dengan kondisi kesehatan Rina Dewiyanti.

    “Bu Rina sekarang sering kena serangan migrain mendadak,” ujarnya.

    Serangan migrain terjadi pada hari Selasa lali usai acara rapat paripurna di DPRD Banten.

    “Itu asli, Bu Rina waktu di dewan, ketika mendampingi Pak Al Muktabar, langsung pergi meninggalkan, dan saya lihat ada beberapa wartawan juga tahu kalau Bu Rina tahu pergi,” kata dia.

    Dan yang terlihat kentara  kedekatan pekerjaan Bu Rina dengan Pak Al Muktabar, adalah ketika membantu menjawab pertanyaan wartawan. “Saya juga melihat kalau Bu Rina menjawab pertanyaan wartawan. Dan pernyataan Bu Rina itu membantu Pak Al Muktabar,” terangnya.

    Adanya orang ketiga dalam hubungan Al dan Tranggono dirasa tidak mengejutkan, hal ini disebabkan adanya pro kontra di kalangan ASN, terutama terkait kekakuan dari Tranggono dalam berkomunikasi, dan kondisi psikologi ASN yang sedang terkotak-kotakkan.

    Salah seorang ASN yang berada di OPD pelayanan menyatakan, Tranggono yang saat ini menjabat sebagai Pj Sekda Banten, dinilai kaku, sehingga keberadaanya tidak efektif.

    “Melihat cara kepemimpinan Pak Tranggono di  Dinas PUPR beberapa waktu lalu, saya tidak yakin yang bersangkutan membawa dampak positif dan kenyamanan di lingkungan kerja,” katanya.

    Ditambah lagi, Tranggono adalah pejabat eselon II Pemprov Banten hasil open bidding yang diduga bawaan langsung oleh Pj Gubernur Al Muktabar.

    “Kenyamanan Pj Sekda Banten hanya dirasakan oleh Pj Gubernur. Dan saya menduga kalau Pak Tranggono tidak mampu menyatukan ASN pemprov yang terkotak-kotak. Karena ada ASN gerbong mantan Banten 1 (Wahidin Halim), dan gerbong atau barisan mantan Banten 2 (Andika Hazrumy),” ujarnya.

    Saat ini saja, ASN pemprov sudah mulai  gelisah dan tidak nyaman dengan duet Al Muktabar dan Tranggono. “Kalau mau dicermati, hampir di semua OPD terlihat tidak berkenan dengan Pak Tranggono,” ujarnya.

    Ketidaksenangan kepada Tranggono, selain kaku, Pj Sekda juga merupakan pendatang baru.

    “Jadi posisi Pak Tranggono ini sebetulnya menambah panjang dan banyak ASN yang berkelompok,” jelasnya.

    Namun, terdapat juga pendapat yang membela keberadaan Tranggono tersebut. “Saya pribadi melihat sosok Pak Tranggono ini pendiam, tapi terlihat perencanaan yang matang.  Bisa kerja lah,” kata salah seorang ASN di Dinas PUPR yang meminta identitasnya dirahasiakan.

    Kepiawaian Tranggono, telah disaksikan langsung ketika dirinya menjadi bawahan langsung. “Pak Tranggono itu kan dulu pernah jadi Kepala Dinas PUPR,” katanya.

    M Tranggono dilantik sebagai Pj Sekda  Banten  tanggal 23 Mei lalu. Pelantikan tersebut untuk mengisi kekosongan jabatan yang sebelumnya diisi oleh Al Muktabar. Sementara ia kini menjadi Pj Gubernur Banten.

    M Tranggono dilantik berdasarkan Keputusan Gubernur Banten Nomor: 821/Kep.076-BKD/2022 tentang Pengangkatan Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Banten.

    “Kebersamaan ini peta jalan baik untuk kita dalam rangka membangun Provinsi Banten. Secara internal, bagi Pemprov Banten jabatan Sekretaris Daerah sangat strategis dan penting,” ungkap Al Muktabar.

    Menurutnya, dengan tugas-tugas Pj Gubernur Banten yang lebih spesifik, maka pihaknya mengajukan jabatan Sekda untuk segera diisi oleh Penjabat.

    Al Muktabar berpesan kepada M Tranggono untuk melaksanakan tugas sesuai dengan sumpah dan janji jabatan, juga pada pakta integritas yang ditandatangani.

