Kategori: KESEHATAN

  • Negatif Korona, Mahasiswa Untirta Tetap Karantina Mandiri

    Negatif Korona, Mahasiswa Untirta Tetap Karantina Mandiri

    SERANG, BANPOS – Mahasiswa Untirta Serang Banten berinisial J beserta ibu dan tiga orang kakaknya oleh tim medis penanganan dan pencegahan virus corona (Covid-19) dinyatakan negatif.

    Dihubungi melalui telpon genggamnya, J, Minggu (5/4) mengaku dirinya telah dikatakan negatif dari Corona. Namun demikian pihaknya diminta melakukan karantina mandiri kanjutan dirumahnya selama 12 hari kedepan, terhitung dari Sabtu (4/4) atau sampai tanggal 16 April mendatang.

    “Saya sudah menjalani karantina sejak tanggal 25 Maret (selama 10 hari,red), dan kemarin (Sabtu) saya bersama ibu dan 3 orang kakak saya dinyatakan negatif. Tapi oleh tim medis kami diminta karantina mandiri lagi di rumah saya di Tangerang,” ujarnya.

    Dikatakan mahasiswa dari Fakuktas Ekonomi dan Bisnis (FEB) angkatan tahun 2014 ini, dirinya bersama dengan ibu dan 3 kakaknya sejak tanggal 25 Maret lalu tidak dikarantina atau diisolasi di Rumah Sakit Umum (RSU) Banten. “Saya sejak dari awal karantina mandiri dirumah, tidak di RSU Banten. Yang dibawa ke sana (RSU Banten) hanya ayah saya saja. Kalau kami berempat, kakak dan ibu saya dikarantina mandiri dirumah,” tambahnya.

    Diakui J, dengan telah dinyatakan negatif dari Covid-19 dirinya akan melanjutkan bimbingan skripsi lagi secara online bersama dengan dosen pembingbingnya. “Iyah (meneruskan kegiatan tertunda,red),” ungkap J.

    Sementara itu, Dosen Pembibing II dari J di Untirta, Saharudin Didu mengakui dirinya telah mendapatkan kabar langsung dari J mengenai kesehatanya.

    “Betul, tadi mahasiswa kami (J) sudah memberikan informasi ke saya melalui WA (WhatsApp Messenger), kalau yang bersangkutan negatif dari Corona. Dan akan melanjutkan bimbingan skripsinya melalui daring (online). Sesuai arahan dari Pak Rektor dan Pak PR (pembantu rektor) untuk bimbingan memang tidak diperkenankan tatap muka dulu,” ungkap Saharudin. (RUS/AZM)

  • Khawatir Gizi Buruk Bertambah, Dewan Kota Serang Bagi-bagi Telur Ayam

    Khawatir Gizi Buruk Bertambah, Dewan Kota Serang Bagi-bagi Telur Ayam

    SERANG, BANPOS – Anggota DPRD Kota Serang, Fatihudin, membagikan telur ayam kepada masyarakat. Hal ini dilakukan untuk membantu masyarakat di tengah lesunya perekonomian imbas dari pandemi Covid-19. Selain itu diharapkan dengan adanya bantuan tersebut, kasus gizi buruk tidak bertambah.

    Sebanyak 170 peti telur diberikan kepada keluarga yang berdasarkan data pihak kecamatan, membutuhkan bantuan bahan pokok makanan dan rentan terkena gizi buruk.

    “Kami membagikan sebanyak 170 peti telur. Pembagian tersebut dilakukan di dua kecamatan, antara lain Kecamatan Kasemen sebanyak 100 peti telur dan Kecamatan Curug sebanyak 70 peti telur,” ujarnya kepada BANPOS, Sabtu (4/4).

    Menurut politisi PKB ini, bantuan tersebut diberikan lantaran saat ini kondisi ekonomi masyarakat, bukan hanya di Kota Serang, mengalami penurunan. Sebab, banyak dari masyarakat yang terkena imbas pandemi Covid-19.

    “Mayoritas masyarakat Kota Serang itu tidak memiliki gaji tetap. Artinya mereka bekerja harian seperi tukang ojek, supir angkot, pedagang kaki lima dan lainnya. Mereka yang benar-benar terdampak langsung secara ekonomi dengan adanya pandemi ini,” ucapnya.

