Kategori: PARIWISATA

  • Pengusaha Hotel: Seremonial Tidak Berdampak Pada Kunjungan Wisatawan ke Pandeglang

    Pengusaha Hotel: Seremonial Tidak Berdampak Pada Kunjungan Wisatawan ke Pandeglang

    PANDEGLANG, BANPOS – Dalam melakukan promosi wisata yang tepat target dan pasar, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang diharapkan tidak melakukan event atau festival yang sifatnya seremonial.

    Hal ini dikarenakan, dengan membuat event yang sifatnya seremonial tidak memberikan dampak terhadap kunjungan wisatawan yang datang ke destinasi wisata, semisal destinasi di Tanjung Lesung.

    “Pemerintah daerah harusnya melakukan promosi yang tepat target dan marketnya, contohnya market domsetik harusnya cukup Jabodetabek. Dan ketika melakukan event-event atau festival juga harusnya, target pesertanya itu dari luar Pandeglang. Jangan buat event yang sifatnya seremonial saja,” kata General Manager Tanjung Lesung, Widi Widiasmanto, kepada BANPOS melalui selulernya Jumat (10/1).

    Menurutnya, dalam melakukan promosi, perlu adanya perbaikan agar tepat sasaran. Karena, pariwisata harus siap menjadi pelayan para wisatawan dan harus dilakukan secara bersama dengan semua stakeholder.

    “Kalau soal semangat, pemerintah daerah dan ibu Bupati sangat baik dan bagus. Suksesnya pariwisata harus sama-sama semua stakeholder, pariwisata harus siap menjadi pelayan para wisatawan dan tugas kita menyiapkan, atau tata kelola destinasi yang menarik, baik, bersih, tertib seperti sapta pesona,” jelasnya.

    Widi menjelaskan, tingkat kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung, pada tahun 2019 tidak senormal pada tahun-tahun sebelumnya. Karena, dua hari sebelum akhir tahun 2019 diartakan aktif letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) dan cuaca ekstrim.

    “Kalau akhir tahun kemarin belum senormal tahun-tahun sebelumnya, untuk Tanjung Lesung dimalam tahun barunya tingkat hunian 70 persen. Dua hari sebelum akhir tahun diwartakan aktif anak Krakatau juga, jadi penyebab wisatawan tidak menjatuhkan pilihan berlibur ke Banten Selatan. Dan ditambah keadaan cuaca yang memang agak ekstrim,” ujarnya.

    Saat ditanya terkait upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk menarik wisatawan datang berkunjung, Widi mengaku telah membuat promosi dengan menyiapakan paket menarik bagi wisatawan.

    “Yang pasti, kita selaku pengelola terus membuat promosi-promosi dan siapkan paket-paket untuk dapat menarik wisatawan dengan bekerjasama dengan perbankan atau perusahaan-perusahaan yang memiliki jaringan luar,” ungkapnya.(dhe/pbn)

  • Mahasiswa Untirta ‘Ngabdi’ di Kampung Wisata Pancer

    Mahasiswa Untirta ‘Ngabdi’ di Kampung Wisata Pancer

    KASEMEN, BANPOS – Dalam rangka menumbuhkan rasa sosial mahasiswa kepada masyarakat, belasan mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) menggelar pengabdian di kampung wisata Pancer, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Hal itu juga diharapkan dapar mengurangi masalah yang ada di lingkungan Kampung wisata Pancer.

    “Tujuan kami melakukan pengabdian ini untuk menumbuhkan rasa sosial kepada masyarakat dalam mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang didapatkan di bangku kuliah, sehingga dapat menyelesaikan masalah yang ada di dalam masyarakat,” ungkap ketua kelompok pengabdian mahasiswa Untirta di Kampung wisata Pancer, M Azhar Ramadhan, usai melaksanakan kegiatan pembukaan pengabdian masyarakat di Auditorium Kelurahan Banten, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Jumat (3/01).

    Azhar menuturkan, dalam pengabdian tersebut pihaknya mengusung tema ‘Pendampingan Pemasaran Berbasis Online dan Upaya Optimalisasi Pesona Wisata Kampung Pancer’. Pengabdian juga disebutkan olehnya adalah salah satu visi dari Tri Dharma perguruan tinggi di Indonesia, yang bertujuan untuk menciptakan hubungan sosial yang baik antara mahasiswa, masyarakat dengan pihak perguruan tinggi.

