Kategori: NASIONAL

  • Dituding Mangkrak, Kejati Banten Didesak Proses Dugaan Perampasan Sempadan Pantai

    Dituding Mangkrak, Kejati Banten Didesak Proses Dugaan Perampasan Sempadan Pantai

    LEBAK, BANPOS – Lembaga Lingkar Studi Hukum dan Demokrasi (LSHD) dalam rilisnya melaporkan akan melakukan aksi demonstrasi di gedung Kejaksaan Tinggi (Kejati) Banten terkait pelaporan dugaan kasus penjualan lahan milik negara di Desa Pagelaran, Kecamatan Malingping yang diduga dijual oleh oknum desa kepada perusahaan tambak udang pada tahun 2017 lalu.

    Dalam pernyataannya, Sekjen LSHD, Irwan, menyampaikan rencana aksi yang akan dilaksanakan pada 14 September 2023 nanti bertujuan untuk mendesak Kejati Banten segera memanggil pihak-pihak terlapor dan menetapkannya tersangka.

    “Aksi demonstrasi yang akan kami laksanakan merupakan bentuk desakan kepada pihak Kejari agar segera memanggil pihak-pihak terlapor dugaan penjualan lahan milik negara di Desa Pagelaran, dan diminta segera tetapkan tersangkanya,” terang Irwan, Minggu (10/9).

    Irwan menyebut, pada saat demonstrasi nanti, pihaknya akan menyampaikan hasil kajian LSHD terkait dugaan kasus penjualan lahan sempadan pantai itu sesuai data yang dimilikinya.

    “Akan kami sampaikan hasil kajian LSHD terkait dugaan kasus tersebut, yang menurut kami sudah terjadi pelanggaran hukum di sana sesuai data dan fakta yang ada,” katanya.

    Kata dia, soal laporan kasus tersebut sudah diterima oleh pihak Kejati Banten melalui Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Kejati Banten, “Sudah dilaporkan dan diterima laporannya,” jelasnya.

    Sementara, informasi dari tokoh di Desa Pagelaran kepada BANPOS membantah tudingan penjualan lahan milik negara pada sempadan pantai Karangnawing yang dituduhkan dijadikan lahan tambak udang itu.

    “Tak ada penjualan sempadan pantai. Memang pantainya sekarang ada pengikisan
    Tapi lahan sempadan 110 meter itu sampai sekarang masih aman, hanya saat ini itu dipagar dan dikurung. Itu tidak dijual. Kalau yang dipakai tambak itu jelas hasil jual beli resmi dan bukan lahan milik negara,” ujar salah satu tokoh di Desa Pagelaran. (wdo/pbn)

  • Kemarau Panjang, Waspada Kebakaran

    Kemarau Panjang, Waspada Kebakaran

    TANGERANG, BANPOS – BMKG telah memprediksi musim kemarau akan berlangsung hingga akhir tahun.

    Fenomena El Nino di level moderat dan Indian Ocean Dipole yang berada pada indeks level positif, saling menguatkan hingga
    membuat musim kemarau di Indonesia menjadi lebih kering. Hal itu membuat kewaspadaan akan bencana, khususnya kebakaran, harus semakin ditingkatkan.

    Imbauan akan waspada kebakaran disampaikan oleh Pemkot Tangerang, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Kepala BPBD Kota Tangerang, Maryono Hasan, mengimbau masyarakat Kota Tangerang untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat memicu kebakaran.

    Hal-hal seperti membuang puntung rokok sembarangan, menjadi salah satu penyebab kebakaran yang lumayan sering terjadi. Dengan kondisi kemarau saat ini, jika membuang puntung rokok sembarangan dapat menjadi salah satu pemicu kebakaran. Selain itu, membakar sampah juga dapat menjadi pemicu kebakaran lainnya, ujarnya, Jumat (8/9).

    Ia melanjutkan, BPBD juga sudah membentuk Tim Siaga Bencana yang tersebar di 13 Kecamatan yang ada di Kota Tangerang. Sehingga, para petugas dapat dengan cepat mengatasi dan mengantisipasi terjadinya kebakaran di Kota Tangerang.

    Dengan adanya Tim Siaga Bencana ini, kami dapat sesegera mungkin datang ke lokasi apabila terjadi kebakaran. Selain itu, kami juga selalu mengimbau kepada seluruh masyarakat Kota Tangerang agar
    selalu waspada dan tidak melakukan hal-hal yang memicu kebakaran.