    Selain itu, legislator yang kerap disapa Fatih ini mengatakan bahwa banyak masyarakat yang juga terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena lesunya perekonomian. Hal ini menurutnya, menjadi tanggung jawab bersama dalam mengatasi permasalahan tersebut.

    “Masyarakat saat ini harus bisa peka terhadap lingkungan sekitar. Saya mengajak supaya masyarakat dapat memperhatikan saudara dan tetangganya, apakah mereka bisa makan atau tidak. Kita harus bisa saling membantu di tengah pandemi ini,” tuturnya.

    Fatih mengaku, salah satu kekhawatirannya adanya penurunan daya ekonomi masyarakat yaitu bertambahnya jumlah gizi buruk yang ada di Kota Serang. Menurutnya, pada kondisi ekonomi yang normal saja Kota Serang jumlah penyandang gizi buruknya sudah cukup tinggi.

    “Tentu ketika daya ekonomi masyarakat menurun, masyarakat jadi sulit untuk memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Makanya ini menjadi tugas bersama agar tidak terjadi penambahan gizi buruk. Pemkot pun harus bisa membuat skema pemulihan ekonomi pasca-pandemi ini,” tegasnya.

    Sementara itu, salah satu masyarakat yang menerima bantuan telur, Suheni, mengatakan bahwa dirinya merasa bersyukur dengan adanya bantuan telur tersebur. Ia mengaku saat ini harga telur juga sedang mahal.

    “Makanya, dengan adanya bantuan ini tentu kami sangat terbantu. Apalagi telur kan mahal sekarang. Trus saya juga sedang kurang dalam ekonomi, karena kan lagi gak bisa kemana-mana,” tandasnya. (DZH/AZM)

  • Belasan Warga Desa Malingping Selatan Terserang Chikungunya dan DBD

    Belasan Warga Desa Malingping Selatan Terserang Chikungunya dan DBD

    MALINGPING, BANPOS – Di tengah musim wabah Covid-19 yang mengharuskan Lockdown, belasan warga di Kampung Cikeusik Timur (Ciktim) RT 05/02 Desa Malingping Selatan (Malsel) dilaporkan mengalami sakit yang diduga disebabkan dari wabah nyamuk Chikungunya dan ada pula yang sudah terkena wabah Demam Berdarah Degue (DBD).

    Informasi yang didapat dari Pegiat Pemuda setempat, Roif Setiawan kepada BANPOS mengatakan, belasan warga ditemukan mengalami berat di kaki bercampur meriang panas dingin dan pusing-pusing lalu kulit terserang gatal-gatal.

    “Gejala awal yang dilaporkan penderita itu mereka pusing, mual, kaki berat bercampur badan panas dingin setelah itu kulit gatal gimbal,” ujar Roif, Jumat (3/4).

    Menurutnya, setelah beberapa warga diperiksa ke dokter di klinik terdekat, mereka diduga mengalami serangan wabah Chikungunya,

    “Kalau menurut yang sudah dibawa ke klinik, mereka dinyatakan terkena Chikungunya. Tapi sebagian sudah agak mendingan, namun yang lain masih mengalami sakit, jumlah yang terkena ada sekitar 16 orang. Selain itu ada satu orang warga sini yang positif terkena DBD,” terangnya.

    Senada, Warsih (41) salah seorang warga setempat yang sudah sehat kepada BANPOS mengaku dirinya dinyatakan terkena Chikungunya,

    “Kata dokter itu gejala Chikungunya. Yang terasa sih kaki saya kesemutan terus berat dilangkahkan, badan panas dingin, kepala terasa pusing dan setelah itu kulit gimbal dan gatal. Sekarang mah udah mendingan” papar Warsih.

    Sementatara, Juju Juhariyah masih warga yang sama melaporkan bahwa cucunya seminggu yang lalu mengalami DBD dan sempat di bawa ke RS Ajidharmo Rangkasbitung.

    “Ya cucu saya yang bernama Dika yang baru kelas 1 SMA terkena DBD, itu kata dokter di puskesmas harus dirawat Rangkas. Sekarang masih dirawat,” ungkapnya.

