Kategori: COVID-19

  • Vaksinasi Dosis 2, Pemkab Targetkan April Capai 70 Persen

    Vaksinasi Dosis 2, Pemkab Targetkan April Capai 70 Persen

    SERANG, BANPOS – Pada bulan April mendatang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang menargetkan vaksinasi dosis kedua mencapai angka 70 persen. Dalam data yang dimiliki oleh Pemkab Serang pertanggal 12 Maret 2022, berdasarkan KTP tercatat sekitar 818.555 jiwa atau 64,98 persen warga Kabupaten Serang yang sudah melakukan vaksinasi dosis kedua.

    Wakil Bupati Serang, Pandji Tirtayasa, mengatakan bahwa persentase vaksinasi dosis kedua di Kabupaten Serang belum mencapai angka 70 persen.

    “Dosis dua kita sudah 64 persen, jadi kita masih kekurangan kurang 18 persen kalau berdasarkan KTP Kabupaten Serang,” tuturnya.

    Pandji pun menargetkan Pemkab Serang akan mencapai angka 70 persen dalam waktu dekat.

    “Kita (Kabupaten Serang) belum mencapai 70 persen untuk vaksinasi dosis dua, Insya Allah dalam bulan-bulan ini bisa mengejar untuk dosis dua 70 persen,” ujarnya.

    Hal ini disampaikan oleh Pandji usai mengikuti Rapat Koordinasi PPKM virtual yang dipimpin Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan di Pendopo Bupati Serang pada Minggu (13/3).

    Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada 12 Maret 2022 sebanyak 1.113.533 jiwa atau 88,39 persen telah menerima vaksin dosis pertama, dan dosis dua sebanyak 658.859 jiwa atau 52,30 persen dari target 1.259.754 jiwa.

    “Tapi kalau berdasarkan data per KTP Kabupaten Serang dosis satu mencapai 103,93 persen atau 1.309.232 jiwa, dan dosis dua kita sudah 64,98 persen atau 818.555 jiwa yang sudah di suntik vaksin,” paparnya.

    Staf Ahli Bupati Bidang Sumber Daya Manusia, Rahmat Fitriadi, mengimbau kepada masyarakat agar mau untuk melakukan vaksinasi.

    “Vaksin sangat bermanfaat untuk kekuatan tubuh kita,” tandasnya.
    (MG-03/AZM)

  • Pemkab Targetkan April Ini Vaksinasi Dosis 2 Capai 70 Persen

    Pemkab Targetkan April Ini Vaksinasi Dosis 2 Capai 70 Persen

    SERANG, BANPOS – Pada bulan April mendatang, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Serang menargetkan vaksinasi dosis kedua mencapai angka 70 persen. Dalam data yang dimiliki oleh Pemkab Serang pertanggal 12 Maret 2022, berdasarkan KTP tercatat sekitar 818.555 jiwa atau 64,98 persen warga Kabupaten Serang yang sudah melakukan vaksinasi dosis kedua.

    Wakil Bupati Serang, Pandji Tirtayasa, mengatakan bahwa persentase vaksinasi dosis kedua di Kabupaten Serang belum mencapai angka 70 persen.

    “Dosis dua kita sudah 64 persen, jadi kita masih kekurangan kurang 18 persen kalau berdasarkan KTP Kabupaten Serang,” tuturnya.

    Pandji pun menargetkan Pemkab Serang akan mencapai angka 70 persen dalam waktu dekat.

    “Kita (Kabupaten Serang) belum mencapai 70 persen untuk vaksinasi dosis dua, Insya Allah dalam bulan-bulan ini bisa mengejar untuk dosis dua 70 persen,” ujarnya.

    Hal ini disampaikan oleh Pandji usai mengikuti Rapat Koordinasi PPKM virtual yang dipimpin Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan di Pendopo Bupati Serang pada Minggu (13/3).

    Berdasarkan data Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) pada 12 Maret 2022 sebanyak 1.113.533 jiwa atau 88,39 persen telah menerima vaksin dosis pertama, dan dosis dua sebanyak 658.859 jiwa atau 52,30 persen dari target 1.259.754 jiwa.

