Kategori: PEMERINTAHAN

  • Monitor Jalan Rusak, Walikota Serang Anggarkan Pemeliharaan Rp300 Juta

    Monitor Jalan Rusak, Walikota Serang Anggarkan Pemeliharaan Rp300 Juta

    CURUG, BANPOS – Walikota Serang Syafrudin meninjau dua lokasi jalan di Kelurahan Pancalaksana dan Kelurahan Sukawana yang rusak. Setelah meninjau, Syafrudin langsung menginstruksikan Dinas PUPR agar segera membangun jalan tersebut.

    “Setelah saya meninjau, jalannya memang dalam kondisi rusak dan riskan untuk dilewati baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat,” ujarnya seusai meninjau jalan di Kampung Kemanisan, Kelurahan Sukawana, Kecamatan Curug, Jumat (10/1).

    Syafrudin mengatakan, akan segera melakukan pembangunan di dua lokasi tersebut. Namun, pada tahap awal hanya dilakukan pemadatan terlebih dahulu.

    “Nanti untuk pengaspalan, kami akan lakukan seusai musim hujan selesai. Jadi yang terpenting adalah pemadatan jalannya dulu supaya bisa dilewati oleh kendaraan,” tuturnya.

    Untuk biaya, diperkirakan akan membutuhkan sebesar Rp300 juta untuk dua jalan itu.

    “Anggarannya berasal dari APBD, dari pos anggaran pemeliharaan jalan,” katanya. (DZH)

  • Polsek Bersama Muspika Giat Peduli Lingkungan dengan Tanam Pohon

    Polsek Bersama Muspika Giat Peduli Lingkungan dengan Tanam Pohon

    MALINGPING, BANPOS – Polsek Malingping bersama Ranting Bayangkari dan jajaran Muspika Malingping menggelar penanaman pohon di sekitar halaman Mapolsek Malingping, tepatnya daerah Simpang Desa Sukamanah, Kecamatan Malingping,Jumat, (10/1).

    Kapolsek Malingping, Kompol Budi Warsa, menyebut, giat itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian lingkungan dan menumbuhkan rasa kebersamaan dari berbagai pihak.

    “Penanaman pohon jenis mangga dan rambutan untuk penghijauan di halaman Polsek malingping, serta menumbuhkan rasa kebersamaan antar instansi di wilayah hukum Polsek Malingping. Dalam giat ini juga turut serta pa Danramil Malingping dan anggotanya dan juga pa Camat dan stafnya,” tutur Budi.

    Menurutnya, penanaman pohon tersebut sesuai dengan arahan kebijakan Kapolri tentang dukungan penghijauan lingkungan. Ia pun berharap agar semua elemen bisa memelihara lingkungan.

    “Terjalinnya hubungan dan komunikasi yang lebih baik antar instansi dengan pihak Kepolisian untuk turut serta berperan aktif memelihara lingkungan agar terpelihara keseimbangan alam dan kelestarian lingkungan di di sekitar,” jelas Budi.

    Diketahui, anggota yang terlibat melaksanakan giat tersebut, yakni : Kapolsek Malingping, anggota Polsek Malingping, Bhayangkari Ranting Malingping, Danramil Malingping, anggota Koramil Malingping, Camat Malingping dan stafnya. (WDO/PBN)

  • Tatu Kunjungi Gebyar Literasi Siswa

    Tatu Kunjungi Gebyar Literasi Siswa

    KRAMATWATU, BANPOS – Bupati Serang Ratu Tatu Chasanah merasa bangga terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diaplikasikan oleh siswa dan guru di Kabupaten Serang. Bahkan Tatu menilai, saat ini para siswa di Kabupaten Serang sudah memasuki era literasi teknologi.

    “Alhamdulillah, ilmu pengetahuan yang didapat oleh siswa dari membaca dan belajar di sekolah, mampu membentuk karakter serta menciptakan karya-karya teknologi. Para siswa sudah memasuki era literasi teknologi,” kata Tatu saat meninjau pameran siswa dan guru pada kegiatan Gebyar Literasi di Aula Serba Guna SMPN 1 Kramatwatu, Kamis (9/1).

