Penulis: Panji Romadhon

  • BPBD ‘Ngecrek’ ke Setiap OPD

    BPBD ‘Ngecrek’ ke Setiap OPD

    SERANG, BANPOS – BPBD Kota Serang jemput bola ke setiap OPD di Kota Serang untuk membantu penyintas bencana banjir di Kabupaten Lebak. Hal ini sebagai tindak lanjut dari surat edaran yang diberikan oleh Walikota Serang.

    Penggalangan dana tersebut dilakukan dengan tiga tim. Dan seluruh tim tersebut disebar ke setiap OPD dan kecamatan. Berdasarkan pantauan di salah satu lokasi, yaitu Puspemkot Serang, BPBD mengelilingi setiap kantor OPD untuk meminta sumbangan uang dari para pegawai.

    “Hari ini kami mulai keliling ke OPD sesuai perintah pak Wali Kota, untuk penggalangan dana korban banjir bandang,” kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Serang Eva Khasanah, saat ditemui di Setda Pemkot Serang, Senin (6/1).

    Eva mengatakan, jemput bola yang dilakukan oleh pihaknya berdasarkan perintas dari Walikota Serang, Syafrudin. Sebab, Pemkot Serang menargetkan akan menyalurkan donasi pada 10 Januari mendatang.

    “Pak Wali minta secepatnya selesai, agar segera bisa diberikan kepada korban di Lebak. Kami masih terus keliling, karena ada beberapa OPD juga yang belum melakukan penggalangan dana di internal,” ungkapnya.

    Sementara itu, bantuan logistik sendiri sudah terkumpul di Kantor BPBD Kota Serang yang nantinya akan diserahkan setelah semua penggalangan dana selesai dilakukan.

    “Bantuan logistik seperti beras, pakai dan lainnya, sedang kami kemas. Nanti pada 10 Januari kami bersama Walikota Serang akan langsung menyalurkan bantuan ke para penyintas bencana di Lebak,” tuturnya.

    Kepala BPBD Kota Serang, Diat Hermawan, mengatakan berdasarkan surat edaran Walikota Serang, seharusnya BPBD hanya bertindak sebagai koordinator pengumpulan bantuan saja. Namun karena waktu yang mepet, maka BPBD terpaksa ‘Ngecrek’ ke setiap OPD.

    “Sejatinya itu sesuai edaran, yah kami hanya menerima saja. Namun karena sudah mepet, yasudah kami turun untuk jemput bola ke setiap OPD.” Tandasnya. (DZH/AZM)

  • Soal Bahasa Inggris, Ini Kata Walikota Serang

    Soal Bahasa Inggris, Ini Kata Walikota Serang

    SERANG, BANPOS – Terkait hiasan tulisan yang menuai kritik, Walikota Serang, Syafrudin, mengaku bahwa pemasangan itu merupakan percobaan saja. Sehingga, penggunaan bahasa Inggris hanya untuk sementara.

    “Yah ini kan sebenarnya percobaan yah. Menurut saya boleh-boleh saja menggunakan bahasa Inggris di masa percobaan ini. Bagus tidak kalau dipasang seperti itu,” ujar Walikota Serang Syafrudin, Minggu (5/1).

    Menurutnya dengan percobaan yang dilakukan, Pemkot Serang jadi tahu bahwa pemasangan hiasan itu sudah baik. Hanya saja, terdapat masukan yang diberikan masyarakat pada penggunaan bahasa.

    “Kami terima masukan-masukan tersebut dari masyarakat. Dan saya pribadi merasa sepakat dengan masukan itu. Semua itu dapat menjadi perbaikan bagi Pemkot Serang dalam memasang landmark di tahun selanjutnya,” ucapnya.

    Syafrudin menegaskan, kedepannya tulisan hias akan mulai menggunakan bahasa Jawa Serang atau dikenal dengan bebasan. Namun rencana itu akan dilakukan di tahun depan.

    “Misalkan Welcome to Kota Serang akan dirubah menjadi Selamat Rawuh ning Kota Serang. Ini memang menjadi lebih memiliki identitas kebudayaan sendiri,” tandasnya.

    Sebelumnya, hiasan tulisan di beberapa titik mendapatkan kritikan aktivis mahasiswa asal Untirta, Ahmad Fauzan. Kritikan tersebut dikarenakan penggunaan bahasa Inggris dalam tulisan hias.