    “Tapi kalau berdasarkan data per KTP Kabupaten Serang dosis satu mencapai 103,93 persen atau 1.309.232 jiwa, dan dosis dua kita sudah 64,98 persen atau 818.555 jiwa yang sudah di suntik vaksin,” paparnya.

    Staf Ahli Bupati Bidang Sumber Daya Manusia, Rahmat Fitriadi, mengimbau kepada masyarakat agar mau untuk melakukan vaksinasi.

    “Vaksin sangat bermanfaat untuk kekuatan tubuh kita,” tandasnya.

    (MG-03/AZM)

  • Ngobrol Virtual Dengan Panglima Tentara Australia, Jenderal Andika Bahas Dua Hal Ini

    Ngobrol Virtual Dengan Panglima Tentara Australia, Jenderal Andika Bahas Dua Hal Ini

    Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa melakukan video conference dengan Australian Defence Force’s Chief (Panglima Tentara Nasional Australia) General Angus Campbell.

    Dikutip dari akun YouTube milik Jenderal TNI Andika Perkasa, Senin (13/3), pertemuan secara virtual ini menjadi ruang diskusi terkait penanganan lonjakan kasus Covid-19 di kedua negara.

    Campbell yang duluan bercerita. Dia menjelaskan, Tentara Nasional Australia sangat ketat dalam menerapkan protokol kesehatan.

    “Kami juga menerapkan penggunaan masker dan jaga jarak di kantor kami. Bahkan, pegawai kami separuh bekerja dari kantor dan separuhnya lagi bekerja dari rumah,” tutur Campbell, membuka obrolan.

    Kemudian, dia menanyakan kondisi pandemi di Indonesia. “Lalu bagaimana yang terjadi di Indonesia?” tanya Campbell kepada Andika.

    Dengan santai, Andika menjawab, saat ini lonjakan penularan di Tanah Air sedang tinggi-tingginya. Kasus konfirmasi positif terbanyak di Indonesia terdeteksi berada di Pulau Jawa, khususnya Jakarta.

    “Saya berpikir kasus Covid, dalam hal ini Omicron di Indonesia, mulai beranjak naik. Pulau Jawa memiliki kasus konfirmasi terbanyak,” jawab Andika.

    Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) itu mengungkapkan, salah satu upaya yang dilakukan Indonesia untuk menekan kasus adalah dengan menggenjot vaksinasi.

    “Jakarta saat ini menjadi kasus yang terbanyak. Dan yang kami lakukan adalah bagaimana untuk terus menggencarkan jumlah vaksinasi,” paparnya.

    Selain soal penanganan Covid-19, pertemuan secara virtual ini juga banyak membahas kerjasama di bidang militer antara kedua negara. Terutama latihan, bersama yang akan digelar di tahun ini.

    “Ketika kita bertemu mungkin kita dapat berdiskusi terkait latihan bersama dengan negara lain, seperti Malaysia. Saya kira Singapura juga bisa. Jadi, ketika kita bisa mengajak negara lain itu akan lebih menyenangkan bagi saya,” beber suami Hetty Andika Perkasa itu.

    Campbell menyambut positif usulan Andika. “Jika itu dirasa baik, kami akan selalu terbuka dengan penambahan peserta dari negara lain,” imbuh dia, yang direspon acungan jempol oleh Andika. [UMM]

  • Kasus Harian Sudah Turun Ke 11.585, Vaksinasi Lengkap & Booster Jadi PR

    Kasus Harian Sudah Turun Ke 11.585, Vaksinasi Lengkap & Booster Jadi PR

    Kasus konfirmasi harian Covid-19 terus mengalami tren penurunan, hingga menyentuh angka 11.585 pada Minggu (13/3). Sehari sebelumnya, kasus harian berjumlah 14.900.

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat, hingga kemarin, kasus Covid-19 di 30 provinsi sudah mengalami penurunan. Namun, masih ada 4 provinsi yang melaporkan kenaikan kasus. Yakni Aceh, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Nusa Tenggara Timur.