    “Nantinya juga harus kita pertanggungjawabkan kepada Allah SWT. Kita akan mengedepankan kontrol publik, utamanya menghindarkan conflict of interest dalam agenda-agenda kita,” kata Al Muktabar pada acara pelantikan  Pj Sekda Banten, M Tranggono.

    Usai dilantik, Pj. Sekda Provinsi Banten, Tranggono, mengatakan bahwa stigma jika ditunjuknya dia menjadi Pj. Sekda mendampingi Al Muktabar merupakan duet orang-orang yang dibuang pada zaman kepemimpinan mantan Gubernur Banten, Wahidin Halim (WH).

    “Enggak pak, saya yakin ini bukan merupakan duet orang-orang yang dibuang (oleh WH), tetapi adalah (duet) berkah dari Allah. Saya bertugas di sini, saya tidak pernah tahu (kenal) pak Gubernur, ternyata saya ditugaskan di sini,” ujarnya.

    Bahkan menurutnya, ketika ia dipindahkan dari jabatan Kepala DPUPR Provinsi Banten ke jabatan Staf Ahli Gubernur (SAG) oleh WH, dia anggap sebagai momentum untuk meningkatkan kapasitas dirinya, bukan dibuang.

    “Cobaan itu ada dua, cobaan dalam kesenangan dan cobaan dalam keadaan kesedihan. Bahwa dimasukkan ke SAG seolah-olah dimasukkan ke dalam kotak. Enggak menurut saya, karena itu untuk membuka wawasan saya. Bedanya di SAG saya tidak punya pasukan, di Pj. Sekda saya punya pasukan,” tandasnya.(DZH/RUS/PBN)

  • Aturan Melarang Pemerintah Membutuhkan

    Aturan Melarang Pemerintah Membutuhkan

     

    SEJUMLAH pemerintah daerah di Banten menyadari harus mematuhi aturan soal penghapusan pegawai honorer di lingkungannya masing-masing. Namun, ada kebutuhan pegawai yang tak bisa dipenuhi oleh kuota penerimaan ASN sehingga pemerintah daerah masih menunggu aturan teknis agar penerapan aturan itu tak menimbulkan kerugian bagi daerahnya.

    Sekretaris Daerah (Sekda) Lebak, Budi Santoso saat dikonfirmasi BANPOS membenarkan sudah ada surat edaran dari Kemenpan/RB untuk segera menyusun kebijakan ke arah itu. Namun menurut Budi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lebak saat ini tidak akan gegabah melakukan keputusan ke arah tersebut sebelum ada solusinya. Selain itu keberadaan pegawai honorer itu sangat dibutuhkan pemerintah.

    “Pemkab Lebak akan hati hati dalam menyikapi dan akan mencari solusi terbaik untuk temen temen tenaga non ASN. Tenaga honorer selama ini direkrut karena kekurangan kebutuhan SDM di beberapa perangkat daerah, jadi jelas tenaga mereka dibutuhkan oleh pemda,” terang Sekda.

    Budi menyebut, pihaknya masih melakukan pendataan berdasarkan pendidikan dan masa kerja mereka menjadi honorer, hal ini buat pertimbangan alih status mereka ke PPPK.

    “Saat ini Pemkab sedang menginventarisir tenaga honorer berdasarkan kualifikasi pendidikan dan berapa lama mereka menjadi tenaga honorer. Ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan pengusulan formasi PPPK, tentunya itu sesuai dengan kemampuan keuangan pemda, kecuali ada penambahan anggaran khusus dari pemerintah pusat untuk penggajian PPPK,” kata Budi.

    Terpisah, Kepala BKPSDM Kabupaten Pandeglang, Moch Amri meyakinkan, penerimaan honorer yang dilakukan Pemkab Pandeglang sangat terencana dan sesuai dengan kebutuhan.

    Upaya tersebut, kata dia, sengaja dilakukan Pemkab Pandeglang, karena pada beberapa tahun lalu masih banyak Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang kekurangan pegawai seperti dilingkungan Dinas Pendidikan yakni tenaga guru.

    “Waktu itu dan hingga saat ini kekurangan guru masih terjadi. Makanya, sebelum ada peraturan pelarangan pengangkatan honorer, di kita masih ada beberapa sekolah yang melakukan pengangkatan honorer secara mandiri,” katanya.