    Apabila terjadi kebakaran atau kegawatdaruratan, segera hubungi nomor kegawatdaruratan Kota Tangerang di 112, katanya. (DZH)

  • Optimalkan Keluarga, DP2KBP3A dan BKKBN Banten Sosialisasi Tribina

    Optimalkan Keluarga, DP2KBP3A dan BKKBN Banten Sosialisasi Tribina

    PANDEGLANG, BANPOS – Optimalkan fungsi keluarga, Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Anak (DP2KBP3A) Kabupaten Pandeglang bekerjasama dengan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Banten menggelar sosialisasi dan pembinaan kepada kader yang tergabung dalam Tribina diantaranya Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).

    Tribina merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dengan tujuan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada masyarakat terkait dengan pembinaan keluarga guna mencapai kesejahteraan di dalam keluarga.

    Untuk itu, dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi dan pembinaan kepada kader tersebut, DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang bekerjasama dengan BKKBN Provinsi Banten. Kegiatan Ketahanan Keluarga Berbasis Tribina tersebut diselenggarakan di Aula Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Jumat (8/9).

    Ketua Pokja Tribina BKKBN Provinsi Banten, Ida Maulida mengatakan, Tribina memiliki tujuan khusus untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan orang tua maupun anggota keluarga lainnya dalam membina balita, remaja maupun Lansia.

    “Tri Bina dibagi menjadi 3 bagian, diantaranya adalah, Bina Keluarga Balita atau BKB itu sasarannya adalah Keluarga yang mempunyai Balita. Kemudian Bina Keluarga Remaja atau BKR itu sasarannya adalah keluarga yang mempunyai remaja usia 10 sampai 24 tahun. Dan yang terakhir, Bina Keluarga Lansia atau BKL yang sasarannya adalah keluarga yang tinggal dengan Lansia atau Keluarga Lansia,” kata Ida Maulida kepada BANPOS.

    “Tujuan dari pertemuan ini adalah, untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada Kader Tribina terkait dengan Program BKKBN melalui kegiatan Tribina di Kecamatan Majasari ini,” sambungnya.

    Dengan adanya kegiatan ini, Ida meyakini bahwa langkah awal dalam revolusi karakter bangsa adalah penanaman nilai-nilai karakter bangsa yang luhur sejak dini pada anggota keluarga, terutama kepada anak selaku generasi penerus bangsa.

    “Penanaman karakter atau pendidikan karakter pada anak, dilakukan oleh orang tua melalui pengasuhan yang baik. Maka, dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan,” terangnya.

    Sementara, Kepala Bidang Keluarga Berencana DP2KBP3A Kabupaten Pandeglang, Dodi Supriatna menerangkan bahwa sosialisasi yang dikhususkan untuk para kader tersebut tentang bagaimana merawat Balita, Remaja, dan juga Lansia.

    “Ini adalah kegiatan sosialisasi, dan yang menjadi sasarannya adalah kader-kader Tribina supaya mereka nanti bisa membina keluarga lain yang mempunyai balita, anak remaja, dan juga lansia. Bagaimana cara merawat dan mendampingi balita, anak usia remaja, dan juga lansia,” singkatnya.(dhe/PBN)

  • Gunungkidul Belajar ke Lebak

    Gunungkidul Belajar ke Lebak

    LEBAK, BANPOS – BUPATI Lebak, Iti Octavia Jayabaya, menerima kunjungan Bupati Gunungkidul, Mayor Chb (Pur) Sunaryanta, beserta jajaran Pemerintah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), pada Jumat
    (8/9) malam. Penyambutan bertempat di Pendopo Kabupaten Lebak.

    Kunjungan Pemkab Gunungkidul Provinsi DIY ke Lebak itu dalam rangka studi banding, untuk
    pengembangan pariwisata dan pelestarian nilai-nilai budaya.

    “Atas nama pribadi dan Pemerintah Kabupaten Lebak, saya mengucapkan terima kasih atas kunjungan
    bapak beserta jajaran, dan selamat datang di Kabupaten Lebak,” ujar Iti Octavia saat menyambut
    rombongan dari Gunungkidul.

    Dikatakan Iti, sebagai kabupaten yang sama-sama tengah mengembangkan pariwisata, Bupati Lebak
    berharap kunjungan tersebut dapat berimplikasi pada kerjasama yang baik antara Pemkab Gunungkidul
    dengan Pemkab Lebak, terutama dalam pengembangan pariwisata.

