SERANG, BANPOS – Pengelola Bendung Sindangheula mengaku tengah memantau kondisi waduk secara intensif. Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi jika terjadi limpasan aliran air dari hilir akibat cuaca ekstrim berupa hujan deras yang menerus.
Kepala Unit Pengelola bendungan Sindangheula Vita R Fitriana, Rabu (28/12) mengatakan pihaknya saat ini tengah mengkondisikan elevasi atau ketinggian waduk penampung bendungan Sindangheula di ketinggian 50 persen. “Kita jaga di 50 persen elevasinya, yaitu di angka 98,8 meter. Itu dengan cara melakukan bukaan kran di angka tertentu sehingga elevasinya terjaga segitu,” kata Vita.
Ia menjelaskan, saat ini kondisi kapasitas waduk Bendungan Sindangheula masih tersisa 50 persen atau lebih. Diungkapkannya, dari kapasitas 9,9 juta meter kubik air yang dimiliki waduk Sindangheula, saat ini hanya terdapat 3,3 juta meter kubik saja. “Artinya kita masih mampu menampung 6,6 juta meter kubik lagi sampai full,” ungkapnya.
Berikutnya, kata dia, pihaknya juga saat ini sudah mulai mengaktifkan system piket banjir dengan menempatkan petugas untuk mengawasi elevasi air waduk secara berkala dan terjadwal secara bergantian. “Jadi kalau nanti elevasi mendekati normal di angka 102 meter saja misalnya ya kita akan keluarkan peringatan,” imbuhnya.
Meski begitu, Vita optimistis elevasi mendekati normal tersebut tidak akan terjadi karena aliran air dari hilir yaitu dari Bendung Sungai Cibanten juga dalam koordinasi dengan pihaknya. Koordinasi dimaksud adalah berupa akan dialirkannya air dari Bendungan Sindangheula secara terukur yaitu berbasis informasi aliran air dari hilir yang didapat informasinya dari Bendung Sungai Cibanten. “Artinya semuanya di bawah kontrol dan koordinasi kita,” imbuhnya.
Dengan demikian, kata Vita, pihaknya meminta masyarakat utamanya di Kota Serang yang pernah mengalami bencana banjir akibat meluapnya Bendungan Sindangheula pada tahun awal 2022 lalu untuk tidak terlalu khawatir secara berlebihan. “Tapi kalau waspada tentu saja harus. Insyaallah kita akan lakukan yang terbaik dalam menjaga kondisi air di Bendungan Sindangheula ini,” katanya.
Untuk diketahui, banjir yang merendam Kota Serang, pada awal tahun 2022 lalu dipastikan disebabkan luapan air Bendungan Sindangheula.
Banjir yang disebabkan luapan air dari Bendungan Sindangheula yang diresmikan Presiden Jokowi pada 4 Maret 2021 juga merendam kawasan Masjid Agung Banten. Hingga Rabu sore, air masih menggenangi kawasan makam Sultan Banten dan komplek Keraton Kesultanan Banten, di Kecamatan Kasemen, Kota Serang.
Sementara itu dalam siaran persnya, Pj Gubernur Banten Al Muktabar menegaskan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) selalu siaga. Termasuk antisipasi perubahan cuaca ekstrim di masa liburan akhir tahun 2022. “Saya selalu di tempat,” katanya.
Pihaknya telah menginstruksikan BPBD Provinsi Banten untuk selalu siaga. Termasuk pengecekan logistik kebencanaan hingga kesiapan dapur umum.
“Secara umum situasi masih normal meski sudah ada laporan masuk dari Kabupaten Pandeglang dan wilayah Tangerang,” ungkapnya.
“Prakiraan cuaca BMKG bersifat peringatan dini yang selalu menjadi perhatian kita,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Al Muktabar juga mengimbau masyarakat yang akan berlibur untuk arif dan bijaksana dalam memilih liburan.
“Karena ini alam, kita harus arif dan bijaksana dalam rangka memilih untuk berwisata. Kita selalu berdoa dan selalu siap serta waspada,” kata Al Muktabar.
Terpisah Kepala Pelaksana BPBD Banten Nana Suryana mengungkapkan untuk kesiapsiagaan pihaknya telah melakukan koordinasi dengan BPBD Kabupaten/Kota dan instansi terkait baik tingkat Provinsi maupun Pusat.
Setidaknya, BPBD Banten telah mengerahkan sekitar 150 personilnya untuk melakukan kesiapsiagaan ditengah kondisi seperti ini, dan pihaknya juga melakukan koordinasi dengan berbagai instansi termasuk para relawan.