    Tren penurunan kasus harian ini telah mendorong penurunan angka keterisian tempat tidur dan isolasi Covid-19 di rumah sakit, hingga 22 persen pada Minggu (13/3) dan 23 persen pada Sabtu (12/3).

    Per Minggu (13/3), angka kesembuhan secara nasional tercatat di angka 25.854.

    Secara konsisten, angka kematian juga mulai turun dari semula 401 pada Selasa (8/3) menjadi 215 pada Minggu (13/3).

    Sementara angka kematian absolut turun 1,98 persen dalam 7 hari belakangan, dibanding minggu sebelumnya.

    “Tren penurunan kasus harian dan kematian, serta naiknya angka kesembuhan secara konsisten terus terjadi di sebagian besar provinsi di Indonesia. Ini berita baik untuk penanganan pandemi Covid-19. Ini adalah indikator penting untuk mengendalikan pandemi. Secara nasional, menunjukkan progres yang sangat baik,” ujar dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid., Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes.

    Meski begitu, masih ada beberapa catatan yang perlu dikejar. Terutama, cakupan vaksinasi Covid-19 secara lengkap dan vaksinasi booster untuk segera membentuk kekebalan kelompok.

    “Untuk mencegah risiko terburuk dari infeksi Covid-19, faktor berikutnya yang harus dikejar dengan cepat adalah pemenuhan vaksinasi lengkap dan booster secara nasional. Apabila angka vaksinasi lengkap dan booster dengan cepat kita penuhi, persiapan menuju epidemi juga akan semakin cepat,” terang dr. Nadia.

    Terbukti dari data Kemenkes, vaksinasi lengkap dan booster sangat mampu mengurangi risiko dirawat dan kematian akibat Covid-19, dibanding pada orang yang tidak divaksinasi atau vaksinasinya belum lengkap.

    Sebanyak 70 persen dari 8.230 pasien meninggal yang sudah diaudit Kemenkes, ternyata belum menerima vaksinasi lengkap.

    Kondisi ini dapat semakin parah, apabila infeksi Covid-19 terjadi pada lansia. Fatalitasnya mencapai 56 persen.

    Audit Kemenkes juga menyebutkan, pasien komorbid yang menjadi korban meninggal mencapai 51 persen.

    Laju vaksinasi per Minggu (13/3), mencatat penambahan cukup baik.

    Cakupan vaksinasi dosis 1 kini tembus 193.427.015 (92,88 persen). Sementara vaksinasi dosis 2 mencapai 151.412.614 (72,70 persen). Sedangkan booster, baru 14.610.790 (7,02 persen).

    Laju vaksinasi secara total tercatat 1.101.260 dosis per hari. [HES]

  • Syarat Biar Lebaran Pada Bisa Mudik Nih

    Syarat Biar Lebaran Pada Bisa Mudik Nih

    Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 menyatakan, pelonggaran aktivitas publik saat ini masih dalam tahap uji coba. Angka kasus, sangat menentukan.

    Kalau kasus kembali meledak, kemungkinan besar Lebaran tahun ini bakal diberlakukan pembatasan. Karena itu, kuncinya ada pada kepatuhan terhadap protokol kesehatan (prokes).

    Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Penanganan Covid-19, Alexander Kaliaga Ginting mengatakan, jika kasus Covid-19 mengalami lonjakan, maka Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) akan dinaikkan levelnya.

    Nah, meningkat atau tidaknya kasus tergantung bagaimana kesadaran masyarakat dalam mewaspadai Covid-19 di tengah uji coba pelonggaran ini.

    Sepanjang masyarakat bisa bersikap bijak di tengah pelonggaran ini, maka lonjakan bisa terkendali. PPKM pun bisa berada di level paling rendah.

    “Sekarang tinggal kewaspadaan kita terhadap prokes dan kemudian kesadaran saat bergejala, atau komorbid yang tidak terkontrol, jangan dulu keluar rumah,” kata Alex dalam diskusi virtual yang digelar MNC Trijaya FM, kemarin.