    “Terutama mahasiswa dengan masyarakat sekitarnya sekaligus sebagai perwujudan selaku makhluk sosial,” tuturnya.

    Hadir dalam kesempatan tersebut, Lurah Banten yang diwakili oleh Tati Suftiati, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Ki Amuk, perwakilan rukun tetangga (RT) dan perwakilan rukun warga (RW) Kampung Pancer, serta Asih Machfuzhoh sebagai dosen pembimbing dalam Pengabdian Masyarakat tersebut.

    Saat kegiatan pembukaan berlangsung, kata dia, pihaknya melakukan simbolis penyerahan cendramata. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk kenang-kenangan terhadap Kelurahan Banten dan Pokdarwis Kiamuk sebagai kenang-kenangan.

    “Program kerja dalam pengabdian ini meliputi program di bidang lingkugan, pendidikan, pengembangan kampung wisata dengan sosialisasi,” pungkasnya. (MUF)

  • Gathering Di Lembang, Diskominfo Ajak Media Wujudkan Visi Lebak

    Gathering Di Lembang, Diskominfo Ajak Media Wujudkan Visi Lebak

    LEBAK, BANPOS – Pemerintah Kabupaten Lebak melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) akan menggelar media gathering di Lembang Jawa Barat. Media gathering tersebut bertujuan untuk menjalin kekeluargaan antara jurnalis dengan pemerintah daerah.

    Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Lebak, Dodi Irawan mengatakan, Bupati Iti Octavia Jayabaya, Wakil Bupati Ade Sumardi, Sekda Dede Jaelani dan beberapa pejabat eselon II akan hadir di acara.

    Dikatakan Dodi, Bupati menginginkan ada kesepahaman dan kebersamaan dengan rekan-rekan wartawan, sehingga visi Bupati menjadikan Lebak sebagai destinasi wisata unggulan nasional berbasis potensi lokal itu dapat terealisasi.

    “Kita buatkan acara gathering, niat kita ingin ada kebersamaan dengan teman-teman wartawan,” kata Dodi Irawan, Rabu (18/12).

    Ia berharap, sebagai pilar keempat demokrasi, pers dapat mendukung program percepatan pembangunan. Jurnalis memiliki peranan strategis dalam menyebarkan informasi publik.

    “Prinsipnya kami ingin membangun kebersamaan dengan jurnalis. Hanya kuotanya disesuaikan dengan anggaran. Jika ada teman jurnalis belum ikut sekarang itu di prioritaskan tahun depan,” jelasnya.

    Ditanya soal kegiatan kenapa dilaksanakan di Lembang Bandung, Dodi menegaskan, karena ingin sama-sama belajar bagaimana pengelolaan pariwisata. (MG-01)

  • Destinasi Wisata Kalapa Warna Panyaungan, Janjikan Keindahan Eksotis dan Murah Meriah

    Destinasi Wisata Kalapa Warna Panyaungan, Janjikan Keindahan Eksotis dan Murah Meriah

    BAKSEL, BANPOS – Baksel menyimpan banyak potensi pariwisata air yang menjanjikan. Salah satunya adalah kawasan wisata yang berlokasi sekitar 100 meter dari jalan raya. Jarak dari Kecamatan Bayah sekitar 13 kilometer dan dari arah Malingping sekitar 21 Kilometer.

    Di sana, pengunjung akan menemukan hamparan Pantai Kelapa Warna dengan luas sekitar 1,5 Ha yang berlokasi di Kampung Panyaungan, Desa Panyaungan, Kecamatan Cihara. Kawasan ini mulai viral karena ramai dikunjungi.

    Disebutkan, keasrian pantai dilengkapi dengan wahana untuk berfoto ria melengkapi keindahan destinasi wisata tersebut. Selain itu, pohon kelapa yang berjejer dan berwarna warni sebagai icon lokasi disertai warung-warung warga yang tertata dengan harga yang terjangkau.

    Ada juga Tempat Pelelangan Ikan di area pantai tersebut, sangat memudahkan pengunjung yang berminat untuk mencari ikan bakar segar sambil berwisata.

    Pegiat Pokdarwis Kelapa Warna Panyaungan, Lukman menuturkan, penataan pantai itu berawal dari ide untuk menciptakan inovasi dan pemikiran untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

    “Dan kami memilah, lokasi mana yang akan di jadikan tempat wisata, akhirnya tempat ini (Kelapa Warna-red) menjadi pilihan kami, namun terkendala dengan adanya kandang kandang kambing dan kerbau milik warga di area ini,” ungkap Lukman, Rabu (18/12).

