JAKSEL, BANPOS – Duta Besar (Dubes) Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva, mengapresiasi upaya Presiden Jokowi mendamaikan negaranya dengan Ukraina. Namun, upaya itu menemui jalan buntu.
Demikian pernyataan Dubes Mila, sapaan akrabnya, dalam wawancara eksklusif dengan tim Rakyat Merdeka; Firsty Hestyarini, Muhammad Rusmadi, Mellani Eka Mahayana, Paul Yoanda dan fotografer Khairizal Anwar, di kediamannya, kawasan Jakarta Selatan, Kamis (8/12).
Vorobieva mengatakan, pihaknya sangat menghargai perjalanan Jokowi ke Kiev dan ke Moskow. Sayangnya, perdamaian belum juga terwujud. Dia menganggap Pemerintah dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak independen. Berikut petikan wawancaranya.
Presiden Jokowi berkunjung ke Kiev dan Moskow Juni lalu. Apa tanggapan Anda?
Kami mengapresiasi upaya Presiden Jokowi. Tapi Ukraina dan Presiden Zelenskyy tidak independen. Mereka hanyalah boneka Washington (Amerika Serikat/AS) dan Brussels (Uni Eropa/UE).
Perang Rusia Vs Ukraina sudah berlangsung sejak Februari lalu. Apa yang membuat perang belum berakhir?
Jika tidak ada bantuan militer ke Ukraina, konflik akan berakhir. Bantuan-bantuan itu menunjukkan kemunafikan Barat. Padahal sebelumnya, mereka mengatakan bahwa kita membutuhkan perdamaian. Tapi, alih-alih mendesak Kiev duduk dengan Rusia untuk mencapai solusi, mereka jutru mengirimkan lebih banyak bantuan militer. Barat menciptakan ilusi yang sangat berbahaya di Ukraina. Bantuan itu dikirim agar mereka bisa menang dalam perang. Perang yang mereka inginkan. Tapi itu ilusi.
Bahkan, Pemerintah Ukraina mengirim rakyatnya sendiri ke medan perang untuk dibunuh. Zelenskyy tidak peduli dengan bangsanya sendiri.
Begitu pula dengan Barat. Mereka tidak ingin menghadapi Rusia secara langsung. Mereka tidak peduli dengan Ukraina. Satu-satunya pihak yang peduli dengan Ukraina dalam konflik ini adalah Rusia. Kami ingin melihat Ukraina sebagai negara yang damai dan makmur. Itu selalu jadi keinginan kami.
Dan sebenarnya, Ukraina tidak pernah menjadi negara yang benar-benar merdeka. Menurut sejarah, Ukraina pertama kali memperoleh status negara adalah setelah runtuhnya Uni Soviet pada 1991.
Hingga 2014, Rusia selalu mendukung Ukraina. Memasok mereka sumber daya energi dengan harga domestik Rusia. Bahkan, Pemerintah kami juga mendukung sekitar 3 juta warga Ukraina yang masih tinggal dan bekerja di Rusia sampai sekarang. Saat ini jumlahnya bahkan lebih. Karena banyak warga Ukraina yang pindah ke Rusia setelah operasi militer. Tapi Barat tidak peduli dengan Ukraina. Mereka hanya menggunakan Ukraina sebagai alat untuk melawan Rusia.
Apa sebenarnya target Rusia?
Presiden kami telah mengidentifikasi dengan sangat jelas. Kami tidak berperang melawan Ukraina. Kami menganggap mereka saudara. Target utama operasi militer khusus ini bukan untuk menghancurkan Ukraina.
Salah satu tujuan utama adalah melindungi rakyat Donetsk dan Luhansk, yang selama delapan tahun diserang, dibom, dan dibunuh oleh tentara Ukraina.
Tapi apa yang terjadi? Barat menutup mata. Anda tidak akan melihat laporan apapun di media Barat tentang serangan mengerikan itu. Sebagian besar warga dua wilayah itu merupakan etnis Rusia. Dan akibat serangan-serangan di dua wilayah itu, sekitar 14 ribu orang tewas.
Apakah tidak ada upaya memecahkan persoalan di dua wilayah itu?
Kami berdialog dengan Kiev. Kami berdialog dengan mitra Barat kami. Tapi gagal. Serangan ke Donetsk dan Luhansk tidak berhenti. Hal itu jadi pertanyaan warga yang tinggal di wilayah tersebut, mengapa mereka diserang? Mereka hanya ingin melestarikan budaya Rusia.