    Dia meminta masyarakat untuk menjalankan prokes sebaik-baiknya. Terutama, penggunaan masker tiga lapis. Dengan begitu, pada bulan Ramadhan kasus bisa terkendali. “Sepanjang kasus bisa ditekan, maka Ramadhan dan Lebaran bisa berjalan dengan kondusif,” ungkapnya.

    Dokter spesialis penyakit dalam ini menegaskan, tidak ada yang bisa menjamin kasus akan makin turun atau naik dalam beberapa waktu ke depan. Pemerintah sendiri, akan melakukan evaluasi pada akhir Maret. Jika kasus harian dan jumlah kematian cenderung menurun, hal ini memberikan gambaran yang lebih baik.

    Namun sebaliknya, jika penularan Covid-19 semakin masif dan angka kematian makin naik, maka kondisi ini akan menuai masalah. Bukan tidak mungkin akan terjadi pembatasan mobilitas. Aktivitas mudik saat Lebaran, bisa kembali diperketat. “Karena itu, menekan kasus ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama,” ingat Alex.

    Meski demikian dia optimis, pada Lebaran tahun ini pandemi bisa terkendali. Situasi ini sudah berbeda dengan tahun 2020 dan tahun 2021 lantaran saat ini capaian vaksinasi Indonesia sudah tinggi.

    Tapi, Alex kembali mengingatkan, Indonesia masih dalam situasi pandemi. Belum memasuki masa transisi menuju endemi. “Jadi bertahap. Ini bisa downgrade bisa juga di-upgrade,” imbuhnya.

    Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Lebaran 2022 bisa saja berbeda dengan tahun sebelumnya.

    “Lebaran tahun ini bisa kita hadapi dengan berbeda, dibandingkan Lebaran sebelumnya. Dengan syarat, harus dilakukan percepatan vaksinasi dosis kedua,” kata Budi.

    Tahun lalu, Lebaran diwarnai pengetatan dan larangan mudik bagi masyarakat. Larangan mudik mulai diterapkan pada 6-17 Mei 2021 untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Tanah Air. [JAR]

  • Anak Obesitas Mending Nggak Usah Ikutan PTM

    Anak Obesitas Mending Nggak Usah Ikutan PTM

    Covid-19 tak hanya berbahaya bagi orang dewasa yang mengalami obesitas (kelebihan berat badan). Anak yang obesitas, juga rentan mengalami keparahan jika terpapar virus Corona.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tidak merekomendasikan anak yang mengalami kelebihan berat badan ikut Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah. Terutama di wilayah yang kasus Covid-19 masih tinggi.

    Ketua IDAI, Piprim Basarah Yanuarso menjelaskan, anak yang mengalami obesitas rawan mengalami gejala sedang dan berat ketika terinfeksi Covid-19. Tak hanya itu, mereka juga berpotensi mengembangkan diabetes.

    “Kalau sampai anak obesitas terkena Covid-19, dia bisa kena long Covid dan risiko diabetes bisa meningkat. Makanya IDAI tidak merekomendasikan anak obesitas ikut masuk sekolah PTM,” papar Piprim dalam webinar Satgas Covid-19 bertajuk, Update Covid Pada Anak: Sekolah Aman, Anak Sehat, Orang Tua Bahagia, kemarin.

    Karena itu, pencegahan dari infeksi Covid-19 sangat penting bagi anak obesitas. Dia menyarankan orangtua untuk membiasakan anak menerapkan gaya hidup sehat. “Bapak ibu harus coba mencontohkan rajin olahraga. Biasakan minimal 50 menit atau satu jam untuk berolahraga,” beber Piprim.

    Selain itu, biasakan anak mengonsumsi makanan sehat. Kurangi dan batasi betul junk food. Sebab, makanan itu sudah terbukti membuat anak-anak menjadi obesitas. Piprim menilai, seorang anak yang mengalami obesitas merupakan kesalahan orangtuanya.

    “Dalam Islam ada hadis mengatakan, bahwa setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Jadi orang tuanyalah yang bikin anak itu bisa terkena obesitas,” ingatnya.

