Beberapa dekade belakangan ini, muncul permasalahan yang perhatian publik. Mulai dari maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba hingga kekerasan. Hal ini disebabkan belum berhasilnya pendidikan karakter.
Akhir-akhir ini muncul pula sikap dan perilaku masyarakat yang intoleran, terhadap segala bentuk perbedaan. Menurut para ahli, ini diindikasikan sebagai kegagalan pendidikan. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah, masyarakat, institusi pendidikan dan keluarga.
Pada dasarnya, pendidikan Karakter (budi pekerti) merupakan bagian mendasar dari pendidikan. Para pakar pendidikan meyakini bahwa, budi pekerti merupakan benteng utama yang harus dikuatkan terlebih dahulu. setelah itu, membangun pendidikan dari sisi intelektual.
Selama ini, kebanyakan orang mengukur kesuksesan dari segi penguasaan pengetahuan. Mereka cenderung apatis terhadap nilai-nilai karakter. Padahal, pendidikan Karakter sebagai pondasi bagi terbentuknya manusia berkualitas, mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan karakter merupakan habit sehingga memerlukan suatu communities of character.
Pendidikan karakter sebagai upaya dalam mengembangkan potensi peserta didik, dengan nilai-nilai budaya sebagai karakter pribadinya. Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi, moral, dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa. Selanjutnya, Pendidikan karakter merupakan proses memanusiakan manusia. Artinya, manusia sebagai makhluk Tuhan harus dibekali dengan hal lain, selain kemampuan kognitifnya yaitu kemampuan sikapnya.
Sekolah merupakan communities of character. Melalui proses pembelajaran, habituasi (pembudayaan kebiasaan baik), kegaitan ekstra kurikuler, dan bekerja sama dengan kelaurga dan masyarakat dalam pengembangannya. Sekolah harus dapat memberikan perubahan cara bersikap, serta berprilaku baik sehingga dapat diterima oleh masyarakat dan lingkungannya.
Pendidikan dilaksanakan dengan sistem tata kelola sekolah yang terintegrasi. Sistem ini harus disusun untuk mendukung perencanaan kegiatan. Mulai dari pengorganisasian, implementasi, monitoring dan evaluasi sesuai dengan tujuan sekolah. Oleh karena itu, dengan sistem yang baik serta pengelolaan yang efektif maka jaminan kualitas pendidikan akan baik pula.
A.Urgensi Pendidikan Karakter
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional, sudah mencanangkan penerapan pendidikan karakter, untuk semua tingkat pendidikan di sekolah hingga Perguruan Tinggi. Munculnya gagasan program pendidikan karakter, dalam dunia pendidikan di Indonesia dapat dimaklumi.
Sebab, selama ini dirasakan proses pendidikan ternyata belum berhasil membangun manusia Indonesia, yang berkarakter. Banyak yang menyebut bahwa pendidikan telah gagal membangun karakter. Banyak lulusan sekolah dan sarjana yang pandai dalam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tetapi mentalnya lemah, penakut, dan perilakunya tidak terpuji.
Pembangunan karakter perlu dilakukan oleh manusia. Senada dengan hal tersebut, Ellen G. White dalam Sarumpaet (2001: 12) mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah, usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter adalah, tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan rumah tangga maupun pendidikan dalam sekolah, orang tua, dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas mereka.
Menurut Mochtar Buchori (2007), dalam pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik, ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di sekolah perlu segera dikaji dan dicari altenatif-alternatif solusinya serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan.
B.Hakikat dan Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan dan hakikat dari proses pendidikan karakter adalah membentuk sikap dan prilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma dan agama yang melakat dalam kehidupan masyarakat, para peserta didik belajar dalam suatu proses yang terencana dan sistematis tentang apa yang akan mereka pikir dan dilanjutkan dengan kegiatan yang positif yang secara fundamental tidak akan berubah dari generasi ke generasi berikutnya, pada dasarnya nilali itu bersifat tetap, baik dan buruk merupakan suatu pinilaian atas pandangan seseorang terhadap suatu fenomena yang terjadi, oleh karena itu hakikatnya pendidikan karakter pada dasarnya tidak berubah.