    Terang Bupati Lebak, keberhasilan Pemkab Gunungkidul dalam mengembangkan Geopark Gunung
    Sewu, dapat menjadi pembelajaran bagi Lebak yang sedang mengembangkan potensi Geopark Bayah
    Dome.

    "Semoga kunjungan ini dapat memberikan manfaat serta kesan positif yang berimplikasi pada kerjasama
    yang baik. Kami merasa senang mendapatkan kunjungan Bapak dan Ibu, dimana kami pun dapat belajar
    dari keberhasilan Pemda Gunungkidul dalam mengembangkan wisata, khususnya pengembangan
    Geopark Gunung Sewu yang saat ini menjadi idaman wisatawan dunia. Karena kami juga tengah
    berikhtiar mengembangkan potensi Geopark Bayah Dome sebagai taman bumi nasional,” papar Iti.

    Sementara, Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, berharap kunjungan rombongannya itu dapat mempererat
    sinergitas diantara Pemkab Gunungkidul dengan Pemerintah Kabupaten Lebak.

    "Terima kasih atas penerimaan Ibu Bupati beserta jajaran semua. Mudah-mudahan pertemuan ini akan
    terus berlanjut tidak hanya dalam hubungan kedinasan saja, tetapi untuk seterusnya,” ungkap
    Sunaryanta.

    Usai diterima oleh Bupati Lebak, pada Sabtu kemarin (9/9), Bupati Gunungkidul beserta jajaran
    melakukan perjalanan ke desa wisata Saba Budaya Baduy di Kecamatan Leuwi Damar. (wdo)

  • Wangunjaya Masih ‘Terisolir’

    Wangunjaya Masih ‘Terisolir’

    LEBAK, BANPOS – Masih ada sejumlah daerah di Kabupaten Lebak, khususnya wilayah Selatan, yang hingga saat ini masih belum terjamah jaringan internet, salah satunya Desa Wangunjaya, Kecamatan
    Cigemblong. Hal itu membuat daerah tersebut menjadi terisolir dari segi komunikasi dan teknologi.

    Diketahui, kawasan desa ini berada di sudut perbatasan Baksel dengan Kecamatan Cirinten. Dan jarak
    tempuh ke pusat kecamatan Cigemblong sekitar 25 kilometer, dan harus menyusuri pegunungan dan
    hutan ladang.

    Kondisi itu pun membuat masyarakat mengeluh akan hal tersebut. Pasalnya, mereka jadi kesulitan untuk
    berkomunikasi, terutama dalam kondisi darurat. Di sisi lain, warga pun kesulitan untuk memenuhi
    kebutuhan pendidikan dan perekonomian mereka, akibat ketiadaan sinyal itu.

    Seperti diungkapkan warga Desa Wangunjaya di Kecamatan Cigemblong, Samudi, jangkauan akses
    jaringan seluler dan android belum bisa dirasakan di tempatnya.

    “Iya memang di sini mah tak ada jaringan telepon apalagi sinyal internet. Kadang kalau darurat kita
    benar-benar butuh untuk komunikasi. Terutama jika ada yang sakit parah,” ungkapnya yang merupakan
    warga Kampung Cijakimah, Desa Wangunjaya.

    Selain itu, terangnya, untuk urusan ekonomi juga kadang butuh komunikasi, namun semua tak bisa
    dilakukan. "Kadang kita butuh komunikasi untuk soal dagang dan kebutuhan. Tapi ya itu tadi tak ada
    jaringan ke sini mah, katanya.

    Senada diungkapkan Pepen, warga setempat juga. Ia menyebut, akses jaringan internet kadang
    dibutuhkan untuk keperluan pendidikan, sehingga keberadaan sekolah di sana belum bisa menyesuaikan
    sebagaimana program pemerintah.

    Benar, Saya kadang juga butuh internet. Tapi mau apalagi kawasan di sini tak ada jaringan. Kita tak bisa mengikuti program belajar modern seperti yang diprogramkan pemerintah. Jadi akhirnya kita pakai
    metode manual aja," ungkapnya yang merupakan guru di desa setempat.

    Ditambahkan Pepen, kalau mau mencari jaringan seluler atau internet, warga harus rela pergi ke
    kawasan kecamatan yang cukup jauh, yaitu di Cigemblong.

