JAKARTA, BANPOS – Anggota Komisi IV DPR Hermanto prihatin Pemerintah menempuh kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang semakin menipis. Kebijakan ini akan memukul harga gabah sehingga usaha petani meningkatkan produksi menjadi sia-sia.
Hermanto bilang, petani selama ini telah bersusah payah bercocok tanam secara serius mengikuti apa yang menjadi arahan Pemerintah untuk mencapai target produksi beras. “Tapi tiba-tiba ada keputusan impor beras. Pemerintah abai dengan pembelaan terhadap petani domestik,” ujarnya, kemarin.
Politisi Fraksi PKS ini menilai, silang sengketa perbedaan data stok beras mestinya tidak menjadi alasan mengambil jalan pintas untuk mendatangkan beras dari negara lain. Pemerintah seharusnya bisa lebih kreatif dan inovatif mengembangkan sektor hulu dan hilir bidang pertanian melalui teknologi modern.
Pertanian juga mestinya punya sistem data yang integratif, konsolidatif dan validatif sehingga hanya satu data yang dimiliki Pemerintah. “Kebijakan impor beras ini jelas bertentangan dengan seruan Presiden Jokowi yang menghendaki kebutuhan beras dipenuhi dari dalam negeri,” ucap Hermanto.
Diketahui, Pemerintah membuka izin impor beras hingga 500 ribu ton lewat Perum Bulog. Realisasi impor akan bertahap, yaitu 200 ribu ton sampai akhir 2023, dan sisanya 300 ribu ton hingga sebelum panen raya atau Februari 2023.
“Hari ini Bulog mendapat tambahan cadangan beras pemerintah (CBP) 10.000 ton. Kapal impor perdana dari Vietnam yang baru tiba, 5.000 ton di Tanjung Priok dan 5.000 ton di Merak,” kata Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso saat memantau pembongkaran beras impor di Tanjung Priok, Jumat (16/12).
Budi menambahkan, beras impor akan terus bertambah karena sudah banyak kapal dari Vietnam, Thailand, Pakistan, dan Myanmar yang sudah antre sandar.
Sementara itu, Koordinator Substansi Data Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Batara Siagian menuturkan, pihaknya berupaya memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Menghadapi Hari Raya Natal dan Tahun Baru, Kementan bekerja sama dengan Koperasi Maju Mandiri Terpercaya dan Pasar Mitra Tani/Toko Tani Indonesia Center (TTIC) untuk memasarkan beras produksi petani dengan harga terjangkau.
Penjualan beras ini dilakukan di enam lokasi yang tersebar di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan pada minggu ketiga Desember 2022. Adapun beras yang dipasarkan oleh Koperasi Koperasi Mandiri Maju dan Terpercaya sebanyak 2,5 ton.
“Kegiatan ini bertujuan membantu masyarakat guna mendapatkan harga pangan khususnya beras yang relatif murah. Juga sebagai salah satu langkah pengendalian Inflasi di titik-titik tertentu,” katanya.
Batara menuturkan, kerja sama ini menindaklanjuti arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo agar Kementan selalu hadir di tengah-tengah masyarakat dengan menyiapkan pasokan pangan. Termasuk saat menghadapi perayaan akhir tahun ini. Selain menggandeng koperasi, upaya ini juga akan mendekatkan beras petani ke end user seperti ibu ibu PKK.
Beras yang disebar ini nantinya dipatok seharga Rp9.700 per kilogram atau Rp48.500/pack kemasan ukuran 5 kilogram. Harga ini memang sedikit lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET) karena memang harga di pasaran saat ini berkisar Rp10.000. “Tentunya dengan harga yang relatif murah ini masyarakat bisa terbantu,” jelasnya.
Batara menambahkan, kegiatan beras murah ini sudah dilakukan sejak Kamis (14/12). Koperasi Mandiri Maju dan Terpercaya menjual beras medium produksi Poktan Makmur Jaya Cikande dengan Rp9.700 per kilogram pada event Pasar Tani Kementan.
Kelompok tani penerima bantuan Vertical Dryer tersebut bersedia menjual beras dengan harga lebih rendah dari harga pasar sebagai wujud kepedulian terhadap konsumen. Pasar Tani juga memasarkan hasil petani seperti bawang merah, cabe dan telur serta daging ayam.(PBN/RMID)