Karena, setelah kudeta pada 2014 di Kiev yang didukung Barat, Pemerintah Ukraina sangat Russophobia (sentimen terhadap Rusia). Mereka tidak hanya anti Rusia. Tapi mereka ingin menghilangkan etnis Rusia yang berbicara dengan bahasa Rusia, meski mereka adalah warga negara Ukraina.
Yang coba dilakukan Pemerintah Ukraina saat ini adalah melarang bahasa Rusia. Tapi, bagaimana Anda bisa melakukannya di negara yang 50 persen penduduknya adalah etnis Rusia, mereka berbicara bahasa Rusia. Terutama di wilayah timur Ukraina.
Lalu di Crimea. Rakyat Crimea memutuskan mengadakan referendum agar kembali ke Rusia. Orang-orang Donetsk dan Luhansk kemudian memproklamirkan kemerdekaan mereka.
Jadi tujuan operasi kami, pertama-tama, adalah membebaskan wilayah-wilayah ini, yang sekarang menjadi bagian dari Rusia. Karena mereka juga mengadakan referendum. Dan sebagian besar orang memutuskan bahwa mereka ingin menjadi bagian dari Rusia. Kami perlu membebaskan wilayah ini dan melindungi warganya.
Apa alasan lainnya?
Tentu saja, kami ingin melihat Ukraina sebagai demiliterisasi, sebuah negara yang tidak menghadirkan ancaman bagi Rusia. Karena sejak 2014, Barat menginvestasikan banyak uang, mengubah Ukraina menjadi instrumen politik dan militer anti Rusia.
Apakah ada kemajuan tentang perdamaian yang menguntungkan kedua negara?
Seperti yang Anda ketahui, kami terlibat dalam pembicaraan damai dengan Ukraina pada Maret 2032. Kami telah berada di Turki, melakukan lima putaran pembicaraan. Dan kami hampir mencapai kesepakatan dengan Ukraina.
Tapi tahukah Anda apa yang terjadi? Perdana Menteri Inggris Raya datang ke Kiev. Dia berbicara dengan Zelenskyy dan segera menarik diri dari pembicaraan.
Jadi sebenarnya, sekali lagi, Zelenskyy tidak independen dalam kebijakannya. Dia melakukan apa pun yang diperintahkan oleh Barat dan tentu saja Amerika Serikat dengan sekutu mereka.
Beberapa bulan lalu, dia bahkan menandatangani dekrit yang melarang pembicaraan apa pun dengan Rusia. Kami selalu menyatakan bahwa target, tujuan operasi kami akan tercapai, baik melalui pembicaraan atau jika Ukraina tidak ingin melakukan pembicaraan.
Masalahnya sebenarnya bukan Ukraina. Pada dasarnya sekarang, kami menghadapi konfrontasi dengan Barat. Karena jika mereka tidak mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina, konflik akan berakhir pada Maret dan April.
Tidak hanya mengirim senjata. Mereka memberikan informasi intelijen melalui sistem satelit. Mereka melatih pasukan Ukraina, dan juga mengirim tentara bayaran serta instruktur. Jadi sebenarnya, kita sedang menghadapi perang hibrida.
Apa alasan Barat ingin terus perang ini berlanjut?
Jawabannya sangat mudah. Karena kami menentang kekuasaan yang telah ada selama berabad-abad. Karena yang terjadi sekarang ini adalah masa transisi yang sangat menyakitkan bagi mereka. Dari dunia unipolar yang didominasi Amerika Serikat dan sekutunya, menjadi dunia yang multipolar.
Amerika Serikat mengusulkan satu model geopolitik. Dan model ini yang mereka anggap sebagai yang terbaik, paling demokratis. Mereka seperti bilang, “Anda kerjakan yang kami minta, maka Anda akan baik-baik saja. Jika Anda tidak melakukan apa yang kami minta, kami akan hancurkan Anda dengan militer atau sanksi ekonomi”.
Kami tidak setuju dengan itu. Mengapa? Mengapa Rusia harus mendengarkan Washington? Tentu saja, kami bertentangan dengan kepentingan nasional mereka. Amerika Serikat memiliki kepentingan nasional sendiri. Mereka mengejarnya dengan paksa. Dengan sanksi ekonomi, menghancurkan negara lain dan kita telah melihat banyak contohnya. Rusia mengusulkan model geopolitik lain bersama China.