    Sebelumnya, Ketua Satgas Covid-19 IDAI, Yogi Prawira menyarankan orangtua dan pihak sekolah untuk memonitor setiap kegiatan anak. Hal tersebut dapat dilakukan dengan kerja sama dari setiap pihak, untuk menentukan berapa lama aktivitas anak saat melakukan kegiatan fisik maupun tidur. Sekalipun anak melakukan sekolah daring, orang tua harus mengajarkan hidup sehat. [JAR]

  • Jelang Ramadhan, Kapolri Kejar Target Akselerasi Vaksinasi Booster

    Jelang Ramadhan, Kapolri Kejar Target Akselerasi Vaksinasi Booster

    meninjau pelaksanaan percepatan akselerasi vaksinasi serentak di 5.214 titik 34 provinsi Indonesia. Sigit menghadiri secara langsung kegiatan tersebut di Sleman City Hall, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

    Dalam kesempatan itu, Sigit menginstruksikan seluruh wilayah di Indonesia harus memperkuat akselerasi vaksinasi dosis ketiga atau booster menjelang bulan Ramadhan. Upaya itu disebutnya sebagai kunci untuk mencegah terjadinya peningkatan laju pertumbuhan Covid-19.

    “Sebentar lagi kita masuk bulan Ramadhan. Kita harus pastikan masyarakat betul-betul sudah melaksanakan vaksinasi dengan baik. Harapan kita dalam kurun waktu yang ada dosis ketiga betul-betul bisa dioptimalkan. Karena ini menjadi kunci juga,” tegas Sigit, Jumat (11/3).

    Dengan mengoptimalkan akselerasi vaksinasi, baik dosis 1, 2, hingga 3, maka kekebalan ataupun imunitas masyarakat akan meningkat terhadap segala jenis varian Covid-19 yang ada.

    Demi mencapai dan melampaui target yang ada, Sigit menyebut, diperlukan sinergitas dan kerjasama seluruh pihak. Dengan begitu, aktivitas masyarakat dapat berjalan aman dan roda perekonomian juga akan terus semakin membaik.

    “Dan ini perlu kerjasama kita semua untuk bisa mencapai hal tersebut dengan melaksanakan optimalisasi atau akselerasi melengkapi vaksinasi dari masyarakat. Agar kekebalan atau imunitas mencapai angka yang kita harapkan,” tutur eks Kapolda Banten itu.

    Adanya jaminan kelengkapan vaksinasi bagi masyarakat, menurut Sigit, juga menjadi bagian pe Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Di antaranya progres vaksinasi, tingkat kematian, serta pengendalian kasus Covid-19. “Tentunya kita sudah harus siap untuk itu,” imbau Sigit.

    Jika semua elemen bergandengan tangan mengejar target itu, Sigit optimis dan yakin, strategi untuk mengubah pandemi menjadi endemi akan segera terlaksana.

    persiapan dari strategi pemerintah untuk mengubah pandemi Covid-19 menjadi endemi

    “Kita bisa memiliki optimisme. Tentunya dengan protokol kesehatan yang kuat, yang selalu kita ingatkan pakai masker, gunakan disinfektan, biasakan dan jadikan disiplin dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari,” tuturnya.

    Sigit mengapresiasi Forkopimda DIY yang telah bekerja keras melakukan akselerasi vaksinasi. Dari data yang diterimanya, mantan Kabareskrim Polri itu menyampaikan, vaksinasi dosis 1 di DIY telah mencapai 100 persen. Sedangkan, dosis 2, sudah mencapai lebih dari 97 persen. Saat ini, DIY sedang mengejar target untuk vaksinasi booster.

    “Saya berikan apresiasi. Harapan kita karena memang Yogyakarta menjadi salah satu wilayah kunjungan wisata, kunjungan mudik dan juga ada event internasional, Presidensi yang dilaksanakan di sini,” bebernya.

    Sigit menyebut, capaian tersebut bisa meyakinkan dunia bahwa seluruh rangkaian kegiatan dapat berjalan baik.

    “Semua masyarakat terjaga dari varian baru Omicron. Karena rata-rata semuanya sudah melaksanakan vaksin secara lengkap. Tentunya akan mempengaruhi dan berdampak pada kondisi pertumbuhan ekonomi yang ada di wilayah Yogyakarta,” papar Sigit.

