JAKARTA, BANPOS – Di tengah era disrupsi yang melanda hampir semua dunia pendidikan, Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mendukung upaya dunia pendidikan tinggi semacam STAI Ma’had Aly Al-Hikam yang berupaya keras memperkuat spiritualitas kepada para mahasiswa yang tinggal di asrama Al-Hikam di Malang, Jawa Timur.
Di asrama ini para mahasiwa yang tinggal di asrama dibiarkan belajar di perguruan tinggi masing-masing, namum usai kuliah mereka harus mau dibekali ilmu agama jika ingin tinggal di asrama itu.
“Apa yang digagas almarhum KH. Hasyim Muzadi yang mendirikan pesantren Al-Hikam khusus mahasiswa ini bisa dijadikan pilot project bagaimana kita menghadapi era disrupsi. Saat banyak dunia pendidikan tercerabut dari akar menuju sekulerisme, pendidikan di Indonesia yang berideologi Pancasila harus tetap di jalur ketuhanan yang religius sesuai amanat sila pertama Pancasila,” kata Ahmad Basarah, saat menyampaikan sosialisasi empat pilar MPR RI di STAI Ma’had Aly Al-Hikam, Malang, Jawa Timur, Selasa (7/3).
Dalam acara yang diawali dengan penandatangan MoU antara STAI Al-Hikam dengan GM FKPPI di STAI Al-Hikam itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu menjelaskan bahwa gejala disrupsi di era modern saat ini mirip dengan gejala lahirnya humanisme di Eropa di Abad Pertengahan.
Jika di era Abad Pertengahan banyak masyarakat tercerabut dari akar agama lantaran otoritas agamawan kehilangan kepercayaan lalu terjebak dalam sekulerisme, di saat ini era digitalisasi telah mendorong mereka ke situasi nomophobia.
“Nomophobia terjadi pada masyarakat digital yang mengacu pada ketidaknyamanan, kecemasan, kegelisahan atau kekhawatiran ketika seseorang tidak bisa jauh dari smartphone. Ini adalah gangguan patologis akibat pengembangan teknologi komunikasi. Kecemasan yang diakibatkannya sangat berbahaya untuk kejiwaan,’” jelas Ahmad Basarah.
Dalam acara berjudul “Tantangan dan Peluang Dunia Pendidikan di Era Disrupsi” itu, dosen Pascasarjana Universitas Islam Malang ini menyebutkan bahwa nomophobia kali pertama teridentifikasi pada 2008 dalam penelitian yang dilakukan UK Post Office di Inggris.
Penelitian untuk menguak kecemasan masyarakat di era disrupsi ini menjadikan 1000 orang sebagai sampel. Dari jumlah itu, 77 persen kelompok usia 18-24 tahun ternyata paling rentan mengalami nomophobia.
“Dari penelitian itu bisa kita analisis ternyata mahasiswa adalah kelompok paling rentan mengalami kecemasan akibat era disrupsi. Jadi, sudah benar apa yang dilakukan asrama Al-Hikam ini, mewajibkan semua mahasiswa yang tinggal di sini mendalami ilmu agama agar timbul keseimbangan lahir batin pada mereka,” jelas Ahmad Basarah.
Anggota Komisi X DPR RI yang antara lain membidangi pendidikan itu menjelaskan, Pasal 4 UU Nomor 12 tahun 2012 tentang Perguruan Tinggi mengamanatkan agar semua perguruan tinggi di Indonesia menjadi pusat-pusat pembentuk watak dan peradaban bangsa, mengembangkan sikap inovatif, kreatif, berdaya saing, serta mengembangkan iptek.
Dia menilai amanat ini penting disampaikan sebab kini Indonesia tengah menghadapi peperangan ideologi yang tidak terlihat tapi ada.
“Di era komunikasi terbuka seperti saat ini, peperangan ideologi pasti ada. Masyarakat gampang mengakses dunia maya yang di dalamnya semua ideologi terpampang nyata, mulai dari transnasionalisme, kapitalisme, sampai hedonisme pun ada. Kita harus yakin dengan ideologi yang kita miliki, yakni Pancasila,” tegas Dosen tetap Pascasarjana Universitas Islam Malang itu.
Hadir dalam acara itu pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam KH Mohammad Nafi, Ketua Yayasan Al-Hikam Malang H. Abdul Hakim Hidayat, Ketua STAI Ma’had Aly Al-Hikam Nur Choliq, Direktur Pascasarjana STAIMA Al-Hikam Kasuwi Saiban, dan Ketua PCNU Malang KH Israfun Najaah (Gus Is), dan Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jatim sekaligus Ketua DPRD Kota Malang Made Rian.(RMID)