    “Berdaya dan berbudaya, dua kalimat bermakna yang akan selalu dibawa oleh duet Aje Kendor dalam memimpin Kota Serang. Namun dengan penggunaan bahasa Inggris dalam hiasan tulisan, kami sangsi dengan visi berbudaya yang dibawa itu,” ujarnya.

    Menurutnya, penggunaan bahasa Inggris sangat bertolak belakang dengan visi berbudaya yang diusung Syafrudin-Subadri. Karena justru dengan penggunaan bahasa Inggris, menggambarkan Kota Serang krisis identitas.

    “Mungkin ada kesalahan berfikir dalam membangun identitas Kota Serang. Seharusnya, Pemkot Serang dapat menggunakan bahasa Jawa Serang dalam upaya membangun identitas kuat Kota Serang dalam segi bahasa,” ucapnya. (DZH)

  • Saat Ditertibkan, Pedagang Dugan Cekcok Dengan Satpol PP Kota Serang

    Saat Ditertibkan, Pedagang Dugan Cekcok Dengan Satpol PP Kota Serang

    SERANG, BANPOS – Penertiban pedagang kelapa (dugan) di Pasar Lama diwarnai perlawanan dari sejumlah pedagang. Pedagang dan Satpol PP pun terlibat cekcok. Padahal sebelumnya, Satpol PP Kota Serang mengaku telah membuat kesepakatan dengan para pedagang dugan.

    Kesepakatan tersebut dibuat pada 30 Desember 2019. Dalam kesepakatan, para pedagang siap untuk pindah ke pasar Kepandean per tanggal 2 Januari 2020.

    Berdasarkan pantauan, salah satu pedagang dugan, Lubis, menolak lapaknya dipindahkan. Ia berkilah bahwa lapak dagangnya tidak melanggar aturan, namun tetap saja ditertibkan.

    “Salah saya dimana. Saya berjualan di dalam kios bukan di trotoar atau pun di bahu jalan, kios ini sewa loh. Tapi petugas tetap saja membawa barang dagangan saya,” ujarnya dengan nada tinggi, Senin (6/1).

    Ditanya mengenai perjanjian pedagang dugan dengan Satpol PP mengenai pemindahan ke Pasar Kepandean, Lubis mengaku yang ia ketahui perjanjian tersebut hanya untuk pedagang yang berjualan di bahu jalan saja.

    “Kemarin saya tahu ada perjanjian itu, saya gak ikut kumpul, karena saya jualannya di kios. Jadi ngapain saya ikut pindah, toh disini tidak melanggar dan jualnya di dalam kios,” tuturnya.

    Ia menegaskan bahwa dengan adanya penertiban ini, dirinya sangat dirugikan. Selain itu, ia menuding Pemkot Serang pilih kasih dalam melakukan penertiban.

    “Saya sebagai pedagang merasa dirugikan, Pemkot Serang dan Satpol PP pilih kasih dalam menertibkan. Pedagang kelapa saja yang ditertibkan, tapi pedagang lain yang jualan di trotoar dibiarkan saja,” katanya.

    Lubis menekankan kepada Pemkot Serang, apapun yang akan dilakukan oleh Satpol PP, dirinya tetap akan mempertahankan lapak dagangannya di Pasar Lama dan menolak dipindahkan ke Pasar Kepandean.

    “Saya sudah coba jualan disana (red: Pasar Kepandean), nyatanya sepi. Sedangkan kelapa ini tidak bisa bertahan lama (cepat busuk) nanti saya makan apa sehari-hari kalau tidak laku. Jadi saya katakan tidak akan pindah, sekalipun Walikota Serang yang turun langsung saya tidak akan pindah,” jelasnya.

    Sementara saat dikonfirmasi kepada petugas Satpol PP yang sedang menertibkan, para petugas enggan memberikan keterangan yang lengkap.

    “Saya hanya jalankan tugas. Untuk detailnya ke kantor saja tanyakan kepada atasan kami,” ujar salah satu petugas. (DZH)

  • Walikota Serang Siap Tanggung Biaya Pengobatan Pemuda Terkena Kanker Tulang

    Walikota Serang Siap Tanggung Biaya Pengobatan Pemuda Terkena Kanker Tulang

    SERANG, BANPOS – Walikota Serang, Syafrudin, berencana untuk mengunjungi pemuda Taktakan yang kehilangan kaki akibat kanker tulang yang dideritanya. Bahkan, ia mengaku siap membiayai kebutuhan pengobatannya.