    Menurutnya, keberadaan honorer Pemkab Pandeglang yang saat ini ada, begitu sangat membantu. Terutama mereka yang ditempatkan di bagian pelayanan yang minim pegawainya.

    “Tentunya di setiap pengangkatan pegawai ada prosesnya. Selain memenuhi syarat pendidikan, mereka yang diangkat juga merupakan orang-orang yang dibutuhkan. Tidak asal copot begitu saja, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan,” ujarnya.

    Walikota Cilegon Helldy Agustian mengatakan, kemungkinan terkait penghapusan tenaga honorer akan dibahas di Pertemuan Apeksi Agustus 2022 mendatang. “Ini (Wacana penghapusan tenaga honorer) jadi salah satu bahan masukan di pertemuan Apeksi,” kata Helldy, Senin (6/6).

    Lebih lanjut, Helldy mengatakan, setiap tahun ratusan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Pemkot Cilegon pensiun. Sedangkan, yang diangkat menjadi PNS hanya sekitar puluhan. “Setiap tahun ratusan yang pensiun, tahun kemarin saja yang jadi PNS 69 orang doang, kalau tidak rekrut honorer kita kekurangan,” ujarnya.

    Helldy menambahkan, keberadaan tenaga honorer sangat membantu jalannya birokrasi dan pelayanan publik. Adanya pengangkatan tenaga honorer dinilai sudah sesuai kebutuhan Pemkot Cilegon. Tenaga honorer sendiri bekerja di bidang teknis maupun administratif pemerintahan. “Kalau tidak (mengangkat honorer) akan kekurangan terus, ini kan sesuai kebutuhan,” pungkasnya.(DZH/LUK/WDO/DHE/ENK)

     

  • Guru Hingga Satpol PP Terancam

    Guru Hingga Satpol PP Terancam

     

    PENGHAPUSAN tenaga honorer dari sistem kepegawaian di daerah, diyakini akan memberi dampak besar terhadap sektor pendidikan dan kesehatan. Karena, dari 17.000 tenaga honorer di Pemprov Banten, 10 ribu diantaranya merupakan guru dan tenaga kesehatan.

    Seperti yang disampaikan oleh Kepala Sekolah SDN Wirana Pasir, Asep Saepul Rohman. Ia mengatakan bahwa di sekolah yang dirinya pimpin, setidaknya terdapat sebanyak sembilan tenaga honorer terdiri atas guru, operator sekolah dan penjaga sekolah.

    “Memang saya tidak tahu kapan terakhir kali perekrutan honorer, karena saya baru menjabat. Cuma rata-rata honorer yang bekerja di sini itu mayoritas di atas lima tahun (pengabdiannya). Jumlah honorer guru 7, operator sekolah satu dan penjaga sekolah satu,” ujarnya kepada BANPOS.

    Menurutnya, apabila tenaga honorer benar-benar dihapuskan sementara tidak ada kejelasan mengenai nasib para tenaga honorer yang telah lama mengabdi, maka sekolahnya pun akan kekurangan tenaga dalam menjalankan tugasnya.

    “Yang jelas kalau dengan mekanisme dan peraturannya diberlakukan (penghapusan tenaga honorer), pasti kekurangan guru. Sangat pasti itu. Karena jumlah PNS dan PPPK itu masih dikatakan kurang,” ucapnya.

    Di SDN Wirana Pasir menurutnya, hanya terdapat lima guru PNS saja. Itu pun termasuk dirinya yang merupakan Kepala Sekolah. Sedangkan rombongan belajar (rombel) berjumlah delapan rombel. Hal itu pun membuat keberadaan guru honorer sangat membantu proses belajar mengajar.

    “Sangat membantu sekali, karena kami ini kekurangan guru. Ada yang gurunya menjadi guru kelas, ada yang menjadi guru mata pelajaran. Meskipun di SD itu guru sifatnya borongan, namun karena jumlah PNS di sekolah kami itu hanya lima, itu pun termasuk Kepsek, maka tidak bisa dipegang semua. Sedangkan rombel itu delapan, makanya jadi kurang,” terangnya.

    Maka dari itu, ia meminta kepada pemerintah agar dapat memberikan solusi terbaik bagi para tenaga honorer yang bekerja di dunia pendidikan. Karena jika tidak ada solusi, maka dipastikan dunia pendidikan akan kekurangan tenaga pengajar.