    Ia menyebut, pihaknya langsung mengusulkan kepada Pemerintah Desa Panyaungan agar lokasi tersebut ditata sehingga menjadi area wisata yang menarik minat pengunjung.

    “Kami langsung konsultasi dengan pihak Desa, dan Alhamdulillah Pak Kepala Desa pun menyambut baik dan merespon dengan cepat, sehingga tempat ini kami sulap untuk menjadi lokasi wisata Kelapa Warna,” ujarnya.

    Kepala Desa (Kades) Panyaungan, Muhamad Rosyad, menjelaskan, sesuai kesepakatan warga untuk merubah lokasi tersebut menjadi tempat wisata. Warga pun merelokasi kandang kambing dan kerbau ke tempat lain.

    “Kami berembug, untuk menata tempat ini. Alhamdulillah kini sudah terwujud dan terus akan kami tata hingga benar benar menarik minat para pengunjung,” ujar Kades yang kerap disapa Jaro Arow.

    Pihaknya berharap, dengan adanya lokasi wisata tersebut bisa meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar. Dan ke depan bisa terus menggali potensi wisata di daerahnya.

    “Semoga dengan adanya lokasi wisata di area pemukiman warga, bisa memberikan manfaat. Ke depan kita akan terus menggali potensi potensi wisata di daerah kami,” jelasnya.

    Salah satu pemilik warung jajanan, Rijal Suhardi, menyebut, dirinya merasa terbantu dan bisa meningkatkan pendapatannya sehari-hari.

    “Lumayan menambah penghasilan, soal harga kami standar agar pengunjung tidak bosan dan tidak kecewa,” imbuhnya.

    Salah seorang pengunjung, Nur Afni (20) kepada BANPOS mengaku tertarik dengan lokasi wisata Kalapa Warna.

    “Bagus, adem, spotnya juga bagus, pokoknya bisa untuk santai, selain itu tempatnya aman, nyaman dan warung-warung juga tidak mahal, harga terjangkaulah untuk usia kami,” papar Afni.

    Pantauan, sejak pagi hari para pengunjung lokal memadati wisata Kelapa Warna. Di sana sini pohon-pohon kelapa dicat warna-warni yang menjadikan lokasi tersebut dijuluki Kalapa Warna.

    Berbagai warung jajanan milik warga sekitar berjejer tersaji dengan harga sesuai standar.

    Begitupun jika pengunjung ingin makan bareng bakar ikan segar drngan sambal cobek, bisa langsung pesan ke TPI dekat sana dan juru masaknya bisa warga atau pemilik warung.

    Di sana tersedia berbagai jenis ikan, seperti Layur, Tongkol, Cumi, Tenggiri, Kakap, Kue dan Krapu.

    Anda tertarik, silahkan datang. (WDO/PBN)

  • Negeri di Atas Awan Tertutup untuk Perayaan Tahun Baru

    Negeri di Atas Awan Tertutup untuk Perayaan Tahun Baru

    RANGKASBITUNG, BANPOS – Pemkab Lebak menutup sementara wisata Negeri di Atas Awan Gunung Luhur, Desa Citorek Kidul, Kecamatan Cibeber Lebak, saat perayaan pergantian tahun. Alasannya penutupan tempat wisata itu adalah untuk menjaga keselamatan pengunjung sehingga bahaya bencana longsor susulan perlu diantisipasi.

    Pasca banjir bandang dan longsor yang menerjang wilayah Citorek beberapa waktu lalu, juga memutus jalur menuju objek wisata yang sempat viral tersebut.

    “Kemarin rapat Kominda, kami melihat baru terjadi bencana dan khawatir belum stabil, kemudian jajaran polres menyampaikan, mungkin kami akan menutup ya,” kata Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya kepada wartawan, di Rangkasbitung, Selasa (17/12/2019)

    Pemkab kata Iti tak mau mengambil resiko yang membahayakan pengunjung pada saat malam pergantian tahun. Sebab diprediksi, pengunjung ke objek wisata yang menyuguhkan keindahan pemandangan awan tersebut bakal membludak. Sehingga Pemkab Lebak terpaksa melakukan penutupan sementara tempat wisata Negeri di Atas Awan.