Manusia mengetahui apa yang dikatakan dan dilakukannnya itu sesuai nilai norma dan agama ataupun bertentangan dengan hal tesebut, persoalannya setiap manusia memiliki pandangan yang berbeda dalam pikiranya tentang hidup yang baik sesuai kaidah nilai, norma dan agama, proses pendidikan karakter dilakukan untuk mengurangi perbedaan pandangan manusia tentang moral serta mengarahkan agar para peserta didik memahami esensi dari karakter tersebut, agar kehidupan mereka di masyarakat, berbangsa dan bernegara berjalan dengan baik.
Keberhasilan pendidikan karakter dipengaruhi oleh kemapuan guru dalam merefleksikan pendidikan karakter tersebut. Jadi guru tidak hanya menjelaskan bagaimana karakter itu dipraktikkan, tetapi guru bertindak sebagai model yang mejadi panutan peserta didik dalam memahami, mengaktualisasikan serta merefleksiakan niali-nilai karakter untuk kehidupan baik disekolah maupun di masyarakat.
Pendidikan karakter tidak hanya mendorong agar peserta didik mengetahui mana yang baik dan buruk, tetapi peserta didik belajar untuk mempraktikkan dalam kehidupan sehari-harinya, baik disekolah maupun dalam lingkunganya termasuk keluarga. Pendidikan karakter akan dapat terwujud dengan adanya prinsip atau batasan-batasan yang perlu mereka pahami baik oleh pendidik maupun pengelola lembaga.
Pembentukan dan pengembangan karakter sebetulnya akan lebih baik ketika peserta didik berusia muda, karena pengetahuan yang mereka dapat sedikit demi sedikit akan mempengaruhi mereka dalam berkarakter, dengan demikian proses pembentukan karakter terutama pada peserta didik akan lebih efektif ketika dilakukan di usia muda karena dalam membangun karakter membutuhkan waktu yang tidak sebentar, untuk membentuk dan menumbuhkembangkannilaikarakter pada diripesertadidiktersebut, sekolah membutuhkan kerjasama dengan masyarakat dan keluarga sebagai tempat peserta didik berinteraksi selain di sekolah, peran masyarakat dan keluarga sangat penting untuk mendukung keberhasilan pendidikan karakter, masyarakat dan keluarga mempunyai peran yang sangat vital agar tujuan pendidikan karakter dapat terwujud, karena sejatinya beban tanggungjawab untuk membentuk dan menumbuh kembangkan karakter pada diri anak bukan hanya sekolah, melainkansemualingkungan yang berada di sekitar peserta didik tersebut.
C.Efektivitas dalam Pembentukan Karakter
Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peranpenting dalam proses tumbuh kembang peserta didik, pembinaan dan peningkatan potensi, minat dan karakter peserta didik merupakan cara yang dilakukan oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan agar dapat menciptakan dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan mendukung pembangunannasional. Pembangunan nasional akan tercipta dari pendidikan yang berkualitas dengan sistem yang menselaraskan antara pengembangan dan peningkatan kognitif peserta didik dengan pembinaan karakter peserta didiknya.
Pembelajaran di sekolah bukan hanya untuk memperoleh aspek pengetahuan semata, akan tetapi harus ada bentuk implementasi dari pembelajaran tersebut. Hal ini berlaku juga dalam proses pendidikan karakter di sekolah, dalam proses pendidikan karakter peserta didik tidak hanya diberikan pengetahuan untukmemilahbenaratau salah, akan tetapi dalam proses pendidikan karakter, guru harus memberikan contoh nyata dalam bentuk sikap dan prilaku (role model) agar peserta didik lebih paham dan mudah dalam mengimplementasikannya, sehingga pengetahuan yang didapat tersebut akan membentuk sikap dan prilaku yang baik sesuai nilai, norma dan agama.
Pendidikan karakter erat kaitannya dengan moral absolute, yang artinya bahwa moral absolute menjadi bagian penting dan tidak bisa dipisahkan dalam pendidikan karakter yang perludiberikan dan ditanamkan kepada generasi muda kalangan pelajar agar mereka paham dan mempunyai pertimbangan dan keyakinan untuk melakukan hal-hal baik dan menghindari hal – hal buruk yang tidak sepatutnya merekalakukan.