    “Harapan saya dari peraturan tersebut, bisa ada kebijakan lain yang dapat mendukung status keberadaan mereka. Tetap diakui pemerintah, kesejahteraannya bisa lebih diperhatikan, dan kalau bisa diangkat menjadi PPPK atau PNS,” harapnya.

    Terpisah, kegundahan pun muncul di kalangan guru honorer yang sudah terdaftar di Dapodik Dinas Pendidikan Lebak. Ketua Asosiasi Guru Honorer Pendidikan Agama Islam (AGHPAI) Lebak, Edi Cahya Purnama kepada BANPOS mengharapkan agar keberadaan guru yang sudah masuk Dapodik dan di BKP-SDM Lebak segera diangkat statusnya menjadi PPPK. 

    “Ini sebenarnya kekhawatiran. Apalagi kabupaten Lebak Tahun ini katanya tak membuka rekrutmen. Jadi kita para guru honorer yang sudah mencapai nilai ambang batas dan dinyatakan lulus passing grade pada seleksi tahap 1 dan 2 Tahun 2021 tapi belum dapat formasi. Ini kita masih nunggu kebijakan yang terbaik tahun ini dari pemerintah,” ungkap Edi, Kamis (9/6).

    Selain sekolah, OPD yang terdampak atas penghapusan tenaga honorer ialah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Bahkan, mayoritas anggota Satpol PP terdiri atas para tenaga honorer. Persentasenya bisa mencapai 75 persen dari jumlah anggota.

    Kepala Satpol PP Kota Serang, Kusna Ramdani, mengatakan bahwa jika tenaga honorer benar-benar dihapus, maka pihaknya akan sangat terdampak. Bahkan menurutnya bukan hanya Satpol PP saja, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dishub pun dipastikan akan terdampak, karena mayoritas berisi tenaga honorer.

    “Semua pasti sama kena, cuma kami belum tahu nih karena pusat yang mencarikan solusi, termasuk provinsi. Jadi kami ikut saja bagaimana solusinya,” ujarnya.

    Pada Satpol PP Kota Serang, terdapat 180 anggota yang berstatus honorer. Karena Satpol PP Kota Serang juga membidangi Pemadam Kebakaran (Damkar), maka honorer di Damkar pun turut dihitung. Setidaknya, terdapat 70 anggota Damkar Kota Serang yang berstatus honorer.

    “Jadi total seluruhnya ada 250 orang. Posisinya sama sih dengan di Dishub dan di DLH, banyak tenaga honorernya,” ungkap Kusna.

    Sejauh ini, Kusna mengaku bahwa belum ada arahan maupun rapat koordinasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemprov Banten. Sebab menurutnya, Pemerintah Pusat maupun Pemprov Banten pun terkendala aturan yang sama.

    “Kalau kami sih sudah menyarankan untuk diangkat menjadi PPPK. Cuma kan belum ada jawabannya dari pusat. Karena PPPK itu kan diprioritaskan untuk guru, penyuluh dan tenaga kesehatan. Kami mah sudah mengusulkan,” ucapnya.

    Dengan dihapuskannya tenaga honorer, Kusna menuturkan bahwa dapat berdampak pada hilangnya 250 pasukan Satpol PP dan Damkar Kota Serang. Termasuk juga DLH yang akan kehilangan tenaga kebersihan, dan juga Dishub.

    “Makanya saya harap ada solusi yang terbaik gitu dari pemerintah pusat. Pemerintah pusat memang harus memikirkan daerah juga bahwa kita ini kekurangan pegawai. Untuk tindaklanjut itu sebenarnya ada di BKPSDM yah,” terangnya.

    Senada disampaikan oleh Kepala Satpol PP Provinsi Banten, Agus Supriyadi. Ia mengatakan, terdapat sebanyak 252 anggota Satpol PP Provinsi Banten yang berstatus pegawai honorer. Opsi dialihkan menjadi PPPK maupun ASN pun telah digaungkan, akan tetapi masih belum ada kejelasan.

    “Pemprov Banten terus melakukan konsolidasi dengan MenpanRB terkait dengan penyelesaiannya. Karena kan ada dua opsi penyelesaiannya, memetakan mana yang bisa non PNS menjadi PPPK atau PNS. Atau mengambil langkah strategis tentang non PNS yang tidak bisa ditempatkan sebagai PPPK dan PNS,” ucapnya.