    "Bisa dapat sinyal cuma di Cigemblong. Dari sini ke pusat kecamatan Cigemblong sekitar 21 kilometer.
    Karena di Desa Cikate aja yang dekat kecamatan belum ada sinyal juga. Jalannya pun tau sendiri kan,
    apalagi kalau musim hujan pasti susah masuk ke sini ya," tuturnya sembari tersenyum masam.
    (WDO/DZH)

  • Telkom Perluas Data Center Di Kawasan Asia Indo-Pasifik

    Telkom Perluas Data Center Di Kawasan Asia Indo-Pasifik

    JAKARTA, BANPOS – PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk membangun Hyperscale Data Center di Batam, sebagai bagian dari roadmap plan digitalisasi dan mengoptimalkan kemitraan strategis antar pemain global dan regional di kawasan ASEAN.

    Hypescale Data Center ini akan dibangun di atas lahan seluas 5 ha dengan kapasitas IT Load hingga 51 mega watt. Proyek tersebut merupakan kerja sama dengan Singtel yang memiliki nilai investasi sebesar USD581 juta.

    “Kita telah melihat contoh di negara-negara ASEAN. Pertumbuhan dan revolusi keuangan digital telah meningkatkan perekonomian negara dan inklusivitas ekonomi.

    Inklusi keuangan bukan hanya tujuan ekonomi tetapi juga tujuan sosial. Kami berharap diskusi dalam forum ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) akan menghasilkan solusi atas tantangan inklusivitas keuangan yang kita hadapi di kawasan untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran di kawasan ASEAN,” kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II, Rosan Roeslani dalam keterangannya Senin (11/9).

    Sejalan dengan pernyataan tersebut, Direktur Digital Business Telkom, Muhamad Fajrin Rasyid juga mengatakan, bahwa ASEAN menghadapi tantangan yang berbeda dalam kondisi geografis dan demografi, serta talent readiness, teknologi dan infrastruktur. Namun, pasar ASEAN memiliki banyak sekali potensi dengan melihat adopsi digital dan ekonomi digital yang terus tumbuh secara signifikan.

    “Oleh karena itu, kuncinya ada pada kemitraan dan kolaborasi. AIPF memegang peran penting dalam menyatukan public, private sector, global, dan regional player untuk membangun kemitraan strategis yang berkelanjutan dan sesuai untuk ASEAN dan Indo-Pasifik,”

    ujar Fajrin saat diskusi panel mengenai Connecting the Connectivity Plans in Asia and Beyond bersama Anand Stanley (President of Airbus Asia-Pacific), Michaela Browning (VP of Government Affairs & Public Policy Google Asia-Pacific) dan René Piil Pedersen (Managing Director A.P. Moller Singapore Pte Ltd/Maersk).

    Ia juga menambahkan, Telkom secara agresif fokus membangun bisnis digital di tiga bidang utama, yaitu digital connectivity, digital platform, dan digital service.

    Bisnis ini dibangun melalui strategi transformasi Five Bold Moves. Strategi ini bertujuan untuk memperkuat posisi Telkom sebagai perusahaan telekomunikasi digital kelas dunia, dengan tujuan jangka panjang untuk menciptakan value yang lebih tinggi.

    Salah satu wujud komitmen Telkom terhadap strategi utama yang dicanangkan adalah mengimplementasikan inisiatif DigiCo sebagai akselerator digitalisasi Telkom di bawah brand “Leap”.

    Leap juga menyiapkan tiga produk melalui Digico, yaitu PaDi UMKM, digital platform based ekosistem pengadaan untuk perusahaan yang menawarkan pengalaman transaksi B2B (Business to Business) yang lengkap bagi vendor skala mikro hingga besar; Agree, platform digital ekosistem pertanian, dan Logee, digitalisasi sektor transportasi dan distribusi untuk membantu memajukan perekonomian Indonesia.

    Untuk terus mendukung connectivity plan di ASEAN Indo-Pasifik, Telkom juga turut berpartisipasi dalam ASEAN Indo-Pacific Forum: STARTUP CONNECT, progam untuk bereksplorasi dan kolaborasi antar startup teknologi dan private sector di kawasan ASEAN.

    Melalui Program Indigo dan MDI Venture, Telkom berpartisipasi dalam acara ini dengan menghadirkan lima startup yaitu: Privy.id, Pajak.io, Automa, MallSampah, dan PRIEDS.

