SERANG, BANPOS – Sejumlah warga di kawasan perumahan Pondok Walantaka Indah (PWI), merasa tertipu oleh salah satu warga yang baru 2 bulan tinggal di lingkungan tersebut. Dengan dalih bisa memperbaiki handphone, pria yang mengaku bernama Joko ini menarik tarif jasa servis dimuka, dengan rata-rata tarif Rp200.000 hingga Rp500.000.
Berdasarkan penuturan Ketua RT setempat, Marwan Purnama, mengungkapkan bahwa dirinya cukup terkejut dengan banyaknya keluhan warga atas perbuatan Joko, yang diduga sebagai residivis spesialis pencurian handphone. Ia yang tak pernah bertemu muka, pun menjadi korban dari janji manis Joko yang kerap kali membuat masyarakat percaya akan janji-janji bisa memperbaiki handphone.
“Awal dia (Joko) datang, memang dibawa oleh warga kami untuk bersih-bersih rumahnya. Tidak lama kemudian, Joko mengaku katanya diminta pemilik rumah menempati untuk sementara waktu,” ungkapnya.
Tak ingin ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi, Marwan yang merasa bertanggungjawab atas warganya ini, meminta bukti identitas Joko. Namun ia berdalih bahwa bukti identitas dalam bentuk KTP, hilang dan belum ditemukan.
“Waktu diminta KTP, katanya hilang. Berkali-kali diminta pun tidak digubris,” katanya.
Tak ada perilaku yang mencolok dan mencurigakan dari seorang Joko. Namun, Joko disebut-sebut selalu menceritakan kisah hidupnya kepada warga komplek PWI sampai-sampai membuat sebagian warga iba terhadap kondisinya.
“Saya dengar dari warga, katanya Joko ini hidupnya sedih, anaknya meninggal dan suka cerita-cerita gitu ke warga. Alhamdulillah warga kami memang selalu terbuka dan berbaik hati kepada penghuni baru di sini, tapi ternyata kebaikan dari warga ini disalahgunakan,” jelasnya.
Ia pun mengaku geram akan tingkah laku Joko, yang membuat kerugian sejumlah warganya. Pekan lalu, Joko berhasil Kabur dengan membawa total uang sebesar Rp6 juta dan puluhan handphone yang disebut akan diservis.
“Kami mengimbau kepada warga Kota Serang khususnya Kecamatan Walantaka, agar tetap berhati-hati dan waspada apabila ada warga baru dengan ciri-ciri seperti Joko. Kami lebih mengkhawatirkan apabila ada korban-korban lain, cukup di lingkungan kami saja,” tandasnya.
Disebutkan bahwa Joko memiliki ciri-ciri bertubuh besar dan berisi, hampir seluruh badan ditato hingga kedua tangannya. Kemudian berambut gondrong sebahu, dengan warna kulit sawo matang.
Korban lainnya, Udin, mengungkapkan bahwa dirinya selalu dipaksa untuk memperbaiki handphone oleh Joko. Sehingga di suatu hari, ia menggelontorkan Rp200.000 untuk biaya jasa servis.
“Kalau untuk handphone saya nggak sampai kena (dibawa Joko), tapi uang sempat minta dia, diminta sebesar Rp200.000 katanya untuk beli sparepart handphone,” ungkapnya.
Senada disampaikan oleh Aldo, warga setempat yang kerap berinteraksi dengan Joko. Ia mengaku sudah menganggap seperti kakak, karena seringkali memberikan petuah perihal agama.
“Saya sendiri tadinya nggak ada pikiran negatif, bahkan sudah seperti kakak sendiri. Manggilnya juga Pa’e, karena memang sering karaoke bareng,” tuturnya.
Pria bertato ini juga mengaku dirinya merasa memiliki teman yang juga bertato, dalam hal ini Joko. Sehingga ia sama sekali tidak memandang negatif kepadanya.
“Awalnya memang dia baik banget, bahkan sering ngopi bareng. Tapi dia selalu maksa saya untuk memperbaiki handphone, padahal saya sudah bilang kalau handphone saya yang rusak itu lupa ditaruh dimana,” katanya.
Kendati seringkali dipaksa oleh Joko untuk memperbaiki handphone miliknya, ia mengaku bahwa handphone tersebut sepertinya lupa menaruh di lemari. Saat Joko menawarkan diri untuk mencari handphone yang disebut berada di lemari dan harus dibongkar terlebih dahulu, ia pun merasa heran.
“Saya kok merasa aneh, dan saya langsung saja bilang kalau handphone tertinggal di Tangerang. Saya juga akhirnya menaruh curiga, kok sampai begitu memaksa,” ucapnya.
Ia pribadi telah mendengar informasi ada residivis spesialis pencurian handphone, saat dirinya mengikuti rapat RT bersama RT lainnya di luar komplek PWI. RT tersebut mengimbau kepada warga yang ikut rapat saat itu, agar berhati-hati karena di sekitar lingkungan tersebut ada residivis yang sedang dipantau.
“Haru Rabu pekan lalu, ada imbauan bahwa di sekitar sini ada residivis, spesialis nyuri handphone. Tidak berselang lama, kebetulan Joko menghilang dan disusul dengan ada motor hilang juga, tepat di sebelah rumah dia tinggal,” ungkapnya.
Aldo mengungkapkan, sebelum Joko menghilang tidak ada kabar, Joko dimungkinkan merasa terancam dengan warga setempat yang mendesak untuk mengembalikan Handphone yang dijanjikan selesai diperbaiki. Namun, karena tak kunjung dikembalikan, Joko akhirnya diberi kecaman.
“Sebelumnya memang ada tetangga kami pak Agus, dia minta ke Joko untuk segera mengembalikan Handphone, alasannya banyak, sehingga pak Agus mengatakan ‘kamu jangan berani-berani bohongi saya’, mungkin saat itu ia merasa terancam,” jelasnya.
Hingga akhirnya, tepat keesokan harinya, hari Jumat pekan lalu, Joko hilang tanpa kabar dan membawa satu unit handphone miliknya. Ia menyayangkan dengan perilaku Joko yang seperti tidak tahu terimakasih karena diterima dengan baik oleh warga PWI.
“Kami menyayangkan sikap Joko, teman-teman harus berhati-hati. Karena orangnya memang dalam hal agama wah banget, ngaku anak vespa dan anak punk gitu, mengatasnamakan musafir, pandai bercerita dan dramatis bahkan sampai menangis kalau cerita tentang keluarganya,” tandasnya.
Hingga kini, Joko tidak diketahui keberadaannya dan tidak dapat dihubungi sama sekali. Warga PWI telah berupaya untuk menginformasikan baik melalui grup WhatsApp, komunitas tato, dan media sosial lainnya, agar Joko mempertanggungjawabkan perbuatannya yang merugikan baik terhadap warga PWI dan di luar PWI.(MUF)