Pendidikan karakter mempunyai makna dan dinilai dapat lebih berkontribusi dari pada pendidikan moral, akan tetapi keduanya mempunyai keterkaitan yang sangat tinggi untuk mendukung keberhasilan pengembangan karakter baik bagi peserta didik, dengan pendidikan karakter, sekolah mempunyai harapan untuk peserta didik agar dapat menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal-hal baik, mampumerasakan (domain afektif) nilai mana yang lebih dan bisamengimplemnatsikandalamsebuahprilaku (domain prilaku)
D.Peran Guru dalam Pendidikan Karakter
Membangun peradaban sebuah bangsa pada hakikatnya adalah pengembangan watak dan karakter manusia unggul dari sisi intelektual, spiritual, emosional, dan fisikal yang dilandasi oleh fitrah kemanusiaan. Fitrah adalah titik tolak kemuliaan manusia, baik sebagai bawaan seseorang sejak lahir atau sebagai hasil proses pendidikan.Nelson Black dalam bukunya yang berjudul “Kapan Sebuah Bangsa Akan Mati” (dalam Alen Marlis, 2010) menyatakan bahwa nilai-nilai akhlak, kemanusiaan, kemakmuran ekonomi, dan kekuatan budaya merupakan sederet faktor keunggulan sebuah masyarakat yang humanis. Sebaliknya kebejatan sosial dan budaya merupakan faktor penyebab kemunduran sebuah peradaban.
Pada Kongres Pendidikan se-Indonesia yang digelar di Yogyakarta bulan Oktober 1949, almarhum Ki Hadjar Dewantara. haruslah diarahkan pada kemajuan, keberadaban, budaya dan persatuan, dan masyarakat seharusnya tidak menolak elemen-elemen yang datang dari peradaban asing. Ini adalah demi mendorong proses pertumbuhan dan pemerkayaan yang lebih lanjut bagi kehidupan nasional serta secara mutlak untuk menaikkan martabat kebanggaan bangsa Indonesia. Terlepas dari persoalan kuantitatif maupun kwalitatif tersebut, dalam konteks pembangunan sektor pendidikan, guru merupakan pemegang peran yang amat sentral dalam proses pendidikan. Upaya meningkatkan profesionalisme para pendidik adalah suatu keniscayaan. Guru harus mendapatkan program-program pelatihan secara tersistem agar tetap memiliki profesionalisme yang tinggi dan siap melakukan adopsi inovasi.Guru juga harus mendapatkan ” Reward ” (tanda jasa),penghargaan dan kesejahteraan yang layak atas pengabdian dan jasanya,sehingga setiap inovasi dan pembaruan dalam bidang pendidikan dapat diterima dan dijalaninya dengan baik.Di sinilah kemudian karakteristik pendidikan guru memiliki kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada subjek didik. Kualitas seorang guru dapat diukur dari segi moralitas, bijaksana, sabar dan menguasai bahan pelajaran ketika beradaptasi dengan subjek didik. Sejumlah faktor itu membuat dirinya mampu menghadapi masalah-masalah sulit, tidak mudah frustasi, depresi atau stress secara positif, dan tidak destruktif.
E.Mengembangkan Pendidikan Karakter di Sekolah
Pendidikan Karakter perlu dikembangkan di sekolah. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan.
Adapun acuan konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural. Pengembangan pendidikan karakter bisa menggunakan kurikulum berkarakter atau “Kurikulum Holistik Berbasis Karakter” (Character-based Integrated Curriculum). Kurikulum ini merupakan kurikulum terpadu yang menyentuh semua aspek kebutuhan anak. Sebuah kurikulum yang terkait, tidak terkotak-kotak dan dapat merefleksikan dimensi, keterampilan, dengan menampilkan tema-tema yang menarik dan kontekstual.
Pembelajaran holistik berlandaskan pada pendekatan inquiry, dimana anak dilibatkan dalam merencanakan, bereksplorasi dan berbagi gagasan. Anak-anak didorong untuk berkolaborasi bersama teman-temannya dan belajar dengan “cara” mereka sendiri. Anak-anak diberdayakan sebagai si pembelajar dan mampu mengejar kebutuhan belajar mereka melalui tema-tema yang dirancang. Sebuah pembelajaran yang holistik hanya dapat dilakukan dengan baik apabila pembelajaran yang akan dilakukan alami, natural, nyata, dekat dengan diri anak, dan guru-guru yang melaksanakannya memiliki pemahaman konsep pembelajaran terpadu dengan baik. Selain itu juga dibutuhkan kreativitas dan bahan-bahan atau sumber yang kaya serta pengalaman guru dalam berlatih membuat model-model yang tematis juga sangat menentukan kebermaknaan pembelajaran.