    “Khawatir membludak, terjadi kecelakaan atau longsor yang tidak kita diinginkan. Karena sekarang ini curah hujan lagi tinggi ya. Mungkin nanti ada penjagaan, tidak dibuka untuk umum,” ungkap Iti.

    Diketahui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak mencatat kerugian akibat banjir bandang yang menerjang dua Kecamatan Bayah dan Cibeber hingga meluluhlantakan sejumlah fasilitas umum seperti Infrastruktur jalan dan jembatan serta ratusan rumah warga mencapai Rp16,8 miliar.(CR-1)

  • Pedagang di Lokasi Wisata Lebak Dapat ‘Warning’ Soal Harga

    Pedagang di Lokasi Wisata Lebak Dapat ‘Warning’ Soal Harga

    LEBAK, BANPOS – Pedagang yang berjualan di tempat – tempat pariwisata di Kabupaten Lebak diminta tidak menggunakan “Aji Mumpung” soal harga.

    Hal tersebut disampaikan Asisten Daerah (Asda) I Bidang Pemerintahan Alkadri, Selasa (17/12) pada kegiatan Kemitraan Pengembangan Wawasan Kebangsaan yang dilaksanakan Kesbangpol Lebak.

    Menurutnya, dari banyak laporan ke pihaknya, perilaku “Aji Mumpung” soal harga baik makanan, souvenir maupun parkir yang mahal terjadi di tempat pariwisata di Kecamatan Bayah.

    Dikatakan Alkadri, akibat dari prilaku yang tidak menerapkan standar harga para wisatawan menjadi kapok untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut.

    Ia menjelaskan, tidak hanya dari wisatawan lokal pihaknya mendapat laporan soal mahalnya harga di tempat – tempat wisata di daerah Bayah, tetapi juga mendapat laporan langsung dari pihak Kementerian soal itu.

    “Itu berdampak pada perkembangan destinasi wisata di Lebak ini. Wisatawan akan kapok berkunjung ke tempat wisata kalau paradigma “Aji Mumpung” soal harga tidak segera di rubah dan menerapkan standarisasi harga pasaran,” jelasnya.

    Alkadri menegaskan, untuk mendukung visi Pemerintah Kabupaten Lebak mengembangkan destinasi wisata nasional berbasis lokal, pihaknya akan membuat peraturan soal standardisasi harga ditempat pariwisata.

    “Soal harga ditempat pariwisata baik itu makanan, souvenir, parkir dan tempat penginapan harus ada standarisasinya sesuai pasaran. Kita akan buatkan peraturannya,” tegasnya. (MG-01/PBN)

  • SMAN 1 Cijaku Belajar Potensi Kearifan Lokal ke Bandung

    SMAN 1 Cijaku Belajar Potensi Kearifan Lokal ke Bandung

    BAKSEL, BANPOS – SMAN 1 Cijaku mengadakan Study Tour Goes to Bandung. Study Tour kali ini sangat berbeda dengan yang lainnya, dalam hal ini para siswa-siswi diarahkan belajar menggali potensi-potensi kearifan lokal dan dan diajak berfikir untuk lebih kreatif dan inovatif.

    Kepala SMAN 1 Cijaku, Iwan Sumantri, menyebut study tour ini untuk menambah wawasan para anak didiknys untuk lebih kreatif dan inovatif.

    Dikatakan, praktik lapangan ini penting buat wawasan kreatif dan inovatif, karena hal itu tidak bisa diperoleh di bangku sekolah saja, melainkan dari kegiatan luar. Untuk kegiatan ini juga telah mendapat dukungan dari para orang tua siswa-siswi.

    “Kami juga berharap ini menjadi agenda tahunan, sehingga kebersamaan antara Guru, TU, para siswa-siswi, dan alumni terjalin dengan baik untuk kemajuan almamater SMAN 1 Cijaku,” ujar Iwan, Senin (16/12).

    Wakasek SMAN 1 Cijaku, Aris Dian Rifai, berharap para siswa bisa menggali potensi wisata khususnya di wilayah Kecamatan Cijaku dan umumnya kawasan Lebak Selatan (Baksel). Menurutnya, ini sejalan dengan visi misi Lebak untuk menjadikan Kabupaten destinasi wisata.