    “Saya sudah mendengar, insyaAllah dalam waktu dekat ini saya ingin berkunjung untuk menengok kondisi dari pemuda tersebut,” katanya saat ditemui di alun-alun Kota Serang, Minggu (5/1).

    Menurutnya, saat ini Pemkot Serang masih belum benar-benar mengetahui kondisi dari Rahmat dan kebutuhan apa yang paling mendesak untuk dipenuhi.

    “Soalnya kalau kami dari Pemkot Serang belum melihat secara langsung, bingung juga mau memberikan apa. Membantunya seperti apa,” tuturnya.

    Apabila kebutuhan dari Rahmat hanyalah kaki palsu, lanjut Syafrudin, maka Pemkot Serang melalui Dinsos Kota Serang memastikan akan memberikan kaki palsu kepada Rahmat.

    “Tapi kalau ternyata kebutuhannya adalah uang untuk berobat, yah kami akan utamakan memberikan bantuan berbentuk uang. Bahkan kalau perlu saya akan tanggung semuanya pakai uang pribadi,” tandasnya.

    Sebelumnya diberitakan, Rahmat Adrian, pemuda asal Taktakan harus kehilangan kaki kanannya karena terkena kanker tulang.

    “Awalnya baru lulus sekolah pas bulan Mei itu katanya sakit di lutut, dikira sakit biasa, seminggu memasuki bulan puasa ada benjolan kecil. Saat diperiksa ke Puskesmas kayak ada tulang gitu,” ujar Kholidah, ibu dari Rahmat, saat ditemui di kediamannya, Sabtu (4/1).

    Setelah dibawa ke puskesmas, lanjutnya, Rahmat akhirnya dibawa ke RSDP Serang. Berdasarkan pemeriksaan dokter, benjolan yang berada di kaki Rahmat merupakan tumor ganas dan sudah stadium empat. Karena keterbatasan peralatan medis, Rahmat pun dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

    “Semenjak bulan Juli awal berobat ke Cipto. Kaki sebelah kanan harus diamputasi pada 8 Oktober 2019 karena tidak ada cara lain. Kalau mempertahankan kakinya, nyawa tidak tertolong sebab bisa menjalar ke seluruh tubuh,” katanya. (DZH)

  • Di Kabupaten Serang, 3.126 Jiwa Terdampak Banjir

    Di Kabupaten Serang, 3.126 Jiwa Terdampak Banjir

    SERANG, BANPOS – Badan penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Serang mencatat sebanyak 3.126 jiwa dengan total 1.009 Kepala keluarga (KK), terdampak bencana banjir yang merendam 10 Desa di tiga Kecamatan Kabupaten Serang. Selain itu, banjir juga menyisakan sebanyak 968 dan gedung sekolah yaitu SMAN Bojonegara serta pesantren salafi di Kecamatan Cikande.

    “Saat ini penanganan dari BPBD kabupaten Serang, personil sudah ditarik semua dari lokasi bencana. Hanya saja masih mengirimkan pasukan untuk membantu masyarakat membersihkan sisa-sisa lumpur yang ada di rumah warga masing-masing,” ujar ketua harian Crisis Centre pada BPBD kabupaten Serang, saat ditemui di ruang Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops), Minggu (5/01).

    Pihaknya bekerjasama denga TNI-Polri, Polres dan Polsek setempat serta Korem dan Koramil di masing-masing wilayah dalam membersihkan sisa-sisa lumpur akibat banjir.

    “Untuk jumlah kerugian kami belum bisa menyebutkan, karena pihak desa pun masih mendata,” tuturnya.

    Ia menuturkan bahwa dalam peristiwa banjir tersebut, tidak ada korban jiwa dan tidak ada korban luka. Sebab, kata dia, ketika banjir datang memang muka air tinggi, namun daam hitungan jam sudah surut kembali.

