”Salam olahraga,” .. ya, demikian kata tersebut selalu diucapkan Ary Sudarsono, kala dirinya membuka tayangan televisi swasta yang ia pandu pada era tahun 1990-an lalu. Kini, di usia yang telah menginjak 72 tahun, Ary menuturkan jika dirinya saat ini masih tetap prima dan terus berkarya meski sudah tak muda lagi.
Ditemui usai menjadi host Podcast Sofa Panas milik PT Krakatau Sarana Properti (KSP) di resto The Surosowan, yang berada di area The Royale Krakatau Hotel, Kota Cilegon, Ary yang kerap menggunakan pakaian serba hitam plus topi koboi berwarna sama menuturkan, jika dirinya masih tetap sehat, bugar dan masih banyak aktivitas yang dilakukan.
“Alhamdulillah, gue merasa sangat bersyukur masih diberikan umur yang panjang sama sang maha kuasa, masih bisa beraktivitas dengan teman-teman, masih bisa ceplas – ceplos di podcast, masih terus berolahraga (basket), dan lainnya. Intinya, gue sangat bersyukur sekali,” ujar Ary.
Ary menambahkan, bahwa dirinya tak ingin hanya berdiam diri saja dirumah meski sudah tak muda lagi. Sebab baginya, jika dirinya hanya berdiam diri tanpa melakukan aktivitas, maka sumber penyakit akan dating.
“Mungkin karena dari dulu (remaja) gue sering beraktivitas, maka sampai saat ini, gue terus aja beraktivitas. Bahkan, sudah hampir 3 tahun ini gue masih lakuin aktivitas dirumah sendiri. Seperti menyampu, mengepel dan lainnya gue lakukan sendiri tanpa dibantu oleh assisten rumah tangga. Adapun assisten rumah tangga di rumah hanya menyediakan makanan saja alias memasak. Selebihnya, gue lakukan sendiri bersama istri. Hal tersebut gue lakukan, agar gue gak jadi manja nantinya,” ucap Ary.
Saat ditanyakan rasa kecintaanya pada olahraga, Ary mengutarakan bahwa dirinya banyak menyukai cabang olahraga yang ada. Mulai dari sepakbola, judo, Basket dan lainnya. “kalau berbicara olahraga, sebenarnya gue ini hidup dari keluarga olahragawan. Bapak gue dulu sempat jadi ketua PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia) dan KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Jakarta Pusat. Bapak dan Ibu juga mantan Atlet Korfball,” kata Ary.
Ary yang lahir dari pasangan Sudarsono Brotomidjojo dan Tini Ambar Suarti di Jakarta 20 Juli 1951 ini merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara. Maka, dari anak keluarga atlet, Ary pun juga ingin menjadi seorang atlet. Akhirnya, dirinya menekuni olahgraga sepakbola, judo dan Basket. Namun Basketlah yang menjadi pilihannya, hingga dirinya berhasil masuk timnas Basket Perbasi sebagai point guard.
“Waktu gue masih sekolah dulu, ada 3 cabang olahraga yang gue tekunin. Dan kesemuanya gue berprestasi. Hingga akhirnya gue memilih Basket. Bahkan, sampai saat ini gue masih lincah bermain basket sepekan tiga kali Bersama rekan-rekan yang jauh lebih muda,” ucapnya.
Lebih lanjut Ary bercerita, jika rasa semangat yang dimilikinya saat ini merupakan ajaran dari ayahnya. “Ini semua gara-gara babe gue (almarhum ayahnya,red) yang sudah gue anggap sebagai guru gue. Dia itu orang yang sangat sederhana dan selalu menasehati anak-anaknya untuk selalu bangga pada karya yang kita punya bukan harta. Jadi itu yang menjadi spirit gue dalam hidup,” katanya.
Untuk itu, dirinya pun menerapkan hidup yang telah diajarkan oleh ayahnya. “Dari dalu, gue selalu hidup apa adanya, hidup sederhana meski gue punya harta. Tapi bukan berapa banyak harta yang gue banggain, melainkan prestasi yang gue kedepanin. Sebab, orang yang telah meninggal tidak akan membawa hartanya ke alam kuburnya, melainkan manusia meninggal akan meninggalkan apa yang yang telah di perbuat,” tambahnya.
Diketahui, Ary Sudarsono banyak menerima anugerah dari berbagai belahan dunia di dunia Basket, seperti Golden Whistle” dari FIBA Asia pada November 1983, tak lama setelah Kejuaraan Asia di Hong Kong. Dari situlah ia mulai dijuluki “Si Peluit Emas” alias The Golden Whistle.
Adapun keinginannya dirinya saat ini, ingin mendirikan sekolah basket. “Gue dari dulu kepingin banget bangun sekolah basket, gue kepingin olahraga basket di Indonesia bisa maju. Yaa, itu harapan gue. Tapi, hal itu gak lah mudah, butuh materi yang cukup dan dukungan dari pemerintah.” Pungkasnya. Rulie Satria