Model seperti apa?
Kami ingin persaingan yang adil berdasarkan hukum internasional. Berdasarkan Piagam PBB. Kekuatan baru, kekuatan ekonomi. Jadi semua orang sama. Mereka harus berdialog, bekerja sama, yang membawa manfaat bagi semua orang.
Pertanyaannya, mengapa hanya satu negara yang mendapat manfaat dari keseluruhan sumber daya, baik itu energi, tenaga kerja atau sumber daya manusia? Itu tidak bisa bertahan selamanya. Itu sebabnya kami juga menentang konsep tatanan dunia berbasis aturan ini.
Bukankah itu cukup bagus?
Kedengarannya bagus. Tatanan dunia berdasarkan aturan. Kedengarannya indah. Tetapi jika Anda mencoba memahami esensinya, oke, siapa yang akan menulis ini? Akankah Indonesia? Tidak. Apakah itu Rusia? Tidak. Apakah itu China? Tidak.
Anda tahu, sekelompok kecil negara yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Mengapa kita perlu mengikuti aturan yang ditulis oleh orang lain, namun tidak bermanfaat bagi dunia internasional?
Bagaimana Anda melihat peran PBB?
Barat berusaha menghancurkan PBB. Tapi PBB tetap satu-satunya yang benar-benar membentuk mekanisme organisasi. Karena memperhitungkan semua suara. Tidak hanya dari negara pembuat peraturan. Tapi dari semua orang.
Itulah yang kami promosikan dalam sistem hubungan internasional. Bahwa setiap negara berhak melindungi keamanannya sendiri, merasa aman, tetapi dengan tidak merugikan negara lain. Itulah konsep keamanan yang tak terpisahkan.
Artinya setiap orang berhak. Bukan hanya satu atau 10 negara. Suara setiap negara besar atau kecil, harus didengar. PBB benar-benar menghadirkan kesempatan ini. Kalau demikin, pertanyaannya, mengapa kita membutuhkan aturan lain? Kita tidak membutuhkannya. Kami sudah punya aturan. Tapi, karena mereka merasa kalah dalam persaingan dengan aturan ini, mereka ingin memiliki aturan baru.
Perang berdampak pada krisis pangan dan energi. Sejumlah analis memperkirakan, ketergantungan Eropa terhadap energi dari Rusia akan berakhir. Tanggapan Anda?
Agak sulit menjabawabnya. Tapi kita bisa melihat, kemakmuran, kesejahteraan Eropa, dan ini juga diakui secara terbuka oleh para pemimpin mereka, adalah karena bergantung pada sumber daya energi murah dari Rusia. Minyak dan gas.
Sekarang, mereka mengatakan tidak ingin lagi bergantung pada ekspor sumber daya energi murah kami, oke. Itu pilihan mereka. Jadi mereka sekarang akan bergantung pada pasokan yang sangat mahal dari Amerika Serikat. Jadi ke mana dan bagaimana ekonomi mereka, akan kita lihat.
Jika berada dalam resesi, maka akan sia-sia. Tapi itu adalah pilihan Eropa. Bukan keinginan kami.
Apa ada dialog khusus dengan Eropa terkait hal ini?
Yang kami usulkan ke Eropa adalah, kami selalu siap berkomitmen pada kewajiban kami. Dan sekarang mereka mencoba menimpakan semua kesalahan dalam kebijakan energi, kepada Rusia. Kami selalu memberi tahu mereka bahwa kami mendukung kontrak jangka panjang. Karena kontrak semacam ini menguntungkan kedua belah pihak. Sebagai pemasok, kami yakin akan memiliki pasar. Dan untuk pembeli, karena harga sudah fixed dalam kontrak jangka panjang.
Tapi orang Eropa akan mengatakan tidak. Mereka anggap itu bukan ekonomi pasar. Mereka bilang, kita harus memiliki kontrak spot. Tapi dengan kontrak spot, harga berfluktuasi. Itu kesalahan mereka. Dan sekarang mereka mengatakan bahwa Putin menggunakan energi sebagai senjata.
Padahal itulah kebijakan Uni Eropa.
Lantas, siapa yang akan diuntungkan?
Bukan Uni Eropa, bukan Ukraina, dan bukan Rusia. Tentu saja Amerika Serikat. Karena sekarang, ketika mereka berhasil mengganggu pasokan energi Rusia ke Eropa sampai batas tertentu. Apa alternatifnya? Energi mahal dari Amerika Serikat.
