JAKARTA, BANPOS-Untuk menjadikan Indonesia kuat dan independen, penggunaan produk dalam negeri perlu ditingkatkan. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian pun mendorong Pemerintah Daerah (Pemda) meningkatkan penggunaan produk dalam negeri.
“Tidak bisa mandiri total, tapi semampu mungkin kita mandiri. Kita harus menghindari ketergantungan dari luar negeri. Salah satunya menggunakan produksi dalam negeri,” kata Tito, di Jakarta, kemarin.
Kampanye penggunaan produk dalam negeri telah lama dilakukan Pemerintah. Namun, hasilnya belum signifikan.
Agar lebih efektif, Presiden Jokowi telah mengarahkan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) agar membuat sistem yang mendukung penggunaan produk dalam negeri. Arahan ini kemudian direspons dengan membangun sistem e-Katalog dan Toko Daring.
“Kalau dua ini jalan akan menghemat luar biasa dan mendorong produksi dalam negeri,” terangnya.
Kemendagri juga memberikan dukungan dalam meningkatkan penggunaan produk dalam negeri oleh Pemda.
Caranya, dengan mewajibkan Pemda mengalokasikan paling sedikit 40 persen anggaran belanja barang dan jasa untuk penggunaan produk dalam negeri.
Diingatkan Tito, penggunaan produk dalam negeri, juga merupakan salah satu cara mengendalikan laju inflasi di tengah terganggunya sistem ekonomi akibat pandemi dan perang Ukraina-Rusia.
Penggunaan produk dalam negeri akan peredaran uang di dalam negeri meningkat, sehingga mampu memperkuat daya beli masyarakat.
“Inflasi ini tidak perlu menjadi momok kalau seandainya kita sebagian besar produk yang dipakai rakyat ada dalam negeri,” terang mantan Kapolri ini.
Manfaat lainnya, penggunaan produk dalam negeri juga dapat membangkitkan pengusaha, utamanya para pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Banyak negara-negara yang survive karena UMKM-nya, saya tidak bermaksud mengecilkan pengusaha besar,” tuturnya.
Pada kesempatan itu, Tito menegaskan, mimpi Indonesia untuk bisa menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar keempat di dunia, bukanlah utopia.
Dengan keunggulan dan kekayaan yang dimiliki, Indonesia mampu menggapai mimpi tersebut menjadi kenyataan. “Bukan mimpi, realistis!” serunya, yakin.
Untuk menjadi negara yang ekonominya kuat, diperlukan kemampuan produksi yang dipengaruhi tiga hal.
Pertama, memiliki jumlah angkatan kerja yang besar. Kedua, memiliki sumber daya alam (SDA) yang cukup.
Sementara ketiga, memiliki wilayah yang luas. Tak semua negara memiliki kemampuan tersebut.
“Negara yang memiliki angkatan kerja besar berarti populasinya harus besar, siapa? Ya nomor satu adalah Tiongkok, nomor dua India, nomor tiga Amerika, nomor empat Indonesia,” paparnya.
Kekuatan sumber daya manusia (SDM) sebagai mesin produksi perlu disokong oleh pendidikan formal dan informal, serta kesehatan yang baik. (RMID)