    Tokoh masyarakat setempat Maknun, meminta adanya penyemprotan Fogging anti DBD di wilayah Kampung Cikeusik Timur agar tidak menyebar ke warga lain.

    “Sekarang ini sedang melanda korona dan musim hujan. Ada baiknya pemerintah melakukan penyemprotan anti DBD, agar wabah DBD dan Chikungunya tidak menyebar,” kata Maknun.

    Terpisah, Kepala Desa Malsel, Aceng Junaedi saat dikonfirmasi membenarkan hal itu dan pihaknya mengaku sudah mendapat laporan. “Iya, saya sudah mendapat laporan. Tapi saat ini saya sedang di Serang lagi jenguk saudara yang sakit,” ujar Aceng.(WDO/PBN)

  • Perbedaan Dampak Darurat Sipil dan Pembatasan Sosial Skala Besar

    Perbedaan Dampak Darurat Sipil dan Pembatasan Sosial Skala Besar

    JAKARTA, BANPOS – Presiden Joko Widodo akan memberlakukan pembatasan sosial berskala besar dengan status darurat sipil untuk mengatasi penyebaran virus corona di Indonesia. Ia pun meminta masyarakat menjaga jarak fisik physical distancing dilakukan lebih tegas, lebih disiplin, dan lebih efektif lagi.

    Pernyataan tersebut disampaikan Jokowi saat memberikan pengantar pada Rapat Terbatas (ratas) Laporan Tim Gugus Tugas Virus Korona (Covid-19), Senin (30/3), melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat.

    “Sehingga tadi juga sudah saya sampaikan bahwa perlu didampingi adanya kebijakan darurat sipil,” ujar Presiden Jokowi.

    Dalam menjalankan kebijakan pembatasan sosial berskala besar, Presiden meminta agar jajarannya menyiapkan aturan teknis yang lebih jelas sebagai panduan untuk provinsi, kabupaten, dan kota.

    “Saya ingatkan kebijakan kekarantinaan kesehatan, termasuk karantina wilayah adalah kewenangan Pemerintah Pusat, bukan kewenangan Pemerintah Daerah,” tuturnya.

    Sedangkan, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman menjelaskan, penerapan darurat sipil untuk mencegah penyebaran virus corona Covid-19 masih dalam tahap kajian dan belum diputuskan. Penerapan darurat sipil adalah langkah terakhir yang baru akan digunakan jika penyebaran virus corona Covid-19 semakin masif.

    “Penerapan Darurat Sipil adalah langkah terakhir yang bisa jadi tidak pernah digunakan dalam kasus Covid-19,” kata Fadjroel dalam keterangan tertulis.

    Lalu, apa yang dimaksud pembatasan sosial berskala besar dan apa dampaknya dalam kehidupan sehari-hari?

    Melansir dari katadata.co.id, Juru Bicara Menko Maritim dan Investasi (Menko Marves) Jodi Mahardi menjelaskan, pembatasan sosial berskala besar merupakan salah satu bentuk kekarantinaan kesehatan.

    Langkah ini bertujuan untuk mencegah meluasnya penyebaran penyakit, seperti diatur dalam pasal 59 ayat 2, Undang-Undang nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan.

    Seperti diatur dalam pasal 59 ayat 3, pembatasan sosial berskala besar paling sedikit meliputi:
    1. peliburan sekolah dan tempat kerja;
    2. pembatasan kegiatan keagamaan; dan/atau
    3. pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum.

    Sedangkan, kriteria dan pelaksanaan Karantina Rumah, Karantina Wilayah, Karantina Rumah Sakit, dan Pembatasan Sosial akan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah.

    Sedangkan, status darurat sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya.
    Pasal 1 menyatakan, Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang menyatakan seluruh atau sebagian wilayah Indonesia dalam keadaan bahaya dengan tingkatan keadaan darurat sipil atau keadaan darurat militer atau keadaan perang.
    Dalam Pasal 3 ditegaskan bahwa penguasa keadaan darurat sipil adalah Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang selaku penguasa Darurat Sipil Pusat.

    Dampak penetapan status darurat sipil cukup luas.