Bagaimana Anda melihat media Barat dalam memberitakan Rusia, terutama yang menyangkut invasi militer di Ukraina?
Kami melihat perang informasi melawan Rusia. Seperti yang dikatakan oleh Menteri Luar Negeri kami (Sergey Lavrov-red), ini bukan hanya perang, ini adalah terorisme informasi. Karena Anda tidak dapat melihat sesuatu jika Anda hanya melihat media Barat. Hanya satu sudut pandang yang disebarluaskan.
Anda tidak akan pernah bisa menemukan media di Barat yang akan menunjukkan pandangan Rusia tentang apa yang sedang terjadi. Media Rusia diblokir. Dan Anda bilang ini kebebasan pers? Kebebasan berbicara dipelintir. Ada begitu banyak kebohongan.
Saat ini saya berhenti menonton CNN atau BBC. Karena itu hanya berisi kebohongan, kebohongan, kebohongan. Saya tahu, karena saya sebagai orang Rusia yang lahir di Ukraina. Saya mengerti bahwa itu palsu dan bohong. Tetapi orang-orang yang tidak mengenal Rusia, mereka percaya.
Dan tentu saja itu benar-benar mengerikan. Di zaman modern ini, informasi adalah instrumen yang sangat kuat. Itu tidak baru dimulai pada Februari lalu. Tapi telah terjadi bertahun-tahun yang lalu.
Bisa dijelaskan lebih lanjut?
Sebelum di Jakarta, saya sebelumnya bertugas di Malaysia. Saya adalah Duta Besar Rusia untuk Malaysia. Saya bertugas di sana ketika pesawat Malaysian Airlines MH17 ditembak di Ukraina.
Di malam hari, di hari penembakan itu, kami dituduh sebagai pelaku. Tak ada investigasi. Tidak ada bukti. Tapi semua media Barat mengatakan bahwa Rusia yang melakukannya.
Pertanyaannya, mengapa kami menembak orang Malaysia? Malaysia adalah mitra kami. Warga Malaysia pun tidak pernah menuduh Rusia. Saya ada di sana. Saya menyaksikan semua. Tapi semua media Barat langsung menuduh Rusia
Contoh lainnya, soal kasus penggunaan senjata kimia. Sekitar empat atau lima tahun lalu, kami dituduh menggunakan senjata kimia novichok (senjata kimia generasi keempat dengan nama kode Foliant, merupakan racun saraf terkuat yang bisa diberikan dalam bentuk cairan, bubuk, maupun aerosol -red) terhadap dua orang di Inggris. Mereka menyebutnya mata-mata Rusia.
Tapi sebenarnya mereka adalah mata-mata Inggris. Salah satunya ditangkap di Rusia. Dipenjara. Lalu diampuni oleh presiden, dan tinggal di Inggris, saat Rusia dituduh mencoba membunuh mereka. Tidak ada bukti sampai sekarang. Lima tahun kemudian, kami tidak tahu di mana orang-orang ini. Mereka tidak pernah mati. Dan tidak ada bukti apa-apa.
Tapi kalau dipikir-pikir, senjata kimia adalah senjata pemusnah massal. Mengapa Rusia ingin menggunakan senjata pemusnah massal untuk membunuh orang saja. Mengapa kami ingin membunuhnya? Dia ada di penjara Rusia selama lima tahun. Mengapa? Skemanya terlalu rumit untuk dilakukan. Lagi pula, kenapa kami harus memakai senjata kimia?
Sayangnya, orang-orang percaya. Karena mereka hanya melihat satu sisi. Mereka tidak memiliki informasi lain. Jika Anda memahami mengapa kampanye informasi ini dilakukan terhadap Rusia, maka menjadi jelas karena lagi-lagi dominasi Barat. Kami mendapat kesan bahwa Barat akan melakukannya karena semua perbedaan ideologis telah hilang.
Rusia telah meninggalkan ideologi komunis. Kami kini lebih “kapitalis”. Kita semua menganut pasar bebas. Mengapa Eropa dan Amerika Serikat tidak memperlakukan kami dengan setara? Mereka tidak ingin melakukan itu. Mereka tidak ingin memperlakukan kami sebagai pihak yang setara.
Mereka sebenarnya tidak ingin memperlakukan siapa pun sederajat. Kecuali Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Australia, Selandia Baru. Itu saja. Terlepas dari semua kata indah demokrasi, perdamaian.(RM.ID)