    “Jadi warga sudah mengetahui terlebih dahulu karena sudah terjadi sebelumnya. Tetapi banjir kali ini adalah paling besar, dan warga sudah antisipasi. Alhamdulillah tidak ada korban,” katanya, seraya menegaskan bahwa korban meninggal yang sebelumnya diberitakan sudab diklaim masyarakat asal Kabupaten Lebak.

    Wabah penyakit yang biasanya timbul seusai banjir, ia menerangkan bahwa pihaknya tidak menerima laporan adanya masyarakat yang terkena penyakit. Sebelumnya, pihak BPBD kabupaten Serang secara langsung melalui tim reaksi cepat (TRC) ke lokasi dan mendirikan posko serta dapur umum.

    “Alhamdulillah kami tidak menerima laporan adanya warga yang sakit,” terangnya.

    Hingga saat ini, kata dia, masyarakat sebagian sudah mulai merapihkan rumahnya dan sebagian lagi masih menumpang di rumah kerabatnya.

    “Masyarakat sekarang sudah tidak ada yang di posko,” pungkasnya. (MUF/AZM)

  • Empat Tahun Tak Setor Deviden, Aset SBM Terancam Ditarik Dewan

    Empat Tahun Tak Setor Deviden, Aset SBM Terancam Ditarik Dewan

    SERANG, BANPOS – Komisi III DPRD Kapubaten Serang menegaskan akan menarik aset dari salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yaitu PT Serang Berkah Mandiri (SBM). Hal itu disebabkan karena selama empat tahun, SBM dianggap tidak pernah memberikan keuntungan atau Deviden kepada Pemkab Serang.

    Diungkapkan oleh Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Serang, Muhammad Novi Fatwarohman bahwa pihaknya telah melayangkan surat dalam rangka rapat koordinasi. Namun pihak SBM tidak pernah menanggapi surat panggilan yang diberikan DPRD Kabupaten Serang periode 2019 hingga 2024, sejak awal pelantikan hingga saat ini.

    “Pihak manajemen atau dari perwakilan SBM tidak pernah datang ketika kami berikan surat panggilan, kami tegaskan kalau pihak SBM tidak mengelola BUMD dengan baik, akan aset yang ada pada SBM akan kami ambil dan dikembalikan ke Pemda. Kami mau melihat aset apa saja yang menjadi milik SBM,” ungkapnya, Jumat (5/1).

    Ia mengaku prihatin terhadap sistem pengelolaan dari tim manajemen SBM, sebab menurut dia, di tubuh SBM ada penyertaan modal dari Pemda yang merupakan uang masyarakat Kabupaten Serang. Untuk anak BUMD SBM yaitu Agro Serang Berkah (ASB), jika tidak mampu untuk melakukan pengelolaan, akan segera dibekukan.

    “Kalau mereka sudah tidak mampu untuk apa dipaksakan, kita bubarkan saja,” tegasnya.

    Pihaknya sebagai legislatif, akan terus mengawasi perkembangan setiap BUMD di Kabupaten Serang. Hal itu dilakukan karena menurutnya, salah satu faktor pembangunan di Kabupaten Serang didorong melalui pendapatan asli daerah (PAD) dari BUMD yang dimiliki oleh Pemda.

    Ia juga menegaskan, terus melakukan koordinasi dengan eksekutif dalam hal ini Pemda Serang yang memiliki anggaran, untuk membantu pihak SBM. Diharapkan ke depan akan mampu kembali menyehatkan keuangan SBM, namun pihak SBM sendiri diakui tidak pernah duduk bersama.

    “Kita sebetulnya bisa sharing, dan memberikan hal-hal (ide) untuk menyehatkan mereka,” katanya menyayangkan.

    Hingga saat ini, pihaknya ingin melihat sejauh mana kemajuan dari SBM. Sebab, pada tahun sebelumnya, tercatat sudah ada pergantian direksi yang baru. Pihaknya pun ingin mengetahui bagaimana perencanaan SBM ke depan dalam rangka menyehatkan kondisi keuangan.

    “Kerja mereka kedepan seperti apa, bagaimana langkah-langkah penyehatan BUMD milik Pemda Kabupaten Serang ini,” terangnya.

    Terpisah, Wakil Bupati Serang Pandji Tirtayasa mengungkapkan bahwa saat ini SBM sedang berbenah manejemen yang baru, serta memulai kembali kerjasama dengan pemilik lahan untuk pembangunan pelabuhan.