    Selain meninjau vaksinasi, Sigit juga memberikan pengarahan kepada seluruh wilayah untuk terus melakukan akselerasi vaksinasi serta mengoptimalkan penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19 secara virtual. [OKT].

  • Pandemi, PHEIC dan Bagaimana Akhir Pandemi

    Pandemi, PHEIC dan Bagaimana Akhir Pandemi

    Hari ini, 11 Maret 2022, tepat dua tahun yang lalu Covid-19 diumumkan sebagai pandemi oleh Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

    Penyakit yang awalnya hanya ada di Wuhan, China dengan 118 ribu kasus, kini jumlahya telah mencapai lebih dari 450 juta kasus.

    Sementara kasus kematian, yang awalnya hanya berjumlah 4.291, kini telah melampaui angka 6 juta.

    Seiring 2 tahun usia pandemi Covid, belakangan muncul wacana menuju endemi yang digaungkan beberapa negara.

    Terkait hal ini, mantan Direktur WHO Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama mengajak kita menyimak kembali pengertian pandemi.

    “Pan artinya semua, atau setidaknya banyak. Jadi, pandemi Covid-19 artinya ada epidemi di banyak sekali negara di dunia,” ujar Prof. Tjandra dalam keterangannya, Jumat (11/3).

    “Karena menyangkut situasi di banyak negara, lanjutnya, maka yang berhak menyatakan pandemi adalah badan dunia, dalam hal ini WHO. Tidak mungkin satu dua atau beberapa negara saja,” tegasnya.

    Sebelum status pandemi Covid-19 diumumkan oleh Dirjen WHO Dr Tedros pada 11 Maret 2020, WHO melalui Dirjen Dr Margaret Chan juga pernah menyatakan status pandemi untuk H1N1 pada 11 Juni 2009.

    “Seperti pada saat memulai, pernyataan pandemi selesai juga akan dinyatakan oleh Dirjen WHO,” kata Prof. Tjandra.

    Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI itu pun mencontohkan saat Dirjen WHO Margaret Chan meKala itu, istilah yang digunakan untuk menyatakan pandemi selesai adalah dunia memasuki periode pasca pandemi (post pandemic period). Bukan mengatakan dunia sudah endemi.

    “Nanti, kalau pandemi Covid-19 sudah usai, maka akan ada lagi pernyataan resmi dari Direktur Jenderal WHO sesuai keadaan dunia ketika itu, yang kita belum tahu kapan akan terjadi. Kita juga belum tahu, istilah apa yang akan digunakan nanti. Apakah pandemi Covid-19 sudah selesai, Covid-19 sudah menjadi endemi, atau mungkin juga dunia memasuki periode pasca pandemi Covid-19,” terang Prof. Tjandra.

    PHEIC

    Prof. Tjandra memaparkan, sebelum pandemi, Dirjen WHO mengumumkan jenis penyakit dalam status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

    “Waktu masih bertugas di Kementerian Kesehatan, saya menerjemahkannya sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD),” ucap Prof. Tjandra.

    nyatakKala itu, istilah yang digunakan untuk menyatakan pandemi selesai adalah dunia memasuki periode pasca pandemi (post pandemic period). Bukan mengatakan dunia sudah endemi.

    “Nanti, kalau pandemi Covid-19 sudah usai, maka akan ada lagi pernyataan resmi dari Direktur Jenderal WHO sesuai keadaan dunia ketika itu, yang kita belum tahu kapan akan terjadi. Kita juga belum tahu, istilah apa yang akan digunakan nanti. Apakah pandemi Covid-19 sudah selesai, Covid-19 sudah menjadi endemi, atau mungkin juga dunia memasuki periode pasca pandemi Covid-19,” terang Prof. Tjandra.

    PHEIC

    Prof. Tjandra memaparkan, sebelum pandemi, Dirjen WHO mengumumkan jenis penyakit dalam status Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).