    Pada kesempatan tersebut, Tatu berkeliling melihat langsung karya-karya siswa dari sejumlah SD dan SMP. Tatu melihat langsung sejumlah robot dari hasil karya para siswa. Salah satunya robot mitigasi bencana dan karya-karya ilmiah dari para guru.

    “Ada yang juara nasional dan jika diaplikasikan maksimal, akan bermanfaat untuk bangsa kita. Saya lihat ada juga karya-karya novel yang menarik. Dari cover novelnya sudah menarik,” tuturnya.

    Menurut Tatu, Gebyar Literasi bukan kali pertama, tetapi telah dilaksanakan sebanyak tigakali kali, sejak tahun 2016. Tujuannya, guna meningkatkan minat baca masyarakat Kabupaten Serang baik dari kalangan anak-anak, tenaga pendidik atau guru, serta para orangtua.

    “Kegiatan seperti ini saya berharap terus bisa dilakukan setiap tahun. Memberikan ruang kepada anak-anak dan para guru untuk bisa menampilkan kreasi-kreasi mereka,”ujarnya.

    Menurut Tatu, literasi bukan hanya sekadar kebiasaan dan membudayakan membaca buku, tetapi juga bisa membentuk karakter generasi Bangsa ini.

    “Literasi membaca dalam arti yang luas, baik dalam bidang seni, teknologi, dan kreasi-kreasi anak,” ujarnya.

    Tatu meminta budaya literasi terus dikampanyekan oleh semua pihak, hingga bisa menyentuh masyarakat di tingkat Rukun Warga (RW). Terlebih menurut Tatu, Pemkab Serang sudah mencanangkan Pangkalan Baca Desa (Pakades) di tingkat desa.

    “Kepala desa melalui dana desa harus mulai peduli akan dunia literasi. Jadi ketika masyarakat yang ingin mencari informasi serta memperdalam ilmu pengetahuan, bisa lebih mudah, baik tentang pertanian maupun tentang perikanan,” ujarnya.

    Kepala Dindikbud Kabupaten Serang, Asep Nugrahajaya menambahkan, ketertarikan anak sekolah terhadap gadget atau smartphone cukup luar biasa ketimbang membaca buku.

    “Makanya kita upayakan melalui kegiatan ini, bisa kembali meningkatakn minat baca buku. Kemudian harus diawasi dan difasilitasi agar gadget bisa dimanfaatkan untuk menguatkan ilmu pengetahuan,” singkatnya. (MUF/AZM)

  • Pemkot Serang Salurkan Bantuan, Walikota Antarkan Langsung ke Lebak

    Pemkot Serang Salurkan Bantuan, Walikota Antarkan Langsung ke Lebak

    LEBAK, BANPOS – Sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama, Pemkot Serang mengirimkan bantuan kepada penyintas bencana banjir lebak senilai lebih dari Rp100 juta rupiah. Bantuan tersebut berupa uang tunai, bahan pokok makanan, serta keperluan sehari-hari lainnya.

    Dalam pengiriman bantuan tersebut, Walikota Serang bahkan mengantarkan langsung kepada Pemkab Lebak dan diterima langsung oleh Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya.

    Walikota Serang, Syafrudin, mengatakan bahwa sebagai sesama warga Banten, tidak mungkin masyarakat Kota Serang akan berdiam diri dengan keadaan masyarakat Lebak yang tertimpa musibah.

    “Pada hari ini Pemkot Serang memberikan bantuan kepada masyarakat yang terkena bencana di Kabupaten Lebak. Tadi saya sendiri yang mengantarkan itu. Ada dua truk logistik. Satu truk berisikan dua ton beras, kalau truk satunya yaitu berisikan berbagai macam bantuan seperti makanan dan kebutuhan lainnya,” ujar Syafrudin, Kamis (9/1).

    Selain dua truk logistik, Syafrudin juga mengatakan bahwa Pemkot Serang mengirimkan dua mobil berisikan air mineral. Karena, berdasarkan hasil koordinasi dengan Pemkab Lebak, penyintas bencana banjir sangat membutuhkan air bersih.