    “Kondisi SBM sekarang sedang merintis ulang, karena sampai sekarang dewan belum memberikan penyertaan modal, jadi sekarang lagi merangkak-rangkak,” ungkapnya.

    Kemudian, Pandji menerangkan bahwa SBM sedang berada dalam kondisi keuangan yang tidak baik dan sedang menjalin komunikasi dengan beberapa perusahaan.

    “Untuk menggaji karyawan saja masih kurang,” pungkasnya. (MUF/AZM)

  • Mahasiswa Untirta ‘Ngabdi’ di Kampung Wisata Pancer

    Mahasiswa Untirta ‘Ngabdi’ di Kampung Wisata Pancer

    KASEMEN, BANPOS – Dalam rangka menumbuhkan rasa sosial mahasiswa kepada masyarakat, belasan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar pengabdian di kampung wisata Pancer, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Hal itu juga diharapkan dapar mengurangi masalah yang ada di lingkungan Kampung wisata Pancer.

    “Tujuan kami melakukan pengabdian ini untuk menumbuhkan rasa sosial kepada masyarakat dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku kuliah, sehingga dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam masyarakat,” ungkap ketua kelompok pengabdian mahasiswa Untirta di Kampung wisata Pancer, M Azhar Ramadhan, usai melaksanakan kegiatan pembukaan pengabdian masyarakat di Auditorium Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Jumat (3/01).

    Azhar menuturkan, dalam pengabdian tersebut pihaknya mengusung tema ‘Pendampingan Pemasaran Berbasis Online dan Upaya Optimalisasi Pesona Wisata Kampung Pancer’. Pengabdian juga disebutkan olehnya adalah salah satu visi dari Tri Dharma perguruan tinggi di Indonesia, yang bertujuan untuk menciptakan hubungan sosial yang baik antara mahasiswa, masyarakat dengan pihak perguruan tinggi.

    “Terutama mahasiswa dengan masyarakat sekitarnya sekaligus sebagai perwujudan selaku makhluk sosial,” tuturnya.

    Hadir dalam kesempatan tersebut, Lurah Banten yang diwakili oleh Tati Suftiati, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Ki Amuk, perwakilan rukun tetangga (RT) dan perwakilan rukun warga (RW) Kampung Pancer, serta Asih Machfuzhoh sebagai dosen pembimbing dalam Pengabdian Masyarakat tersebut.

    Saat kegiatan pembukaan berlangsung, kata dia, pihaknya melakukan simbolis penyerahan cendramata. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kenang-kenangan terhadap Kelurahan Banten dan Pokdarwis Kiamuk sebagai kenang-kenangan.

    “Program kerja dalam pengabdian ini meliputi program di bidang lingkugan, pendidikan, pengembangan kampung wisata dengan sosialisasi,” pungkasnya. (MUF)

  • Gunakan Bahasa Inggris, Pemkot Serang Disebut Krisis Identitas

    Gunakan Bahasa Inggris, Pemkot Serang Disebut Krisis Identitas

    SERANG, BANPOS – Pemkot Serang terus berupaya untuk mempercantik penampilan dari ibu kota Provinsi. Salah satunya yaitu membangun hiasan tulisan di beberapa lokasi, seperti ‘Welcome to Kota Serang’, ‘I Love Kota Serang’ dan Aje Kendor.

    Namun, hiasan tulisan tersebut mendapatkan kritik dari beberapa pihak. Salah satunya yaitu aktivis mahasiswa asal Untirta, Ahmad Fauzan. Kritikan tersebut dikarenakan penggunaan bahasa Inggris dalam tulisan tersebut.

    “Berdaya dan berbudaya, dua kalimat bermakna yang akan selalu dibawa oleh duet Aje Kendor dalam memimpin Kota Serang. Namun dengan penggunaan bahasa Inggris dalam hiasan tulisan, kami sangsi dengan visi berbudaya yang dibawa itu,” ujarnya, Minggu (5/1).

    Menurutnya, penggunaan bahasa Inggris tersebut sangat bertolak belakang dengan visi berbudaya yang diusung Syafrudin-Subadri. Karena justru dengan penggunaan bahasa Inggris, menggambarkan Kota Serang krisis identitas.