    Di antaranya, pada pasal 18 disebutkan bahwa Penguasa Darurat Sipil berhak membuat ketentuan bahwa untuk mengadakan rapat-rapat umum, pertemuan-pertemuan umum dan arak-arakan harus dilakukan dengan izin tertentu.

    Izin ini oleh Penguasa Darurat Sipil diberikan penuh atau bersyarat. Penguasa Darurat Sipil juga berhak membatasi atau melarang memasuki atau memakai gedung-gedung, tempat-tempat kediaman atau lapangan-lapangan untuk beberapa waktu yang tertentu.

    Kemudian, pada pasal 19 disebutkan bahwa Penguasa Darurat Sipil berhak membatasi orang berada di luar rumah.

    Pasal 20: Penguasa Darurat Sipil berhak memeriksa badan dan pakaian tiap-tiap orang yang dicurigai serta menyuruh memeriksanya oleh pejabat-pejabat Polisi atau pejabat-pejabat pengusut lain.

    Pakar Hukum Tata Negara Jimly Asshiddiqie menerangkan, keadaan darurat sipil merupakan keadaan yang tingkatan bahayanya dianggap paling rendah, dibanding darurat militer atau keadaan perang.

    Karena tingkatan bahayanya yang demikian itu, tidak diperlukan operasi penanggulangan yang dipimpin oleh suatu komando militer.

    “Sekiranya pun anggota tentara atau pasukan militer diperlukan untuk mengatasi keadaan, kehadiran mereka hanya bersifat pembantu. Operasi penanggulangan keadaan tetap berada di bawah kendali dan tanggung jawab pejabat sipil,” kata Jimly dalam buku Hukum Tata Negara Darurat terbitan 2008.

    Sumber

  • GP Ansor Cilegon Bagikan Hand Sanitizer Racikan Alami ke Masyarakat

    GP Ansor Cilegon Bagikan Hand Sanitizer Racikan Alami ke Masyarakat

    CILEGON, BANPOS – Pengurus GP Ansor Cilegon bergerak cepat dalam membantu pencegahan dan antisipasi penyebaran virus korona. Dengan sukarela Ansor Cilegon membuat cairan pembersih tangan atau hand sanitizer yang saat ini cukup langka di pasaran. Kalau pun ada, harganya selangit.

    Bersama Pembina Ansor PAC Cibeber bernama Cak Iyon, Warga Lingkungan Sambirata, Kelurahan Cibeber, Kecamatan Cibeber, GP Ansor Cilegon membuat cairan pembersih tangan alami.

    Ketua GP Ansor Cilegon, Sholeh Syafe’i menyatakan yang membuat cairan pembersih tangan dari daun sirih adalah Cak Iyon.
    Cairan alami itu kemudian dibagikan secara gratis kepada sejumlah pesantren dan juga warga Cilegon sejak Minggu (29/3) lalu.

    Sementara Cak Iyon mengatakan hari pertama dirinya memproduksi sebanyak tiga galon dan langsung habis.

    “Alhamdulillah Ansor bisa berbagi meski hanya pembersih tangan alami. Semoga bisa bermanfaat untuk masyarakat dalam pencegahan virus korona,” ujar Cak Iyon yang ditemui Banpos, kemarin.

    Cak Iyon mengatakan, tidak hanya warga sekitar rumahnya yang meminta cairan pembersih tangan alami itu, namun sejumlah warga dari Kabupaten/Kota Serang juga datang untuk memintanya. Setiap warga diberi sekitar 300 mililiter (Ml) atau seukuran botol kecil.

    Cak Iyon mengisahkan, awal dirinya tergerak membuat cairan pembersih tangan dari bahan alami itu, karena melihat kelangkaan dan mahalnya cairan pembersih tangan itu di pasaran sejak merebaknya pagebluk (serangan penyakit yang meluas) virus korona.

    “Saya berinisiatif untuk membuat secara mandiri dari daun sirih,” ungkapnya.

    Menurut dia, daun yang biasa dikenal untuk tersebut juga mengandung antiseptik untuk membunuh kuman. Selain itu, daun sirih lebih aman digunakan karena alami.Iyon menjelaskan, cara pembuatan cairan pembersih tangan alami sangat mudah. Daun sirih yang mudah didapat cukup direbus dengan air hingga mendidih. Air rebusan daun sirih tersebut yang digunakan untuk pembersih tangan.