    Agus mengaku telah beberapa kali melakukan koordinasi dan konsultasi dengan KemenpanRB terkait dengan kuota khusus PPPK dan PNS bagi Satpol PP. Akan tetapi hal tersebut pun agak sulit lantaran belum ada formasi bagi Satpol PP pada PPPK. Jika persoalan itu tidak segera didapatkan solusi, maka Satpol PP Banten berpotensi kehilangan 3/4 kekuatan personelnya.

    “Bisa dua sampai tiga kali lipat pasukan Satpol PP itu non PNS. Itu yang sebenarnya harus bisa dipikirkan juga, karena Satpol PP itu harus PNS. Sementara jabatan fungsional (PPPK) yang bisa diduduki oleh Satpol PP ini belum ada,” tandasnya. (DZH/LUK/WDO/DHE/ENK)

  • Banten Konkritkan Kerjasama Pendidikan Kedokteran dengan FK UI

    Banten Konkritkan Kerjasama Pendidikan Kedokteran dengan FK UI

    SERANG, BANPOS – Pj Gubernur Banten Al Muktabar menerima audiensi dan kunjungan Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) Ari Fahrial Syam beserta rombongan di Pendopo Gubernur Banten, KP3B Curug, Kota Serang, Kamis (9/6). Kunjungan ini dalam rangka mewujudkan RSUD Banten sebagai rumah sakit pendidikan.

    Turut hadir juga pada kunjungan itu Rektor Untirta Fatah Sulaiman beserta jajaran, Kepala Dinkes Banten Ati Pramudji Hastuti serta Direktur Utama RSUD Banten Danang Nugraha. 

    “Dengan kerjasama ini bagaimana nanti kita mendapat dukungan fasilitasi SDM kedokteran yang akan melakukan pembinaan dan pengajaran terhadap calon-calon dokter dan dokter spesialis di Provinsi Banten,” jelas Al Muktabar kepada wartawan.

    Dikatakan, dengan kerjasama ini diharapkan peran Pemprov Banten untuk memastikan layanan kesehatan dari hulu sampai hilir terlayani secara baik dan maksimal kita persiapkan.

    “Sekarang sedang kita rumuskan bagaimana dukungan terhadap SDM itu harus maksimal. Mudah-mudahan dengan kemampuan peningkatan kapasitas kedokteran di FKUI bisa meningkatkan kapasitas SDM di Banten,” jelas Al Muktabar.

    Sementara itu Dekan FK UI Ari Fahrial Syam mengatakan kerjasama ini merupakan amanah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran yang menyatakan bahwa Pemda harus mendukung peningkatan SDM kedokteran. 

    “FK UI sendiri sejak awal memang sudah melakukan kerjasama dengan FK Untirta dalam rangka menyiapkan SDM spesialis kedokteran itu,” katanya. 

    Pada tahun pertama, lanjutnya, seluruh tenaga pendidikan di FK Untirta sepenuhnya berasal dari FK UI. Namun seiring dengan perjalanan waktu, setelah adanya lulusan, kita memberdayakan juga para alumninya untuk menjadi tenaga pengajar. 

    “Dan saya sangat mengapresiasi sekali kepada Pemprov Banten yang sudah menyiapkan RSUD sebagai RS Pendidikan. Sehingga hal ini diharapkan dapat menjadi jembatan bagi tenaga kedokteran yang akan mengambil jalur spesialis, mengingat saat ini sebaran dokter spesialis di Banten belum merata,” jelasnya. (RUS/AZM)

     

  • TOLAK OUTSORCING, MINTA DIPERJUANGKAN

    TOLAK OUTSORCING, MINTA DIPERJUANGKAN

    OPSI outsourcing maupun opsi dijadikan sebagai pelaku UMKM pun mendapatkan penolakan dari Forum Pegawai Non-PNS Banten. Mereka menilai bahwa opsi tersebut sama saja memberikan ketidakpastian status terhadap mereka yang telah lama mengabdi di Provinsi Banten.

    Hal itu disampaikan oleh Ketua Forum Pegawai Non-PNS Banten, Taufik Hidayat. Melalui pesan WhatsApp, Taufik mengatakan bahwa pihaknya kerap diajak berdiskusi untuk memberikan masukan, akan tetapi masukan tersebut sama sekali tidak didengar.