    “Mungkin ada kesalahan berfikir dalam membangun identitas Kota Serang. Seharusnya, Pemkot Serang dapat menggunakan bahasa Jawa Serang dalam upaya membangun identitas kuat Kota Serang dalam segi bahasa,” ucapnya.

    Meskipun hal yang mungkin dianggap kecil, Fauzan mengaku khawatir pemilihan penggunaan bahasa Inggris untuk hiasan tulisan tersebut dapat menjadi faktor kemunduran dalam pembangunan Kota Serang yang berbasis kebudayaan.

    “Ini akan menjadi kesalahan besar dalam upaya membangun peradaban kebudayaan di Kota Serang. Meskipun kecil, namun itu bisa menjadi salah satu bentuk ketidakpercayadirian Pemkot Serang terhadap budaya lokal,” tegasnya. (DZH)

  • Meski Populer, Kinerja Aje Kendor Masih Dinilai Rendah

    Meski Populer, Kinerja Aje Kendor Masih Dinilai Rendah

    SERANG, BANPOS – Kepuasan masyarakat terhadap program penbangunan di Kota Serang masih rendah dan di bawah 50 persen. Sedangkan untuk kepuasan terhadap kepemimpinan Walikota sudah melebihi angka 50 persen.

    Hal ini diketahui berdasarkan hasil riset kepuasan pembangunan daerah yang dilakukan oleh Pokja Wartawan Kota Serang (PWKS).

    Ketua PWKS, Muhammad Tohir, mengatakan bahwa riset ini diharapkan mampu mendorong partisipasi masyarakat sebagai pengguna layanan dalam menilai kinerja penyelenggara pelayanan.

    “Selain itu dengan adanya riset ini dapat mendorong penyelenggara pelayanan publik agar meningkatkan kualitas pelayanan dan melakukan pengembangan melalui inovasi pelayanan publik,” ujarnya.

    Tohir mengatakan, mayoritas para responden mengenal Syafrudin dari media massa baik cetak, elektronik, maupun online dengan persentase sebesar 51.3 persen.

    “Sedangkan media sosial didominasi oleh Facebook dengan persentase sebesar 22.5 persen serta instagram sebesar 16.6 persen,” ungkapnya.

    Secara tingkat popularitas, Tohir mengungkapkan bahwa Syafrudin sebagai Walikota Serang baru dikenal oleh 75.8 persen responden.

    “Sedangkan sebanyak 17.7 persen responden mengaku tidak mengetahui siapa Syafrudin dan sebanyak 6.5 persen responden menyatakan ragu-ragu,” tuturnya.

    Sementara dari tingkat kepuasan terhadap kinerja, Tohir menerangkan bahwa kepuasan masyarakat terhadap Syafrudin sebesar 52.7 persen responden yang mengaku puas dengan kinerja Walikota Serang.

    “Sedangkan 28.5 persen responden ragu-ragu menilai kinerja Walikota Serang dan sebesar 18.8 persen responden menyatakan tidak puas dengan kinerja Walikota Serang,” jelasnya.

    Kendati kepuasan responden terhadap kinerja Syafrudin cukup tinggi, namun untuk kepuasan terhadap program 100 hari kerja Syafrudin masih di bawah 50 persen. Padahal, harapan atas program 100 hari kerja terbilang tinggi.

    “Tiga program 100 hari kerja yang ditawarkan oleh Syafrudin dan Subadri memiliki tingkat harapan sebesar 80.6 persen dari responden. Akan tetapi, pada tingkat kepuasan pelaksanaan program 100 hari kerja tersebut hanya mencapai angka 23.6 persen, atau mengalami gap sebesar 57 persen,” terangnya.

    Sama halnya dengan kepuasan pembangunan, hanya mendapatkan penilaian dari responden sebesar 36.7 persen. Adapun penilaian pembangunan terendah yaitu pada kepuasan pembangunan ramah disabilitas yang hanya sebesar 26.8 persen.

    “Sedangkan kepuasan tertinggi didapat dari keamanan di Kota Serang yang dianggap sudah baik sehingga mendapat nilai 47 persen,” ujarnya.

    Kepala bidang penelitian dan pengembangan PWKS, Panji Bahari, menuturkan bahwa responden dalam risey tersebut didominasi oleh laki-laki dengan persentase sebanyak 55.9 persen.