    “Jika ingin bau harum, cukup dicampur dengan cairan pewangi jeruk lemon atau sesuai selera,” terangnya.

    Menurutnya, dengan air ukuran 19 liter atau satu galon dan 250 gram daun sirih bisa menghasilkan satu galon cairan pembersih.

    “Tidak mahal, 250 gram daun sirih itu hanya harga Rp15 ribu. Itu cukup buat satu RT, atau takaran disesuaikan dengan kebutuhan,” paparnya.

    Ketua GP Ansor Kota Cilegon Sholeh Syafei menambahkan, tidak hanya cairan pembersih tangan alami, pihaknya juga membagikan cairan desinfektan kimia hasil racikan sendiri. Cairan disinfektan itu didistribusikan ke sejumlah masjid dan pondok pesantren juga rumah warga yang membutuhkan.

    “Cairan hand sanitizer pembersih alami dan desinfektan kami bagikan secara gratis. Ini kami tergerak untuk melakukan pencegahan penyebaran virus korona yang semakin masif dengan harga murah dan efektif,” papar Alex panggilan Sholeh Syafe’i.

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cilegon Arriadna membenarkan kandungan antiseptik pada duan sirih yang bisa digunakan sebagai bahan pembuat antiseptik atau cairan pemberih tangan alami.(BAR)

  • Pemakaman Pekerja Asal Jakarta Menggunakan APD, Dinkes Lebak Sebut Negatif Corona

    Pemakaman Pekerja Asal Jakarta Menggunakan APD, Dinkes Lebak Sebut Negatif Corona

    LEBAK, BANPOS – Masyarakat Kabupaten Lebak dibuat bertanya-tanya dan was-was dengan adanya pemakaman seorang jenazah pria berinisial MP di TPU H. Mustaqin Keluarahan Muara Ciujung Timur Kecamatan Rangkasbitung.

    Rasa was-was masyarakat bukan tanpa alasan lantaran proses pemakaman jenazah tersebut berbeda dari biasanya yang dilakukan. Tim medis RSUD dr. Adjidarmo yang melaksanakan pemakaman menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) saat menurunkan jenazah dari dalam mobil ambulance.

    Informasi yang didapat BANPOS, Sabtu (28/3), MP merupakan warga DKI Jakarta yang mengeluh sakit batuk dan sesak napas. Sebelum masuk IGD rumah sakit Adjidarmo, Jum’at (27/3), MP sempat melakukan perawatan secara mandiri di salah satu rumah keluarga di Kecamatan Rangkasbitung. Ia dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (28/3) sekira pukul 11:30 WIB.

    Banyak masyarakat yang berasumsi saat proses pemakaman jenazah MP yang dilaksanakan Tim medis RSUD dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (ADP).

    Ketua Tim Gugus Covid-19 Kabupaten Lebak, Dede Jaelani kepada wartawan Sabtu (28/3) mengatakan, bahwa dari hasil pemeriksaan medis MP itu negatif Covid-19.

    “Kita dapat laporan dari Dinkes, hasil rapid test Covid-19 MP negatif atau non reaktive,” katanya.

    Senada disampaikan Pelaksana tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, Triatno Supiyono, dan Kepala Bidang Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2PL), dr. Firman Rahmatullah. Bahwa hasil rapid test Covid-19 MP negatif.

    “Hasil rapid test non reaktif,” ungkap keduanya, Sabtu (28/3) kepada BANPOS.(MG-01/PBN)

  • BPTD Akan Siapkan Alat Pengukur Suhu Tubuh di Terminal Tipe A

    BPTD Akan Siapkan Alat Pengukur Suhu Tubuh di Terminal Tipe A

    PANDEGLANG, BANPOS – Belum tersedianya alat pengukur suhu tubuh di Terminal Tipe A Labuan, ditanggapi oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah VIII Provinsi Banten, dengan akan menyediakan alat pengukur suhu tubuh.

    Namun BPTD mengakui, dalam penyediaannya kesulitan untuk mendapatkan alat tersebut. Sedangkan alat itu dapat digunakan untuk memeriksa suhu tubuh para penumpang yang datang dari luar wilayah Kabupaten Pandeglang, dalam upaya pencegahan penyebaran virus korona.

    Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Wilayah VIII Provinsi Banten, Nurhadi Unggul Wibowo mengatakan, untuk mencari alat pengukur suhu tubuh yang akan disediakan di Terminal Type A Labuan dan Terminal tipe A Mandala Rangkasbitung, merasa kesulitan karena kehabisan stok alat tersebut.

    “Untuk terminal tipe A Labuan dan terminal tipe A Mandala Rangkasbitung belum ada. Kami sudah mencari kemana-mana stok sudah pada habis. Sedang inden (pemesanan, red) di ACE hardware dan sudah bayar, infonya diperkirakan tanggal 15 April barang akan dikirim,” kata Nurhadi kepada BANPOS melalui selulernya, Kamis (26/3).

    Menurutnya, untuk pemenuhan kebutuhan Alat Pelindung Diri (APD) bagi para petugas terminal, pihaknya sudah membagikan kepada seluruh terminal Tipe A yang pengelolaannya dibawah BPTD Wilayah VIII Provinsi Banten.

    “Kami sudah bagkan ke semua terminal, pelindung untuk petugas berupa masker, kaos tangan dan hand sanitizer serta penyemprotan disinfektan baik di terminal maupun di dalam sarana angkutannya. Kita bagikan ke seluruh terminal Tipe A yang pengelolaannya dibawah BPTD Wilayah VIII Banten,” terangnya.

    Nurhadi mengaku, terkait terbatasnya kiriman APD yang dikirim ke terminal, pihaknya mendapatkan barang yang dipesan sangat terbatas, sehingga barang yang dikirim ke terminal menjadi terbatas.

    “Karena kita dapatnya juga terbatas. Sedang pesan lagi hand sanitizer dan disinfektan, semua barang langka. Besok ada disinfektan lagi disana,” ungkapnya.

    Sebelumnya diberitakan, Terminal Tipe A Labuan, Kabupaten Pandeglang, belum menyediakan fasilitas kesehatan pengukur suhu tubuh untuk penumpang yang datang maupun keluar wilayah Kabupaten Pandeglang, dalam upaya untuk melakukan pencegahan penyebaran virus Korona.

    Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Type A Labuan, Lina Darlina mengatakan, fasilitas untuk memeriksa kesehatan para penumpang baik yang datang dari luar wilayah Kabupaten Pandeglang, maupun yang akan berangkat ke luar belum tersedia.

    “Pada hari Selasa (24/3) lalu, kita baru dikirim berupa sarung tangan, hand sanitizer dan masker oleh Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) wilayah VIII Provinsi Banten. Kalau untuk memeriksa suhu tubuh para penumpang kita belum ada, Puskesmas juga bingung tidak punya alatnya,” kata Lina kepada BANPOS melalui selulernya, Rabu (25/3).

    Menurutnya, untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang dikirm oleh pihak Balai, hanya untuk petugas terminal saja. Untuk penumpang, pihaknya menggunakan APD yang ada.

    “APD yang dikirim langsung kita bagikan kepada petugas terminal saja mengingat jumlah sangat minim. Untuk penumpang serta awak bus, kita arahkan masuk kedalam terminal untuk cuci tangan menggunakan hand sanitizer yang kita siapkan,” terangnya.

    Untuk alat pengontrol suhu tubuh, lanjut Lina, pihaknya ingin menyiapkan alat tersebut untuk melakukan pemeriksaan suhu tubuh penumpang. Akan tetapi karena tidak memiliki anggaran, pihaknya tidak bisa menyediakan alat tersebut.

    “Untuk mencegah penyebaran virus Korona, kita tidak punya alat pengontrol suhu tubuh. Kalau kita kan anggarannya dari balai, yang dikirim oleh balai itu hanya sarung tangan, masker sama hand sanitizer dan itupun hanya untuk petugas terminal saja itupun masih kurang,” ujarnya.