“Personil dan peralatan sudah siap 24 jam, dan saat ini sudah ada di lokasi-lokasi rawan banjir Kabupaten Pandeglang. Di antaranya Kecamatan Patia, Kecamatan Sobang, Kecamatan Cisata, Kecamatan Panimbang dan Kecamatan Sukaresmi,” ujarnya.
“Peralatan yang sudah dikerahkan di Kabupaten Pandeglang 3 unit perahu karet atau fiber, 3 unit mesin tempel, peralatan penunjang lainnya, mobil dalmas dan mobil TRC,” tandasnya.
Sementara itu, akibat dihantam gelombang tinggi yang terjadi pada Jumat (23/12) lalu, enam perahu milik nelayan di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang mengalami rusak. Akibat kejadian tersebut, para nelayan tidak bisa melaut untuk mencari ikan.
Warga Kampung Makui, Desa Kalanganyar, Kecamatan Labuan, Iyat mengaku bahwa perahu miliknya mengalami rusak karena dihantam gelombang tinggi, sehingga dirinya tidak bisa melaut.
“Perahu milik saya kondisinya rusak berat dan terpotong menjadi dua akibat dihantam gelombang tinggi pada Jumat lalu, sehingga perahu tersebut tidak bisa digunakan untuk melaut,” kata Iyat.
Menurut Iyat, saat ini dirinya tidak bisa melaut karena perahunya mengalami rusak parah. Padahal perahu tersebut merupakan satu-satunya penopang untuk menafkahi keluarganya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pandeglang, Budi S Januardi mengatakan, pihaknya telah melakukan pengecekan dan meminta keterangan kepada pihak terkait.
Namun, untuk mengganti atau memperbaiki perahu nelayan, pihaknya tidak memiliki anggaran. Untuk itu, pihaknya menyarankan kepada nelayan agar berhati-hati dalam menyimpan perahunya, sebab saat ini menurut BMKG gelombang tinggi bisa terjadi sampai Januari.
“Saya juga sudah koordinasi dengan pihak provinsi, memang untuk penggantian kapal yang rusak tidak ada, termasuk jasa raharjanya. Untuk itu kami berharap nelayan juga berhati-hati menyimpan perahunya, selain juga jangan dulu melaut sebab ombak juga masih tinggi,” ujarnya.
Di tempat lainnya, Sejumlah rumah di Kota dan Kabupaten Serang mengalami kerusakan akibat intensitas hujan tinggi dan angin kencang yang melanda pada Rabu (28/12). Di Kabupaten Serang, terdapat sebanyak 15 rumah yang rusak, baik ringan, sedang maupun berat.
“Kejadian tersebut disebabkan oleh curah hujan disertai angin kencang yang mengakibatkan 15 rumah mengalami kerusakan baik Rusak Ringan maupun Rusak Berat dan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut,” tulis Pusdalops BPBD Kabupaten Serang dalam laporan tertulisnya.
Peristiwa tersebut terjadi di Kampung Kasuban RT 09 dan 10 RW 05, Desa Tonjong Kecamatan Kramatwatu. Disebutkan bahwa hujan dan angin kencang melanda wilayah Kramatwatu sejak pukul 15.00 WIB. Sekitar pukul 16.30 WIB, rumah-rumah mulai rusak akibat hujan dan angin kencang itu.
Dampak peristiwa itu, sebanyak 20 keluarga atau 105 jiwa mengalami kerusakan rumah. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut. BPBD Kabupaten Serang telah melakukan koordinasi untuk melakukan validasi data.
Terpisah, satu rumah milik Dede warga Kampung Lebak Terminal RT 006/003 Desa Malingping Selatan Kecamatan Malingping mengalami pergeseran tanah yang mengakibatkan dapur serta kamar mandi rumah itu bergeser dan longsor. Disebutkan, rumah yang dihuni oleh 2 KK berjumlah tujuh orang tersebut, sempat membuat panik penghuni pada saat kejadian.
Salah satu warga tetangga korban, Ani kepada BANPOS menyampaikan kejadian itu berawal saat turun hujan yang tiada henti semalaman, “Hujan yang tiada henti membuat tanah di bagian dapur rumah milik pak Dede sekaligus uwa saya ini, perlahan turun terbawa air hujan hingga akhirnya dapur dan kamar mandinya rusak terbawa longsor,” terangnya.
Kasi Ekbangdes Malingping Selatan, Pipin membenarkan adanya kejadian tersebut. Menurut Pipin, untuk yang kena longsoran tersebut saat ini baru bagian belakang rumah, namun tanah masih bergerak.
“Dari pantauan kami itu tanah sampai tadi siang masih terlihat bergerak. Jadi rumah dikosongkan dulu dan penghuni ngungsi di tetangga dan saudaranya,” paparnya.(WDO/PBN)