    “Adapun untuk domisili, sebaran responden berasal dari seluruh kecamatan, dengan jumlah responden terbanyak berasal dari Kecamatan Serang dengan persentase sebanyak 24.7 persen,” tandasnya. (DZH)

  • Diamputasi Karena Kanker Tulang, Pemuda Taktakan Ini Butuh Kaki Palsu

    Diamputasi Karena Kanker Tulang, Pemuda Taktakan Ini Butuh Kaki Palsu

    SERANG, BANPOS – Remaja berusia 18 tahun warga Kampung Cilowong Cigengge RT 16 RW 07, Kelurahan Cibendung, Kecamatan Taktakan, Rahmat Andrian, harus kehilangan kaki sebelah kanannya akibat terkena kanker tulang sejak sembilan bulan yang lalu.

    Ia yang baru lulus SMK itu tidak bisa menggapai cita-citanya untuk bekerja demi meringankan beban keluarga yang diakui kurang mampu.

    Kanker yang diderita oleh Rahmat ini berawal saat Rahmat merasakan kaki sebelah kana dibagian lutut terasa sakit dan muncul adanya benjolan kecil. Ia pun langsung memeriksa di Puskesmas setempat.

    “Awalnya baru lulus sekolah pas bulan Mei itu katanya sakit di lutut, dikira sakit biasa, seminggu memasuki bulan puasa ada benjolan kecil. Saat diperiksa ke Puskesmas kayak ada tulang gitu,” ujar Kholidah, ibu dari Rahmat, saat ditemui di kediamannya, Sabtu (4/1).

    Setelah dibawa ke puskesmas, lanjutnya, Rahmat akhirnya dibawa ke RSDP Serang. Berdasarkan pemeriksaan dokter, benjolan yang berada di kaki Rahmat merupakan tumor ganas dan sudah stadium empat. Karena keterbatasan peralatan medis, Rahmat pun dirujuk ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.

    “Semenjak bulan Juli awal berobat ke Cipto. Kaki sebelah kanan harus diamputasi pada 8 Oktober 2019 karena tidak ada cara lain. Kalau mempertahankan kakinya, nyawa tidak tertolong sebab bisa menjalar ke seluruh tubuh,” katanya.

    Kholidah yang sehari-hari bekerja sebagai buruh serabutan dan suaminya yang hanya bekerja sebagai Satpam, kini harus banting tulang untuk merawat anak pertamanya yang menderita kanker tulang.

    “Awalnya sih gak pakai BPJS karena tidak punya, akhirnya daftar BPJS. Tapi kami tetap harus mencari uang lagi buat biaya transportasi bolak-balik ke Jakarta untuk perawatan berjalan,” ucapnya.

    Hingga saat ini, Rahmat masih melakukan rawat jalan. Karena menurut keterangan dokter, kanker yang dialami oleh putranya tersebut sudah menjalar hingga paru-paru.

    “Kalau sekarang perawatan jalan karena ada penyebaran, kata dokter udah nyebar ke paru-paru. Sekarang udah jalanin kemo ke tiga, jadi tinggal evaluasi untuk jadwal kemo ke empat,” jelasnya.

    Kholidah mengaku sudah meminta bantuan kepada Dinsos Kota Serang untuk meminta kaki palsu, namun hingga saat ini belum juga terealisasi.

    “Pernah ngajuin ke Dinsos Kota Serang buat minta kaki palsu, tapi sampai sekarang belum terealisasi karena katanya belum ada. Kalau akhir tahun penutupan,” katanya.

    Ia pun berharap kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Serang agar dapat memperhatikan keluarganya yang terkena musibah tersebut.

    “Harapan sih ke Pemkot Serang biar bisa ngebantu. Udah gitu aja,” ucapnya.

    Hingga saat ini, bantuan yang didapatkan hanya berasal dari iuran pemuda setempat. Hal ini berdasarkan pengakuan Muhammad Prasetyo, salah satu pemuda setempat juga pernah melakukan iuran sebagai bentuk gotong royong, agar meringankan beban keluarga yang dialaminya saat ini.

    “Kami juga dari pemuda sempat iuran buat meringankan beban keluarganya. Saya sih berharap agar ada perhatian serius dari Pemkot Serang terhadap warga sini juga,” tandasnya. (DZH)