    Terpisah, Direktur CV Insani Travel and Tour, Ahmad Fauzi, menjelaskan antusias siswa-siswi yang ikut study tour berjumlah 253 orang dengan armada lima bus,

    “Semuanya 5 bus, mereka sangat antusias. Ini sangat bagus dilakukan tiap tahun, agar wawasan siswa bertambah,” paparnya. (WDO)

  • Pariwisata Kota Serang Belum Punya Nilai Jual, Semua Harus Sinergi

    Pariwisata Kota Serang Belum Punya Nilai Jual, Semua Harus Sinergi

    SERANG, BANPOS – Penguatan UMKM untuk menunjang pariwisata di Kota Serang, disambut baik oleh pengamat kepariwisataan, Asih Machfuzhoh. Namun, semua pihak harus sinergi meningkatkan sektor pariwisata di ibukota Provinsi Banten, karena saat ini belum cukup punya nilai jual.

    “Jadi ada tiga penunjang pengembangan pariwisata. Yang pertama adalah apa yang dilihat oleh wisatawan. Yang kedua, apa yang bisa dilakukan oleh wisatawan. Yang terakhir adalah apa yang bisa wisatawan beli,” ujarnya saat dihubungi BANPOS, Jumat (13/12).

    Ia mengatakan, ketiga hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pariwisata. Sehingga, sinergitas antara UMKM, pelaku pariwisata, dan pemerintah.

    “Semuanya harus saling berkolaborasi. Jangan sampai ada satu diantaranya yang disalahkan. Karena harus saling melengkapi untuk membangun wisata,” ucapnya.

    Menurutnya, pengelolaan sektor wisata hari ini justru terkesan berjalan sendiri-sendiri, baik dari pelaku UMKM, pariwisata, maupun pemerintah. Hal ini menurutnya tidak baik dalam hal pengembangan sektor wisata di Kota Serang.

    “Jadi jangan sendiri-sendiri arahnya. Semua harus saling bersinergi. Karena yang dilihat hari ini UMKM jalan sendiri, pemerintah jalan sendiri, desa wisata jalan sendiri, tidak ada kolaborasi,” katanya.

    Menurutnya, saat ini wisata di Kota Serang masih belum memiliki nama yang bisa dijual. Sehingga, ketiga unsur penunjang tersebut jangan hanya mementingkan ego masing-masing.

    “Kita ini kan belum memiliki pasarnya. Jangan sampai mementingkan ego masing-masing. Bangun dulu jejaring, nama, dan popularitas wisata kita. Jadi, mereka tahu kalau mereka datang ke wisata Kota Serang, mereka akan dapat apa,” terangnya.

    Mengenai UMKM yang masih menjual beberapa oleh-oleh khas daerah lain, Asih mengaku bahwa hal tersebut wajar. Karena, saat ini wisatawan di Kota Serang baru sekadar wisatawan lokal Banten saja.

    “Sehingga, kalau oleh-oleh khasnya yang dijual khas Kota Serang, yah belum menarik bagi wisatawan lokal sendiri. Karena sudah biasa. Makanya, tugas kita adalah bagaimana memperkenalkan wisata kita di kancah nasional, maupun mancanegara,” tandasnya.(DZH)

  • Tahura Banten Lebih Luas dari Jabar, Tapi Kalah Bersaing

    Tahura Banten Lebih Luas dari Jabar, Tapi Kalah Bersaing

    SERANG, BANPOS – Meski keberadaan taman hutan rakyat (Tahura) Banten yang ada di tiga desa, Sukarame, Sukanagara, dan Desa Cinoyong dan Desa Kawoyang, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang denga luas 1.596 hektar sudah menjadi kawasan wisata, penelitian dan pendidikan, akan tetapi akan didorong lagi menjadi salah satu tempat wisata primadona seperti di Provinsi Jawa Barat (Jabar) dan sudah menjadi badan layanan umum daerah (BLUD).

    Wakil Ketua Komisi II DPRD Banten, Yoyon Sunjana ditemui usai rapat paripurna, Kamis (12/12) mengungkapkan, berdasarkan hasil kunjungan kerja, pengelolaan Tahura di Jabar bukan hanya untuk pelestarian lingkungan, akan tetapi dapat menunjang pendapatan bagi kas daerah.

    “Di Jabar itu Tahuranya sangat bagus. Jadi salah satu destinasi wisata yang berdampak pada pendapatan asli daerah (PAD),” katanya.