    “Saya sangat tidak sepakat dan tidak setuju. Karena memang dari awal kami sudah diminta berbagai masukan, tapi pada kenyataannya tidak dilibatkan dalam hal itu,” ujarnya kepada BANPOS.

    Menurutnya, opsi outsourcing bagi para pegawai honorer pun sangat tidak relevan. Pasalnya, hal itu membuat para pegawai honorer yang telah lama mengabdi di Provinsi Banten, akan kehilangan kepastian status mereka.

    “Ini sangat-sangat bukan solusi yang relevan. Justru kami sangat kecewa karena harapan dari teman-teman bisa mengabdi di Banten ini bisa ada kejelasan status, yang bisa diperjuangkan oleh pemerintah provinsi. Tapi pemprov malah memberikan solusi seperti itu. Maka kami sangat tidak setuju mengenai solusi tersebut,” tegasnya.

    Ia mengatakan, Pemprov Banten seharusnya dapat berdiri bersama dengan para pegawai honorer, untuk mendorong kepada Pemerintah Pusat agar ada otonomi khusus di bidang kepegawaian, sehingga para pegawai honorer pun mendapatkan kepastian status.

    “Harapan kami itu, selain Pemprov membuat pemetaan jabatan, mereka melakukan langkah-langkah konkret untuk membuat tindakan ke pemerintah pusat. Artinya meminta kepada pemerintah pusat untuk memberikan otonomi kepada daerah, agar kewenangan daerah itu dispesialkan. Jangan sampai teman-teman ini jadi korban peraturan gitu,” ungkapnya. 

    Terpisah, salah seorang honorer Bagian Humas dan Protokol Pemkab Pandeglang, Aldi mengatakan, terkait dengan adanya wacana penghapusan tenaga honorer oleh pemerintah pusat tersebut, pihaknya merasa keberatan.

    “Saya sudah bekerja sekian lama, tapi tiba-tiba pemerintah pusat menghapus tenaga honorer. Lalu kami yang sudah bekerja begitu lama tidak diberikan penghargaan dengan adanya penghapusan tersebut, minimal ada kebijakan untuk diangkat menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK),” kata Aldi kepada BANPOS, Kamis (9/6).

    Sementara itu, salah seorang pegawai honorer yang bertugas di kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Pandeglang, Yosep meminta agar pemerintah pusat untuk memperhatikan honorer tenaga teknis adminsitrasi.

    “Kami minta pemerintah pusat dalam rekrutmen PPPK tahun 2022 membuka formasi untuk tenaga teknis administrasi, karena selama ini pegawai honor tenaga teknis administrasi juga perannya sangat penting membantu pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan terutama urusan adminsitrasi,“ katanya.

    Menurutnya, masalah honorer tidak akan pernah selesai dan tuntas apabila tenaga teknis administrasi tidak dilirik dan diperhatikan oleh pemerintah.

    “Maka dari itu saya berharap rekrutmen PPPK tahun 2022, pemerintah pusat membuka formasi bagi pegawai honorer tenaga teknis adminsitrasi,“ ujarnya.

    Salah seorang pegawai staf honorer di salah satu kecamatan di Lebak selatan (Baksel) mengungkapkan, dirinya merasa putus harapan jika keberadaan status kepegawaiannya dihapus. Dirinya berharap pemerintah memberikan kebijakan yang pro honorer.


    “Saya sudah belasan tahun mengabdi di sini, sejak tahun 2004. Di kepegawaian status saya honorer tetap pemda. Kalau tahun ini saya tidak diangkat, ya udah gak ada harapan lagi. Lagian umur juga makin tua, hampir 50 tahun. Mudah-mudahan saja ada kebijakan dari pemerintah terkait nasib status saya,” ungkapnya, Kamis (9/6).(DZH/LUK/WDO/DHE/ENK)

     

  • Aroma Tak Sedap di Kemenag Banten Menyeruak

    SERANG, BANPOS – Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Banten menjadi sorotan Aliansi Lembaga Independen Peduli Publik (ALIPP). 

    Hasil investigasi yang dilakukan ALIPP, ditemukan adanya sejumlah masalah yang menunjukkan adanya carut marut pelayanan di lingkungan Kanwil Kemenag Banten. 