    “Yang dikirim itu hanya sepasang, kalau kita pakai setiap hari kan pasti kotor. Kan seharusnya untuk sekali pakai atau dua kali pakai saja. Kalau untuk kiriman selanjutnya, saya juga belum tahu kapan mau dikirim,” ungkapnya.(DHE/PBN)

  • Cegah Covid-19, Pelayanan SIM di Polres Serang Berlakukan Prodedur Ketat

    Cegah Covid-19, Pelayanan SIM di Polres Serang Berlakukan Prodedur Ketat

    SERANG,BANPOS- rangka mencegah penyebaran virus korona, Satlantas Polres Serang memberlakukan prosedur ketat bagi para pemohon.

    Para pengunjung yang akan masuk gedung Satuan Penyelenggara Administrasi (Satpas) SIM harus melalui dua kali penyemprotan cairan disinfektan yaitu di gerbang utama Mapolres Serang serta di depan gedung Satpas SIM.

    Selain disemprot disinfektan, pengunjung kantor Satlantas juga akan menjalani pemeriksaan suhu tubuh mencuci yang menggunakaan cairan sanitizer sebelum diizinkan masuk. Di dalam ruangan Satpas, para pemohon SIM juga juga diharuskan mejaga jarak dengan yang lainnya sesuai tanda yang terpasang.

    “Kegiatan penyemprotan disinfektan dan social distance ini merupakan bentuk pelayanan Polres Serang kepada masyarakat dalam pencegahan penyebaran Virus Corona (Covid – 19),” ungkap Kapolres Serang AKBP Mariyono didampingi Kasatlantas AKP NP Winoto kepada wartawan, Kamis (26/3/2020).

    Salah satu pemohon SIM, Hendra berterima kasih atas tersedianya fasilitas bilik desinfektan serta pemeriksaan suhu tubuh. Hal ini membuatnya tidak was-was lagi bertemu banyak orang mengurus SIM.
    Warga Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang ini, merasa aman sebab pencegahan virus corona tidak hanya di bilik saja.

    “Bagus sih, biar semua steril dari virus yang mematikan ini. Pelayanan bagus, disuruh ke bilik terus cuci tangan, cek suhu dikasih antiseptik dan menjaga jarak,” ujarnya. (AZM)

  • Anggota Dewan ‘Lady Biker’ Gotong Royong Bersihkan Masjid

    Anggota Dewan ‘Lady Biker’ Gotong Royong Bersihkan Masjid

    TEMBONG, BANPOS – Berangkat dari kekhawatiran dengan adanya penyebaran virus Corona (Covid-19), Anggota DPRD Kota Serang, Fraksi Demokrat Heni Sulastri bantu warga Kelurahan Tembong, Kecamatan Cipocok Jaya, Kota Serang untuk membersihkan dan menyemprotkan disinfektan di masjid-masjid, untuk mencegah penyebaran virus Corona (Covid-19). Menurutnya, masyarakat Kota Serang rajin sholat berjamaah di masjid, terutama saat sholat Jumat.

    “Kami gotong royong untuk penyemprotan disinfektan ke masjid-masjid, karena di masjid ini biasa digunakan oleh masyarakat untuk sholat berjamaah, jadi kami berinisiatif dan saya mengajak pak Lurah juga, untuk menyemprot disinfektan agar masyarakat aman,” ungkapnya, Rabu (25/3).

    Pantauan di lokasi, Heni bersama Lurah Tembong dan masyarakat setempat, melakukan aksi gotong royong di masjid dan sekitarnya untuk dibersihkan, kemudian disemprot dengan disinfektan.

    “Sementara (disemprot) disini dulu, nanti kami pasti ke tempat-tempat yang lain. Karena saya liat pemberitaan di Cipocok itu ada 4 orang yang sudah ODP. Jadi kami mengajak masyarakat, hayu kita hidup sehat,” terangnya, seraya mengajak masyarakat untuk hidup sehat.

    Heni juga mengajak masyarakat untuk mengikuti imbauan dari pemerintah. Yaitu menjaga kebersihan lingkungan, kesehatan diri dan tidak keluar rumah, apabila tidak ada kepentingan mendesak.

    “Hayu hidup bersih, rajin cuci tangan. kalau tidak ada keperluan mendesak untuk keluar (rumah), lebih baik di rumah saja ikuti himbauan pemerintah untuk lockdown diri sendiri. Kita mulai dari diri kita sendiri untuk melawan virus Covid-19 ini,” tuturnya.