    “Waktu masih bertugas di Kementerian Kesehatan, saya menerjemahkannya sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMD),” ucap Prof. Tjandra.

    an dunia sudah memasuki masa pasca pandemi H1N1-2009 pada 10 Agustus 2010.

  • Pemerintah Bakal Libatkan Media Dan Masyarakat

    Pemerintah Bakal Libatkan Media Dan Masyarakat

    Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 memastikan, Indonesia bakal mengubah status pandemi menjadi endemi.

    Hal itu disampaikan Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisasmito dalam diskusi bersama para jurnalis di Jakarta yang bekerja untuk pemberitaan internasional, Jakarta Foreign Correspondents Club (JFCC).

    Dalam gelaran ini, Wiku membeberkan perkembangan kasus Covid-19 di Tanah Air. Termasuk, rencana Indonesia memasuki masa endemi, yang saat ini masih dalam tahap uji coba.

    Untuk mengubah pandemi yang berdampak pada banyak negara, diperlukan perbaikan kondisi kasus secara global,” jelas Wiku, kemarin.

    Indonesia, masih terus berupaya menekan kasus serendah mungkin. Juga, angka kematian. Sebab, ini adalah salah satu syarat untuk menuju endemi.

    Karena itu, diingatkan Wiku, diperlukan komitmen dan kesadaran yang besar bagi masing-masing individu. Yakni, dengan menjalankan disiplin protokol kesehatan (prokes) sebaik mungkin. Serta, mensukseskan program vaksin.

    “Kita perlu menekan jumlah penduduk rentan dengan vaksinasi. Juga mengendalikan potensi penularan di masyarakat secara bersama-sama,” terangnya.

    Saat ini, gelombang ketiga akibat Omicron kasus Covid-19 berangsur menurun. Jumlah kasus aktif di Indonesia pekan terakhir turun sebesar 97 ribu kasus.

    Penurunan kasus positif ini juga dibarengi dengan penurunan angka keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 nasional selama 10 hari terakhir. Yakni dari 38,79 persen menjadi 28,2 persen.

    Pemerintah memang sudah mengeluarkan kebijakan pelonggaran. Nah, kebijakan itu harusnya mendorong kesiapan masyarakat untuk lebih waspada dan bertanggung jawab secara individu.

    “Saya ingin mengingatkan, perubahan kebijakan tidak boleh membuat kita berpuas diri,” tegas Wiku.

    Selain itu, Indonesia melanjutkan upaya pemulihan sektor lainnya, seperti pendidikan, ekonomi, pariwisata dan lain-lain.

    Merujuk temuan dari World Bank tahun lalu, guncangan pada sektor ekonomi di berbagai negara merupakan dampak dari kebijakan pembatasan kegiatan masyarakat maupun perilaku masyarakat.

    Keduanya mampu berdampak pada penurunan intensitas perilaku ekonomi, baik karena adanya pembatasan ruang gerak maupun karena penurunan produktivitas akibat munculnya kasus maupun kematian baru,” ungkapnya.

    Dalam diskusi yang sama, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengingatkan, pandemi Covid-19 belum berakhir. Saat ini, baru masa transisi menuju endemi.

    “Pemerintah terus melibatkan masyarakat, media dan semua pemangku kepentingan untuk menuju endemi. Sekarang pandemi belum berakhir,” tegas Sandi.

    Fokus utama Pemerintah adalah mengendalikan kasus Covid-19, sampai mencapai standar yang disyaratkan dunia.

    Ditegaskan Sandi, pelonggaran seperti bebas karantina bagi Pelaku Perjalanan Luar Negeri (PPLN), perjalanan domestik tanpa tes Covid-19, pencopotan tanda jaga jarak di transportasi umum, dan sebagainya memang sudah bisa dilakukan. Namun, penggunaan masker dan vaksinasi tetap diwajibkan.

    “Perlu terus diingatkan, ketika kasus meningkat akibat varian baru, maka harus meninjau kembali kebijakan ini dan melakukan penyesuaian,” ingat mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini. [JAR]

  • Innalillahi, Varian Omicron Renggut Nyawa 265 Balita

    Innalillahi, Varian Omicron Renggut Nyawa 265 Balita

    Anak harus mendapatkan perhatian dan perlindungan. Sebab, mereka termasuk dalam kelompok rentan terinfeksi Covid-19. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkapkan, sebanyak 265 balita meninggal akibat terinfeksi virus Corona varian Omicron.