    Kepemimpinan Nanang Fathurrahman sebagai Kepala Kanwil Banten dinilai merupakan penyebab utamanya. 

    Indikasinya antara lain, banyaknya kekosongan jabatan di lingkungan Kanwil Kemenag Banten yang dibiarkan berlarut-larut. Padahal SDM di lingkungan Kemenag Banten tidak kurang.

    Berdasarkan data yang dihimpun, jabatan yang kosong itu antara lain, Kepala Kemenag Pandeglang hampir satu tahun, Kabid PENAIS dua bulan kosong tanpa Plt, dua Kepala Madrasah masing-masing, MAN 1 Serang dan Kepala MIN 2 Tangsel.

    Selain itu jabatan Kepala MAN 2 Pandeglang juga kosong dan Kepala MTsN 1 Serang yang sudah tiga bulan kosong. Terakhir, Kabid Haji yang berangkat sebagai petugas Daker selama 75 hari kosong tanpa pengganti.

    “Kekosongan jabatan ini disinyalir karena tarik menarik kepentingan dan transaksi jabatan, yang diduga dilakukan oleh Kepala Kanwil,” terang Direktur Eksekutif ALIPP, Uday Suhada pada Kamis (9/6).

    Selain itu Uday Suhada menambahkan, adanya tekanan pihak eksternal yang selama ini selalu melakukan intervensi dalam kebijakan pengisian dan jual beli jabatan di Kanwil Kemenag Banten.

    “Carut marut pelayanan di Kanwil Kemenag Banten berdasarkan informasi dari sumber yang sangat terpercaya juga diindikasikan dengan menumpuknya berkas di meja Kepala Kemenag Banten, tapi tidak kunjung ditandanganinya,” kata Uday Suhada. 

    Masih kata dia, dirinya mendapat informasi dari salah seorang staf Kanwil, bahwa ada yang sudah berbulan-bulan berkas tidak ditandatangani oleh Kepala Kemenag Banten.

    “Karena itu, masalah ini merupakan catatan penting untuk Pak Menteri Agama RI agar mengevaluasi Kepala Kanwil Kemenag Banten,” pungkas Uday Suhada.

    Sementara itu Kepala Kemenag Banten, Nanang Faturahman saat dikonfirmasi  tidak memberikan jawaban. Panggilan telepon dan pesan singkat melalui WA tidak ditanggapi. (RUS/PBN)

  • Tukik Anyer dan PSOI Gelar Liga Surfing 

    Tukik Anyer dan PSOI Gelar Liga Surfing 

    SERANG, BANPOS-  Guna menjaring atlet selancar berbakat yang akan dikirimkan ke ajang selancar nasional, Tukik Anyer Surf and Sailing dan Persatuan Selancar Obak Indonesia (PSOI) Kabupaten Serang menggelar Liga Surfing I , Kamis (9/6) di Pantai Anyer, Kabupaten Serang.

    Ketua pelaksana LSI I Hendra mengungkapkan, LSI yang pertama di lakukan di Kabupaten Serang ini diikuti oleh 24 peselancar dari 4 klub selancar di Kabupaten Serang. Keempat klub tersebut PSC,Jambu , TASS dan BSC.

    Divisi  yang dilombakan yaitu  ,lanjut Hendra , divisi dibawah 10 tahun, dibawah 16 tahun, open kelas terbuka, kelas wanita, dan kelas master.

    “Dari tiap kelas kita mengirimkan satu juara untuk mengikuti peetandingan tingkat nasional di Bali Akhir tahun 2022 nanti, kata Hendra.

    Lebih jauh lagi, tegas Hendra, LSI difokuskan untuk mencari peselancar-peselancar berbakat di wilayah  Kabupaten Serang.

    Ketua Komisi Pengcab PSOI Kabupaten Serang Alvin mengatakan, kejuaraan tersebut rencananya akan digelar secara reguler.

    “Syaratnya kita harus bikin lima kompetisi di dalam satu tahun kompetisi lokal. Nanti finalisnya baru bisa ikut final di Bali pada akhir tahun,” ujar Alvin 

    Masih kata Alvin , seluruh  tim nantinya akan berebut untuk mengumpulkan poin terbanyak di akhir kompetisi, sebelum bisa bertanding di tingkat nasional di Bali akhir tahun 2022 nanti . (MUF/AZM)