SALAH satu sekolah yang menjadi favorit bagi masyarakat Banten adalah SMAN 1 Kota Serang. Segala cara digunakan oleh sejumlah masyarakat agar anak mereka bisa bersekolah di sekolah yang dekat dengan pusat ibukota Provinsi Banten itu.
Bahkan, para ‘hantu’ yang disebut oleh Ombudsman Banten bergentayangan di sekolah-sekolah favorit, juga turut bergentayangan di SMAN 1 Kota Serang. Kepala SMAN 1 Kota Serang, M. Najih, mengakui hal tersebut.
Menurutnya, imbas dari para hantu itu membuat SMAN 1 Kota Serang pernah mengalami kondisi jumlah siswa yang membludak, bahkan melebihi kuota yang telah ditetapkan pada Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Namun, Najih mengklaim telah melakukan ‘rukyah’ dan berhasil membersihkan SMAN 1 Kota Serang.
“SMAN 1 di kepemimpinan saya, sudah bisa menjaga komitmen. Walaupun akhirnya saya dibenci banyak orang. Yang tadinya 16 rombel, sekarang sudah 12 rombel sesuai dengan Dapodik. Artinya tahun lalu dengan sekarang, kami bisa mengurangi empat rombel,” ujarnya kepada BANPOS, Rabu (25/5).
Menurutnya, kondisi ‘kacau’ SMAN 1 Kota Serang beberapa tahun yang lalu akan sulit untuk dicari siapa yang salah. Sebab, tidak akan ada yang mau mengakuinya. Terlebih, pada persoalan jual beli kursi yang sempat terjadi di SMAN 1 Kota Serang.
“Kalau ada yang dicari siapa yang salah, sudah pasti tidak ada yang mau disalahkan. Termasuk untuk kasus jual beli kursi di SMAN 1 ini. Saya pernah sampaikan waktu itu, orang lain yang makan manisnya, kita yang makan getahnya,” tuturnya.
Najih mengatakan, pihaknya pernah dituduh telah melakukan praktik jual beli kursi untuk bisa bersekolah di SMAN 1 Kota Serang. Akan tetapi, dirinya berani menantang mereka yang menuduh pihaknya yang melakukan praktik tersebut bahwa tuduhan itu tidak benar.
“Saya pernah menantang kepada mereka yang teriak-teriak SMAN 1 jual beli kursi, karena saya tahu siapa itu yang melakukan jual beli kursi. Bukan sekolah, bukan guru. Saya pernah sampaikan, ini orang-orangnya ketika ada yang mempersoalkan praktik jual beli kursi di SMAN 1. Silakan kalau mau mempersoalkan, kalian juga yang akan kena,” tegasnya.
Menurut Najih, pihaknya telah berupaya secara maksimal untuk dapat menghapus praktik buruk dalam pelaksanaan PPDB di sekolahnya itu. Bahkan, ia mengaku tidak menjadi persoalan jika banyak pihak yang akhirnya membenci dirinya.
Hal itu merupakan komitmen bersama yang dibangun oleh SMAN 1 Kota Serang, untuk membersihkan nama baik salah satu sekolah favorit tersebut. Apalagi banyak pihak yang meminta kepada dirinya berbagai pertolongan dengan alasan orang yang dititip merupakan saudaranya, namun yang membuat dirinya aneh, saudara yang dimaksuk sangat banyak dan berasal dari berbagai suku.
“Makanya aneh. Saya ini ingin tidak lagi ada omongan bahwa untuk masuk SMAN 1 Kota Serang itu mahal. Dengan RP20 juta bisa masuk, dengan Rp10 juta masuk, dengan Rp15 juta masuk. Seperak pun sampai saat ini, saya sebagai kepala sekolah tidak pernah menerimanya,” tegasnya.
Bahkan, Najih mengaku bahwa terdapat sebanyak 38 siswa yang tidak naik kelas. Menurutnya, hal itu merupakan hasil dari orang tua siswa yang memaksakan anaknya masuk ke SMAN 1 Kota Serang, tanpa memiliki kemampuan yang telah ditetapkan di sekolah tersebut.
“Saya pernah menanyakan kepada sejumlah siswa yang terindikasi masuk melalui jalur ‘hantu’. Mereka bilang kalau mereka untuk masuk ke SMAN 1 itu bayar Rp10 juta, Rp15 juta. Padahal uangnya tidak masuk sama sekali ke sekolah,” terangnya.
Untuk persoalan surat domisili pun menurutnya, SMAN 1 Kota Serang akan lebih ketat lagi. Sebab pada aturan PPDB saat ini, surat domisili tidak akan sesakti tahun-tahun sebelumnya. SMAN 1 Kota Serang akan meminta Kartu Keluarga (KK) asli dari para pendaftar, untuk membuktikan domisili tempat mereka tinggal.
“Dulu domisili bisa hanya menggunakan surat domisili. Jadi ada dalam aturan terbaru bahwa untuk domisili menggunakan KK, kecuali ada hal-hal seperti bencana alam sehingga membuat mereka harus menggunakan surat domisili,” ungkapnya.
Menurut Najih, untuk mempermudah pembersihan PPDB SMAN 1 Kota Serang dari para oknum-oknum, seharusnya SMAN 1 Kota Serang diperbolehkan untuk kembali pada pelaksanaan seleksi melalui Nilai Ujian Nasional. Sehingga para oknum itu tidak dapat bermain dalam pelaksanaan seleksi.
“Saya ingin marwah SMAN 1 itu seperti dulu lagi. Karena saya merupakan mantan guru SMAN 1 yang sekarang menjadi Kepala Sekolah di SMAN 1. Saya tidak mau ada yang mengotori marwah dari SMAN 1, guru-guru pun enjoy dalam mengajar karena dalam satu kelas itu ideal jumlahnya,” tandasnya.
Kepala Bidang SMP pada Dinas Pendidikan Kota Cilegon Suhendi mengatakan PPDB tahun ini akan dilakukan dengan cara online seperti tahun sebelumnya. Kuota yang dibutuhkan untuk calon siswa-siswa SMP Negeri sekitar 3.200 dari total lulusan SD baik dari negeri maupun swasta sekitar 9.500.
Ia memastikan tidak ada jual beli kursi lantaran menggunakan sistem online.
“Untuk jual beli kursi online biasanya terlihat bisa dilihat dari orangtua-orangtua dipantau gitu kan, bisa terlihat. Insyaallah kita sudah arahkan ke sekolah-sekolah,” tandasnya.(DZH/LUK/PBN)