    Koordinator Substansi Penyakit Infeksi Emerging Direktorat Surveilans dan Karantina Kesehatan, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Endang Budi Hastuti mengatakan, berdasarkan data per 21 Januari-6 Maret, dari 8.230 pasien meninggal terinfeksi Covid-19, sebanyak 3 persen di antaranya balita.

    “Dari usia, ternyata 3 persen atau 265 pasien berada di rentang umur 0-5 tahun. (Sebanyak) 82 persen pasien meninggal dengan usia di atas 45 tahun,” ungkap Endang, dalam acara virtual yang disiarkan Media Publik BBPK Ciloto Kemenkes, kemarin.

    Fakta lain, dari 8.230 pasien Covid-19 yang meninggal selama gelombang Omicron di Indonesia, 51 persen di antaranya dilaporkan memiliki komorbid alias penyakit penyerta.

    Dari jumlah itu, 56 persen di antaranya kelompok lanjut usia alias lansia. Sementara 49 persen lainnya tanpa komorbid.

    Penyakit komorbid yang mendominasi kematian pada pasien Covid-19 adalah diabetes melitus.

    Selain itu, 16 persen pasien yang meninggal akibat komorbid tercatat memiliki riwayat komorbid lebih dari satu jenis penyakit.

    Berdasarkan data itu juga, pasien Covid-19 yang meninggal 30 persen di antaranya sudah menerima vaksin primer lengkap dosis 1 dan 2. Sedangkan 70 persen lainnya baru menerima vaksin 1 dosis, atau bahkan belum divaksinasi sama sekali.

    “Jadi, vaksinasi sangat penting untuk mencegah keparahan bahkan meninggal. Dan dari 8.230 pasien meninggal, rata-rata terinfeksi 5,9 bulan dari vaksinasi kedua,” bebernya.

    Endang pun meminta masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi segera mendatangi Terpisah, Dokter spesialis anak konsultan penyakit infeksi dan pediatri tropis Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari memberikan beberapa tanda bahaya saat anak terkena Covid-19.

    Menurut Hindra, meski gejala Covid-19 pada anak seringkali ringan, namun ada tanda bahwa anak memerlukan perawatan darurat.

    Tanda-tanda itu, antara lain kuduk kaku, ruam, silau, kejang, lengan dan kaki dingin, pucat atau kebiruan, menangis yang tidak tidak seperti biasa, hingga penurunan kesadaran.

    “Tanda bahaya juga termasuk sesak, tidak mau menyusui, tidak bereaksi karena otaknya kena, tidak mau makan dan minum, dan tidak mau beraktivitas seperti biasa,” kata Hindra, dalam diskusi daring, kemarin.

    Hindra juga mengingatkan adanya Multisystem Inflammatory Syndrome in Children (MIS-C) yang bisa menjangkiti anak dengan riwayat pernah terinfeksi atau melakukan kontak dengan penderita Covid-19.

    Menurutnya, MIS-C merupakan kondisi saat berbagai organ tubuh seperti jantung, paru-paru, otak, ginjal, kulit, mata, dan saluran cerna, mengalami peradangan. MIS-C bisa bersifat serius hingga mengakibatkan kematian.

    “Namun, sebagian besar dapat sembuh dengan pengobatan,” terang Ketua Komite Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) itu.

    MIS-C ditandai dengan demam berkepanjangan ditambah satu atau lebih dari gejala. Misalnya, nyeri lambung, mata kemerahan, diare, pusing, ruam dan muntah. Gejala tersebut dapat berbeda pada tiap anak.

    Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, anak-anak yang memiliki komorbid harus dilindungi dari penularan Covid-19.

    Sebab, Covid-19 bisa membuat kondisi anak yang memiliki komorbid semakin memburuk, bahkan meninggal dunia. [DIR]