– Pelatih Liverpool Jurgen Klopp meminta Premier League mengubah aturan jumlah pemain pengganti di pentas Liga Inggris. Menurutnya, jumlah substitusi yang diberlakukan sekarang sudah seharusnya ditambah, seiring padatnya jadwal pertandingan.
Diketahui, permintaan pria asal Jerman ini mengacu pada kebijakan Premier League sebelumnya. Yaitu menambah jumlah pemain pengganti saat dilanjutkannya musim kompetisi Liga Inggris 2020/201 setelah sempat terhenti 2 bulan dari Maret hingga Juni akibat pandemi Covid-19. Jumlahnya ditambah dari 3 jadi 5 seperti halnya liga lain di dunia.
Tapi, aturan baru itu hanya berlaku sampai akhir musim itu saja. Padahal, negara seperti Italia, Spanyol, Jerman, dan Prancis masih menerapkan pergantian pemain 5 kali sampai sekarang. Begitu juga dengan kompetisi internasional di bawah UEFA dan FIFA seperti Liga Champions hingga kualifikasi Piala Dunia.
Perbedaan aturan ini kemudian membuat Klopp tak puas. Apalagi bila melihat padatnya jadwal pertandingan timnya dalam 10 hari kedepan. Dimana The Reds akan menjalani 4 kali pertandingan di 4 turnamen berbeda. Mulai dari Chelsea (Final Piala Liga) pada 27 Februari, kemudian Norwich City (Piala FA) pada 2 Maret, West Ham United (Liga Inggris) pada 5 Maret, dan dilanjutkan Inter Milan (Liga Champions) nanti malam, Rabu (9/3) dini hari WIB. Rotasi pun jadi satu-satunya jalan. “Kami main hari Minggu, kemudian Rabu, Sabtu, dan Selasa (waktu Inggris).
Jadwalnya sangat mengerikan,” kata Klopp seperti dikutip dari ESPN, kemarin. “Jika kami bisa membuat perubahan, kami akan lakukan. Jika tidak, ya apa boleh buat. Penting bagi kami bisa menerapkan lagi aturan pergantian pemain 5 kali.” “Di satu kompetisi (Liga Inggris) kami tak punya itu (lima pergantian pemain). Itu akan membuat perbedaan.
Kenapa butuh waktu lama sih untuk memahami hal itu. Premier League harus menyelamatkan para pemain top mereka. Ini bukan masalah keuntungan, tapi soal kualitas sepakbola,” jelas Klopp. Pergantian 5 kali memang ditentang sebagian besar klub-klub Premier League, khususnya tim-tim menengah ke bawah, sehingga sejauh ini tak dipakai lagi. Mereka merasa aturan itu hanya menguntungkan tim-tim besar yang punya kedalaman skuad bagus. [DNU]