    Diketahui, kegiatan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) telah selesai dilaksanakan dengan sukses dan semarak selama dua hari pada 5-6 September 2023 di Jakarta.

    AIPF merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN, yang fokus dalam mempromosikan kolaborasi dan kerja sama inklusif antar negara-negara ASEAN Indo-Pasifik untuk menyediakan akses digital yang lebih luas dan merata.(RMID)

    Berita Ini Telah Tayang Di RMID https://rm.id/baca-berita/ekonomi-bisnis/187912/telkom-perluas-data-center-di-kawasan-asia-indopasifik

  • Bamsoet Kembali Tegaskan Pentingnya Pintu Darurat dalam Konstitusi Indonesia

    Bamsoet Kembali Tegaskan Pentingnya Pintu Darurat dalam Konstitusi Indonesia

    JAKARTA, BANPOS – Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) kembali menegaskan pentingnya Indonesia memiliki pintu darurat dalam UUD 1945 dan protokol kedaruratan ketika terjadi kekosongan kekuasaan akibat pemilu tidak dapat dilaksanakan secara tepat waktu. Hal itu disampaikan Bamsoet saat peluncuran bukunya ke-31 ‘Haluan Negara Menuju Indonesia Emas 2045’ karya Bamsoet, di Jakarta, Minggu (10/9).

    Di acara yang sama dilakukan bedah buku dengan pembicara antara lain Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Yandri Susanto, dan Arsul Sani, Menko Polhukam Mahfud MD, Anggota DPR Fraksi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun dan Robert Kardinal, Anggota BPK Ahmadi Noor Supit, Rektor IPB Arief Satria, Guru Besar Unpad Ahmad M Ramli, serta Influencer Deddy Corbuzier dan Baim Wong.

    Bamsoet juga menegaskan pentingnya Indonesia menghadirkan kembali haluan negara dalam bentuk Pokok-Pokok Haluan Negara (PPHN) yang dapat menjamin keselarasan dan kesinambungan pembangunan antara pusat dengan daerah, antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, serta antara satu periode pemerintahan ke periode penggantinya, baik di tingkat pusat hingga daerah.

    Sekaligus memastikan pembangunan tidak hanya dijalankan berdasarkan pada pelaksanaan dengan memanfaatkan uang rakyat melalui APBN, melainkan terlebih dahulu didasarkan pada perencanaan yang matang. Sehingga pelaksanaannya tidak akan mangkrak ditengah jalan.

    “Selain pentingnya kembali kehadiran PPHN untuk membuat pembangunan nasional kembali menemukan roh dan jati dirinya sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan konstitusi, juga pentingnya kita semua mulai memikirkan adanya pintu darurat dalam konstitusi kita dengan menghidupkan kembali kewenangan MPR dalam mengeluarkan ketetapan-ketetapan atau TAP MPR.

    Saat kita dibatasi oleh ketentuan ‘penjelasan’ Pasal 7 ayat (1) Huruf b Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang mengakibatkan tidak adanya Ketetapan MPR yang baru karena terdapat pembatasan terhadap Ketetapan MPR yang menjadi jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan,” ujar Bamsoet.

    Wakil Ketua Partai Golkar ini menjelaskan sekaligus mengingatkan pada gagasan pentingnya perencanaan pembangunan nasional sebagaimana dikemukakan oleh pendiri bangsa pada 1947 yang terlihat dalam tujuh bahan-bahan pokok indoktrinasi. Tujuannya adalah mewujudkan Indonesia yang maju, sejahtera, dan makmur.

    Dia menerangkan, PPHN merupakan dokumen hukum bagi penyelenggara pembangunan nasional yang berbasis kedaulatan rakyat. Artinya, rakyat melalui wakil-wakilnya dalam lembaga MPR yang terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD, berhak merancang dan menetapkannya.

    Dokumen tersebut selanjutnya menjadi rujukan bagi presiden dan penyelenggara negara lainnya dalam menyusun berbagai program pembangunan sesuai kewenangannya masing-masing.

    “Bentuk hukum PPHN yang paling tepat dilakukan melalui Ketetapan MPR. Sehingga, dalam menghadirkan PPHN tidak perlu melakukan amandemen konstitusi, karena bisa dilakukan melalui konvensi ketatanegaraan atau cukup dengan mengeluarkan ketetapan MPR jika kewenangan tersebut telah hidup kembali dengan menghilangkan ketentian Ayat (1) huruf b pasal 7 dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011,” kata Bamsoet.

    Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPAD ini menerangkan, buku ‘Haluan Negara Menuju Indonesia Emas 2045’ merupakan buku ke-31 karya dirinya. Terkait dengan tema PPHN, buku ‘Haluan Negara Menuju Indonesia Emas 2045’ merupakan buku yang keempat. Tiga buku bertema PPHN yang sebelumnya telah ditulis Bamsoet, yaitu ‘Cegah Negara Tanpa Arah’ (2021), ‘Negara Butuh Haluan’ (2021), dan buku ‘PPHN Tanpa Amendemen’ (2023).

    “Melalui buku ‘Haluan Negara Menuju Indonesia Emas 2045’ saya kembali mengingatkan semua kalangan tentang urgensi PPHN. Arah dan masa depan kehidupan berbangsa bernegara perlu atau harus dirumuskan dan disepakati oleh semua elemen bangsa.

    Dari rumusan program-program pembangunan dan kesepakatan tentang target-target pembangunan nasional itu, akan lahir halauan pembangunan nasional yang berkelanjutan untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,” urai Bamsoet.

    Sementara itu, Menko Polhukam Mahfud MD menilai, gagasan menghadirkan haluan negara relevan dengan kondisi saat ini. Pada saat pemerintahan Presiden Soekarno Indonesia memiliki peta jalan atau perencanaan jangka panjang yang jelas, yakni Pembangunan Semesta Berencana yang bersifat menyeluruh untuk menuju tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

    Istilah Pembangunan Semesta Berencana pertama kali dipergunakan pada Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/ 1960 tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahun 1961-1969. Tap MPRS ini dapat disebut tonggak kesadaran bangsa Indonesia untuk menyusun perencanaan pembangunan dengan benar.

    “Pola pembangunan jangka panjang dilanjutkan di era Presiden Suharto dengan nama Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sebagai haluan penyelenggaraan negara dalam garis-garis besar sebagai pernyataan kehendak rakyat secara menyeluruh dan terpadu. GBHN ditetapkan oleh MPR,” kata Mahfud.

    Mahfud MD menjelaskan, di era reformasi, GBHN dihapuskan. Namun, pemerintah menerbitkan Undang-Undang (UU) Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

    Jangkauan pembangunan Indonesia menurut UU SPPN dan UU RPJPN adalah 20 tahunan untuk jangka panjang, lima tahun untuk jangka menengah, dan tahunan untuk jangka pendek.

    “Gagasan Ketua MPR terkait perlunya PPHN harus dipandang sebagai salah satu tawaran yang niscaya diperlukan. Namun, harus diingat seumpama nanti PPHN ini disetujui menjadi TAP MPR, atau masuk di UUD atau apapun bentuknya disetujui oleh negara, jangan pernah bermimpi bahwa negara ini akan selesai dengan mengubah peraturan.

    Karena masalah kita sebenarnya bukan di peraturan, tetapi masalah moralitas, integritas, konsistensi, kejujuran dan keberanian,” ujar Mahfud. (RMID)

    Berita Ini Telah Tayang Di RMID https://rm.id/baca-berita/pemilu/187921/luncurkan-buku-ke31-bamsoet-kembali-tegaskan-pentingnya-pintu-darurat-dalam-konstitusi-indonesia

  • TPK Lebak Menjadi Ujung Tombak Pengentasan Stunting

    TPK Lebak Menjadi Ujung Tombak Pengentasan Stunting

    LEBAK, BANPOS – Tim Pendamping Keluarga (TPK) menjadi ujung tombak dalam pengentasan masalah stunting. TPK yang terdiri dari bidang, kader KB, kader PKK itu memiliki andil dalam pencegahan hingga penanganan permasalahan stunting.

    Hal itu disampaikan oleh Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Lebak, Ade
    Sumardi, dalam gelaran Apel Siaga TPK di Gedung As-Sakinah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak,
    Rabu (6/9).

    Ia mengatakan bahwa seluruh TPK memiliki peranan penting dalam penurunan angka stunting baik di
    tingkat Kabupaten, Provinsi maupun Nasional. “Dari segi pencegahan hingga penanganan kasus
    aktifnya,” ujarnya.

