JAKTIM, BANPOS – Jenderal Andika Perkasa cukup bersinar sejak menjabat sebagai Panglima TNI. Bahkan ada beberapa parpol terang-terangan mengaku terpincut dengan sosok jenderal bintang 4 itu untuk diusung sebagai capres 2024. Masalahnya, tidak lama lagi, Andika akan memasuki masa purna tugas. Berkaca dari pengalaman Gatot Nurmantyo, bintang jenderal Andika akan redup kalau nganggur.
Pekan ini, Presiden Jokowi akan melantik Laksamana Yudo Margono sebagai Panglima TNI. Setelah itu, serah terima jabatan Panglima TNI akan digelar di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur. Yudo akan menggantikan Jenderal Andika Perkasa yang masa pensiunnya tercatat pada 21 Desember besok.
Lantas bagaimana nasib Andika setelah nanti resmi pensiun sebagai panglima? Menarik melihat kiprah Andika selanjutnya. Sebab, selama menjabat sebagai panglima, namanya muncul dalam sejumlah survei capres. Bahkan, sudah ada kelompok relawan yang mendeklarasikannya sebagai capres. Belakangan Partai NasDem ingin mengajaknya sebagai cawapres.
Popularitas yang dimiliki Andika saat ini juga pernah dialami Gatot Nurmantyo. Saat menjabat sebagai Panglima TNI, Gatot juga banyak digadang-gadang menjadi capres.
Namun, usai tak menjabat sebagai Panglima TNI, bintang Gatot malah redup. Gatot benar-benar gagal total untuk berlaga di Pilpres 2019.
Apakah Andika akan bernasib sama? Direktur The Indonesia Intelligence Institute Ridlwan Habib memprediksi pamor Jenderal Andika akan bersinar meski sudah pensiun.
Syaratnya, Andika jangan nganggur usai pensiun dari TNI. Bahkan, bintangnya bakal lebih bersinar kalau Presiden Jokowi menariknya masuk dalam jajaran kabinet. Apalagi, kalau posisi yang dipegangnya adalah Menteri Pertahanan.
“Maka bintangnya bakal makin bersinar. Setelah itu bisa saja menjadi kandidat capres-cawapres 2024,” kata Ridlwan, saat dikontak Rakyat Merdeka, tadi malam.
Menurut Ridlwan, prestasi dan pengalaman Andika dapat membantu kerja pemerintahan di tahun 2023 yang penuh dinamika. Menurut dia, Andika layak masuk kabinet Jokowi. “Apalagi kabarnya akan ada reshuffle dalam waktu dekat. Jika benar, Andika bisa menjadi menteri yang pas sepertinya Menteri Pertahanan,” sambungnya.
Alumni S2 Kajian Intelijen UI tersebut mengatakan, kiprah Andika sebagai Panglima terbukti baik dan berhasil. Beberapa pencapaian besar berhasil ditunaikan Andika Perkasa, seperti latihan besar-besaran Super Garuda Shield dan tugas pengamanan KTT G-20 di Bali November lalu.
“Jika menjadi Menhan, Andika bisa mengkonsolidasikan berbagai rencana yang sudah disusun, namun belum tuntas diselesaikan karena keburu habis masa jabatan,” ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menyampaikan hal senada. Kata dia, moncer atau tidaknya karir politik Andika tergantung karirnya setelah purnatugas sebagai panglima. Dalam politik, ada jabatan ada kekuatan. Ada jabatan ada pamor. Kalau saat ini sebagai panglima Andika masih memiliki pamor.
“Tapi kalau sudah pensiun bintangnya bisa saja meredup dan melemah. Jadi sangat tergantung bagaimana nanti ke depan setelah tak lagi jadi panglima,” kata Ujang, kepada Rakyat Merdeka, tadi malam.
Menurut Ujang, karir Andika selanjutnya tergantung dari kompensasi apa yang diberikan Jokowi kepada Andika setelah jabatan Panglima tidak diperpanjang. Menurut dia, peluang Andika masuk kabinet sangat terbuka. Apalagi saat ini ada persoalan dengan NasDem yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres.
“Seandainya nanti ada reshuffle bisa saja Andika bisa masuk kabinet,” ujarnya.
Ujang lalu mencontohkan kiprah mantan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto setelah tidak lagi jadi Panglima. Hadi mengurus motoGP di sirkuit Mandalika lalu kemudian ditarik di kabinet sebagai Menteri ATR.
“Saya meyakini Andika juga akan seperti itu. Kalau nanti ada reshuffle dan sepertinya memang akan ada reshuffle, kemungkinan bisa saja Andika masuk di kabinet,” ujarnya.
Nah, kata Ujang, kalau sudah mempunyai jabatan baru, bintang Andika bisa kuat lagi pamornya. Elektabilitasnya bisa menguat lagi. Punya tenaga. Bisa membangun elektabilitas untuk menjadi cawapres dan bersaing dengan cawapres lain bisa.
“Kalau tidak jadi menteri tidak ada elektabilitas sulit bersaing jadi cawapres. Tergantung nanti punya posisi atau tidak,” pungkasnya. (RM.ID)