    Kendati demikian, dirinya menyayangkan saat masyarakat yang ingin mencari masker, antiseptik dan bahan-bahan untuk membuat disinfektan, sulit ditemukan di Kota Serang. Padahal menurutnya itu semua penting untuk kesehatan masyarakat, agar dapat mencegah penyebaran Covid-19.

    “Saya heran, bahan dasar untuk membuat disinfektan itu tidak ada. Saya juga menyuruh tim, mereka tidak menemukan. Tolong lah jangan menimbun apalagi seperti masker, hand sanitizer, dan cairan pembersih seperti disinfektan juga,” pintanya.

    Di akhir, ia menghimbau kepada masyarakat apabila ingin melakukan tes Covid-19, agar lebih mengedepankan kejujuran. Hal itu dapat membantu tim medis yang sedang berjuang melawan virus Korona.

    “Kebetulan, teman juga ada yang jadi dokter. Masyarakat juga harus jujur kalau mau tes covid-19, mulai asal dari mana dan segala macam, kita harus membantu tim medis juga, agar tidak kesulitan,” pungkasnya.

    Ditempat yang sama, Ketua RW 02 Lingkungan Tembong Sawo, M Saribi mengatakan, pihaknya mengapresiasi dengan dilakukannya penyemprotan disinfektan tersebut, sebagai salah satu langkah mencegah penyebaran Covid-19.

    “Kami warga sangat apresiasi terhadap Bu dewan yang sudah mau membantu kami. Kami juga sangat membutuhkan penyemprotan ini untuk masyarakat, agar ibadah juga tenang, tidak was-was,” ungkapnya.

    Ia pun turut menghimbau kepada warganya, apabila ingin melaksanakan solat berjamaah di masjid, untuk membawa sajadah masing-masing sebagai upaya pencegahan.

    “Kepada masyarakat juga, diimbau untuk membawa sajadah sendiri apabila ingin melaksanakan solat berjamaah. Sebagai antisipasi penyebaran Covid-19,” pungkasnya. (MUF)

  • Kadinkes Kota Serang Sebut Video di TPU Kedalingan Hoaks

    Kadinkes Kota Serang Sebut Video di TPU Kedalingan Hoaks

    SERANG, BANPOS – Kepala Dinkes Kota Serang, M. Ikbal, membantah jenazah yang dimakamkan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) karena terpapar Covid-19. Hal ini menjawab berbagai pertanyaan masyarakat atas beredarnya video pemakaman jenazah menggunakan APD.

    “Memang ini banyak yang menanyakan. Jadi dari 16 wilayah kerja Puskesmas dan berdasarkan verifikasi data yang kami input bahwa tidak ada data orang meninggal karena Covid-19. Jadi itu hoaks, ujarnya saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Rabu (25/3).

    Menurut hematnya, para petugas yang mengurus jenazah tersebut menggunakan APD sebagai bentuk kehati-hatian mereka di tengah pandemi Covid-19. Kendati jenazah tersebut belum tentu terpapar virus.

    “Saya membacanya itu merupakan bentuk kehati-hatian para petugas. Karena kan sekarang sedang maraknya Covid-19. Meskipun belum tentu jenazah itu terpapar virus Corona, namun pemahaman bahwa kita semua bisa saja menjadi sumber infeksi,” terangnya.

    Ikbal mengatakan, langkah yang diambil oleh para petugas pemakaman tersebut merupakan langkah yang tepat. Meskipun menurutnya, APD yang digunakan masih belum memenuhi standar.

    “APD yang digunakan memang masih di bawah standar. Jadi itu hanya untuk meminimalisir kontak dan paparan dengan jenazah. Tapi yah itu upaya yang dilakukan sudah tepat,” katanya.

    Menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatir dengan adanya video yang beredar. Sebab, apabila memang jenazah tersebut meninggal karena Covid-19, maka pihak rumah sakit sudah pasti akan konfirmasi kepada Dinkes Kota Serang.

    “Karena kalau meninggalnya karena Covid-19, sudah pasti datanya akan masuk ke kami. Karena itu merupakan data yang harus diketahui oleh kami,” tandasnya. (DZH)