    Ade menjelaskan, dirinya senantiasa mengingatkan bahwa untuk pengentasan stunting, harus
    diselesaikan dari hulu ke hilir. Dengan demikian, peran seluruh pihak sangat dibutuhkan untuk
    menyelesaikan permasalahan tersebut.

    Saya juga turut berterima kasih kepada teman-teman media yang ikut berkontribusi besar dalam
    pengentasan stunting, bagi saya itu keren," tandas Ade yang juga Wakil Bupati Lebak.

    Kepala BKKBN perwakilan Banten, Rusman Effendi, dalam laporannya memaparkan bahwa peserta apel
    siaga yang hadir mencapai lebih dari 1.500 orang, termasuk dengan Keluarga Berisiko Stunting.
    Ia menjelaskan, kegiatan tersebut sebagai penguatan dalam upaya pengentasan stunting, yang mana
    pada tahun 2021 angka stunting di Banten mencapai 24,5 persen dan mengalami penurunan menjadi 20
    persen.

    Sementara dalam aspek beresiko stunting, yang sebelumnya mencapai angka 1,3 juta orang, pada tahun
    2022 turun sekira 60 persen atau menjadi 532 ribu orang.

    "Saat ini kita sedang menuju Indonesia Emas tahun 2045. Hal ini didukung pula oleh bonus demografi
    yang mana remaja saat ini akan mencapai usia produktifnya di tahun tersebut. Maka dari itu perlulah
    kita dampingi dan bina demi mewujudkan Indonesia Emas," ujar Rusman.

    Di tempat yang sama, Deputi ADPIN BKKBN RI, Sukaryo Teguh Santoso, mengatakan bahwa pihaknya
    mengapresiasi kegiatan yang dilakukan oleh BKKBN Banten ini. Menurutnya, kegiatan ini dapat semakin
    menguatkan TPK sebagai garda terdepan dalam pengentasan stunting.

    Sukaryo menjelaskan, kondisi stunting di Provinsi Banten mengalami penurunan yang cukup signifikan
    meskipun masih berada di ambang batas maksimal dari SSGI Nasional.

    "Kita optimistis dapat mencapai apa yang ditetapkan oleh Presiden untuk tahun 2024 mendatang.
    Sampai saat ini kita lihat bahwa pada tahun 2022 ini sebagai pembelajaran untuk mencapai target
    tersebut," tandasnya. (MYU/DZH)

  • SILAY Madani Permudah Akses Informasi

    SILAY Madani Permudah Akses Informasi

    RANGKASBITUNG, BANPOS – LAPAS Rangkasbitung memberikan inovasi
    bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dalam
    mendapatkan berbagai informasi, yakni melalui Sistem Informasi Layanan Mandiri dan Melayani (SILAY
    Madani).

    Kasubsi Pembinaan Lapas Rangkasbitung, Eka Yogaswara, yang juga penggagas inovasi tersebut
    mengatakan, dengan SILAY Madani ini, WBP dapat menerima layanan informasi, integrasi, bantuan

    hukum, pengaduan, registrasi dan lain sebagainya melalui satu pintu pintu dengan akses yang mudah,
    cepat, transparan dan mandiri.

    Posisinya (SILAY Madani) ada di tengah-tengah kamar WBP, jadi mereka bisa mudah mengakses, kata
    Yoga kepada BANPOS, Rabu (6/9).

    Yoga menjelaskan, mandiri yang dimaksud yakni WBP bisa mendapat informasi secara cepat dengan
    hanya menempelkan jari (sidik jari) pada mesin atau aplikssi yang telah disediakan. "Jika masih ada
    kebingungan, petugas standby untuk membantu menjelaskan sampai tuntas," tandasnya.

    Sementara itu, Salah satu WBP menerangkan, dirinya telah beberapa kali menggunakan layanan SILAY
    Madani tersebut. Menurutnya, kemudahan dalam penggunaannya sangat menguntungkan bagi WBP
    yang sangat membutuhkan berbagai informasi.

    Kami mengucapkan terimakasih atas pelayanan ini, kami sangat terbantu, singkatnya. (MYU/DZH)

  • Warisan Sejarah Budaya Perlu Inventarisasi Pelestarian Serius

    Warisan Sejarah Budaya Perlu Inventarisasi Pelestarian Serius

    LEBAK, BANPOS – Soal keberadaan aset peninggalan sejarah dan situs kepurbakalaan yang berada di Lebak, perlu ada inventarisasi serius untuk dilestarikan untuk kepentingan masa depan. Selain itu, juga diperlukan untuk kajian penelitian akademik.