    Padahal kata dia, luas lahan Tahura di Provinsi Jabar lebih kecil dibanding kecil dari Banten. “Luas Jabar hanya sekitar 500 hektar. Dan Tahura kita (Banten) lebih dari 1.500 hektar, atau tiga kali lipat dari Jabar,” paparnya.

    Oleh karenanya kedepan, komisi II akan mendorong penguatan pengembangan kawasan Tahura sehingga dapat memberikan manfaat lebih kepada masyarakat.

    “Kalau saja, Tahura Banten lebih dimaksimalkan lagi tidak hanya untuk pengembangan pelestarian hutan, menjadikan Tahura mencegah banjir serta kekeringan. Tapi juga memberikan multiplier effect kepada masyarakat sekitar. Perekonomian akan tumbuh lagi disana,” paparnya.

    Bila perlu, kata politisi Demokrat, akan dibuatkan regulasi penyokong pengembangan Tahura berupa peraturan daerah (Perda).

    “Di aturannya, UU kita diberikan kewenangan pengembangan Tahura. Makanya kalau diperlukan Perda agar Tahura Banten lebih baik dan optimal lagi perannya, maka akan kami dorong ke arah sana,” ungkap Yoyon.

    Seperti dikutip dispar.bantenprov.go.id menyebutkan, Tahura yang terletak di Kabupaten Pandeglang tersebut termasuk hutan tropis yang terletak di dataran rendah dan berdekatan dengan laut, sehingga memiliki flora dan fauna yang khas. Wilayah tersebut luasnya 1.596 hektare tersebut, rencananya akan dikembangkan hingga Pegunungan Akar Sari, namun rencana tersebut masih panjang, karena harus mengurus penataan terlebih dahulu. Masyarakat juga diimbau, agar jangan menebang pohon di Tahura, karena itu akan berdampak pada kepadatan tanah, kualitas air, dan udara segar.(RUS)

  • Kampung Kumuh Belakang Kantor Kelurahan Pipitan, Disulap Jadi Destinasi Wisata

    Kampung Kumuh Belakang Kantor Kelurahan Pipitan, Disulap Jadi Destinasi Wisata

    WALANTAKA, BANPOS – Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pipitan Kreatif berhasil mengubah kampung kumuh di belakang Kelurahan Pipitan menjadi kampung wisata. Di situ, terdapat banyak lokasi untuk berswafoto atau foto bersama.

    Kepala Disporapar Kota Serang, Akhmad Zubaidillah, mengatakan kampung wisata ini merupakan murni inisiasi dari masyarakat yang tergabung dalam Pokdarwis Pipitan Kreatif. Sebelumnya, kampung ini merupakan kampung yang kumuh.

    “Ini destinasi yang diinisiasi oleh masyarakat, yang terorganisir dalam Pokdarwis. Semula itu disini kumuh, malah ada tong sampah di sekitar sini. Akhirnya ada kang Yadi (Ketua Pokdarwis) yang mendorong agar tidak buang sampah sembarangan, dan mendorong agar kampung ini dijadikan sebagai kampung wisata,” ujarnya, Kamis (12/12).

    Ia mengatakan bahwa dalam pembentukan kampung wisata ini, seluruh masyarakat bergotong royong untuk memberikan sumbangsih baik ide maupun materil.

    “Jadi secara swadaya masyarakat menyumbangkan kreatifitas, sampai kepada pendanaan. Kampung wisata ini baru ada di Kota Serang. Makanya kami senang semua masyarakat bisa kompak dan kreatif,” tuturnya.

    Ia mengaku, untuk memperkenalkan keberadaan kampung wisata ini, baik Pokdarwis maupun Pemkot Serang mempromosikan melalui segala saluran media.

    “Promosinya ada melalui instagram, melalui media cetak, melalui radio, dan medsos lainnya. Jadi semua kita sasar baik media konvensional maupun online,” ucapnya.

    Kendati demikian, ia mengakui bahwa saat ini masih banyak kekurangan pada kampung wisata ini. Namun kedepan, pihaknya akan mendorong keterlibatan Pemkot Serang dalam hal pendanaan.

    “Namanya juga kampung rintisan. jadi masyarakat masih merintis, masih berproses agar dapat lebih baik lagi kedepannya. Nanti saya akan sampaikan kepada pimpinan agar ada bantuan baik dari APBD murni maupun perubahan,” tandasnya. (DZH)