SEJAK Dilantik menjadi Kepala Desa Bayah Timur, Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, pada 3 November 2021 lalu, Rafik Rahmat Taufik terus ‘menggeber’ program unggulan serta program yang telah dijanjikannya saat kampanye. Bahkan, di tahun pertamanya menjabat sebagai kades, Rafik telah menggelontorkan anggaran tak kurang dari Rp11 miliar yang berasal dari berbagai sumber. Baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, BUMN maupun swasta.
“Yang pertama, dari awal saya ingin membereskan PR (pekerjaan rumah, red) infrastruktur. Karena targetnya PR infrastruktur tiga tahun selesai. Ada saluran irigasi ke persawahan, jalan poros desa yang masih rusak, bendungan-bendungan untuk sawah,” ungkap Rafik dalam bincang santai bersama BANPOS.
Sehingga kata Rafik, nantinya dana desa bisa dialokasikan ke sektor lain, BUMDes, pengembangan UMKM, penggalian potensi pariwisata, kepemudaan, termasuk alokasi dana desa untuk bantuan pendidikan. “Nah itu rencana di tahun ke empat, jika dana desa sudah setle,” kata Rafik.
Menurut Rafik, menjadi kepala desa itu unik dan menarik dan penuh tantangan, kenapa menarik? Kades itu ujung tombak tentunya ujung tombok. Karena Semua persoalan di desa baik persoalan umum atau pribadi, ketika sudah tidak ada solusi. Maka kades yang harus menyelesaikan dan bertanggung jawab.
“Kades memiliki tanggung jawab berat, semua ilmu yang ada di dunia ini harus dipahami oleh kepala desa, mendamaikan persoalan, ilmu pemerintahan , manajerialnya, ilmu lobinya. Apalagi yang paling sering itu menyelesaikan proses hukum dan mendamaikan masyarakat di bawah jika ada gejolak,” papar Rafik.
Kita perlu juga bersyukur, ketika pemerintah pusat mulai respek kepada kepala desa. Karena memang banyak hal yang harus diperhatikan oleh desa. Semua persoialan ada di desa, kades dituntut menyelesaikan.
Ketika ditanya apakah menyesal telah menjadi kepala desa, Rafik menjawab dengan pasti jika tidak ada penyesalan menjadi kades. Meski demikian, masih manusiawi jika pernah berada di titik lelah jenuh. Akan tetapi jika bicara pengabdian, kades bukan hanya profesi tapi sebagai tanggung jawab. Meski demikian, segala tanggung jawabnya harus dinikmati, jika tidak maka akan stres. Dengan gaji yang tidak seberapa, tapi beebannya luar biasa.
“Makanya ketika pertama kali dilantik , saya ingin menunjukan ke seluruh masyarakat, khususnya dio bayah timur. Bahwa ketika ingin menjadi kades, yang telah menyampaikan visi-misi , tentunya janji kampanye yang harus ditepati dengan melaksanakan apa yang saya janjikan,” tambah Rafik.
Disisi lain, ia juga telah tancap gas merealisasikan janji politik pribadinya. Diantaranya, memberikan santunan kepada warga yang meninggal dunia sebesar Rp500 ribu, membayarkan rekening listrik untuk mushola dan masjid, serta mensubsidi pajak bumi dan bangunan kepada orang yang kurang mampu.
“Nah, untuk 3 program sosial ini tidak boleh di danai dari APBDES. Kemudian saya keluarkan dari anggaran atau dana pribadi,” katanya lagi.
Adapun sisi pelayanan ia kembalikan aturan yang ada di desa dengan aturan yang sebenar-benarnya. Diantaranya tidak ada pungli apapun atas pelayanan masyarakat. “Mungkin masih ada di desa lain, misalnya ngurus KTP, SKU, KK. Suka ada uang rokok. Pasca saya menjabat dari awal langsung tekankan satu rupiahpun tidak boleh mengambil pungutan, kalau pun ada yang ngasih maka ditolak,” ujarnya. (Azmart Tusnedi)