    Seperti halnya mengemuka dalam diskusi kajian sejarah budaya lokalistik yang digelar Himpunan
    Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himakom) Unma Banten, Rabu (6/9), bertempat di Vila Kuning, Cihara.

    Ketua pelaksana, Firman Habibi, mengatakan bahwa kegiatan tersebut sebagai wahana menggali potensi
    sejarah budaya lokal Lebak, khususnya di Lebak Selatan (Baksel) yang kini semakin kurang diperhatikan.

    "Niatan kami dalam momen ini, selain tugas akademik dalam mengangkat kembali potensi sejarah
    budaya yang ada di Lebak dan Baksel ini. Hal ini agar generasi muda kita faham akan jati diri sejarah
    budaya lokalnya yang terjadi di masa lalu, tentunya juga untuk wahana akademik," ujarnya.

    Dalam momen ini, dihadirkan pemateri dari pegiat Bantenologi dan peneliti Garda Muda Banten
    (Garmuba). Keduanya menyebut, peninggalan sejarah budaya sangat urgen untuk diteliti dan
    diinventarisir, karena akan bermanfaat untuk khazanah aset lokal, data sejarah dan bisa dijadikan kajian
    referensi akademis.

    Pegiat Bantenologi, Yadi Ahyadi, mengatakan bahwa aset peninggalan sejarah di wilayah Baksel hingga
    saat ini belum terinventarisasi dengan baik. Hal ini sangat disayangkan karena aset sejarah dan situs
    cagar budaya tersebut, sangat penting buat riset dan wawasan kesejarahan.

    “Ada banyak peninggalan sejarah yang belum di inventarisasi secara utuh. Diharapkan pemerintah
    daerah segera melakukan berbagai upaya preventif, yakni menginventarisasi setiap situs cagar budaya,
    karena ini sangat penting bagi pengetahuan saat ini dan masa depan,” ujarnya.

    Menurut Yadi, pihaknya beberapa waktu lalu sempat melakukan observasi di beberapa kawasan Baksel.
    Tracking survey yang dilakukannya tersebut mulai bekas peninggalan yang ada, hingga wawancara
    warga. Giatnya itu sebagai upaya inventarisasi kajian tentang peninggalan sejarah di kawasan tersebut.

    “Kawasan di sini hingga sekarang memang belum pernah ada yang melakukan kajian penelitian sejarah
    secara utuh, karena itu kami dari Bantenologi mencoba mengkaji wacana awal yang dikaitkan dengan
    situasi peristiwanya," terang Yadi.

    Tambahnya, hasil penelitiannya itu untuk sumbangan referensi kesejarahan Baksel yang hubungannya
    dengan Kebantenan. "Di sini kami sudah banyak mengumpulkan data otentik, mulai dari masa
    prasejarah, sejarah hingga zaman kolonial, tinggal nanti kita formulasikan menjadi acuan akademis di
    ruang masing-masing," jelasnya.

    Pemateri lain dari Garmuba, Frans Son Ghaha, menyebut bahwa hingga saat ini pihaknya mengaku
    masih tengah melakukan observasi semiotika pada area dan lokasi yang diperkirakan jadi bahan
    penelitian, sebagai objek cagar budaya di Baksel dan juga yang diduga batuan artefak.

    Untuk yang prasejarah, kami masih melakukan penelusuran dari situs yang sudah kami inventarisir.
    Seperti pada bebatuan megalitikum yang dicurigai sebagai situs purba, seperti yang di Polotot, dan
    Leuweung Taman di Malingping batu luhur di Cijaku dan di kawasan pedalaman Cigemblong,” ucapnya.

    Selain itu, kata Frans, juga observasi yang dilakukan di Sawarna, Bayah, Cibobos Kecamatan Cihara dan
    Cibeber. "Termasuk bebatuan di Sawarna, Cibobos kita lakukan tracking, juga pada situs purbakala
    Cibedug di Cibeber.

    Metode landasan awalnya kami hubungkan dengan cerita rakyat setempat dan
    dikaitkan dengan karakteristik daerah itu. Dan untuk artefak megalitikumnya kita bantu lakukan uji
    karbon,tuturnya. (WDO/DZH)