    “Jadi ada dua lagi mobil, itu penuh isinya adalah air mineral kemasan. Jadi memang hasil koordinasi, mereka para penyintas bencana membutuhkan air mineral untuk minum,” ucapnya.

    Selain bantuan logistik, Syafrudin menuturkan Pemkot Serang juga memberikan bantuan berupa uang tunai sebesar Rp88.790.500. Namun sebanyak Rp20.851.700 digunakan untuk melengkapi kebutuhan para penyintas bencana banjir.

    “Uang tunai yang kami terima dari para kepala OPD, kurang lebih jumlahnya Rp88.790.500. Namun yang kami berikan sebesar Rp67.938.800. Sebanyak Rp20.851.700 kami gunakan untuk membeli bantuan lainnya seperti beras sebanyak dua ton, ikan asin, air minum dan kebutuhan lainnya. Jika dijumlah seluruhnya, nilai bantuan lebih dari Rp100 juta,” jelas Syafrudin.

    Ia mengatakan, bantuan tersebut mayoritas berasal dari OPD yang ada di Kota Serang berdasarkan instruksi yang ia keluarkan. Namun tidak sedikit pula masyarakat umum yang ikut memberikan bantuan melalui Pemkot Serang.

    “Yang terbesar memang dari para OPD. Ada juga dari organisasi masyarakat seperti Pramuka, kemudian ada yang dari masyarakat umum. Kemarin-kemarin ada juga masyarakat yang langsung mengirimkan bantuan ke lokasi. Itu bukti kami semua peduli,” tuturnya.

    Ia pun menyampaikan keprihatinan atas terjadinya bencana banjir bandang yang mengakibatkan banyak korban jiwa, penyintas yang harus mengungsi, dan harta yang hilang.

    “Saya sampaikan turut berduka cita atas timbulnya korban jiwa. Kemudian untuk penyintas yang sedang sakit, semoga lekas sembuh. Untuk rumah roboh dan jalan yang rusak, semoga dapat segera dibangun kembali dan membuat aktivitas kembali normal,” tandasnya. (DZH)

  • Pertambangan di Bojonegara Merusak Lingkungan, Akademisi: Kordinasi Antar Instansi Rendah

    Pertambangan di Bojonegara Merusak Lingkungan, Akademisi: Kordinasi Antar Instansi Rendah

    SERANG, BANPOS – Bojonegara merupakan salah satu kawasan industri yang berada di wilayah Kabupaten Serang, Provinsi banten. Dengan peruntukan tersebut, lambat laun dipastikan akan ada kerusakan lingkungan, terlebih banyaknya galian C.

    Demikian disampaikan salah satu akademisi Universitas Banten Jaya (Unbaja), yang juga menyoroti permasalahan lingkungan bahwa yang terjadi saat ini merupakan masalah berkepanjangan. Sehingga daya dukung dan daya tampung lingkungan sudah melewati batas kemampuannya.

    “Semua itu akan berdampak adanya suatu bencana seperti pencemaran dan banjir,” ujarnya kepada wartawan BANPOS, Kamis (9/1).

    Menurutnya, beberapa industri yang tidak memenuhi perundang-undangan disebabkan karena masih rendahnya kesadaran lingkungan masyarakat dan pengusaha industri. Disamping itu, kata dia, masih rendahnya koordinasi antar instansi di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

    “Sebetulnya itu semua sudah ada peraturan atau perundang-undangan terkait pengelolaan lingkungan, hanya memang sebagian perusahaan ada yang belum melakukan hal tersebut. Pastinya kalau melanggar dan tidak melakukan pengelolaan lingkungan, akan ada sanksi,” ungkap Dekan Fakultas Teknik Unbaja ini.

    Sementara itu, Sekretaris jenderal (Sekjend) Kaukus lingkungan hidup Serang Raya, Boni Kaukus menyatakan atas segala tindakan korporasi yang berada di wilayah Bojonegara-Pulo Ampel, telah melakukan tindakan sewenang-wenang terhadap ekologi yang ada di Bojonegara-Pulo Ampel. Sehingga menyebabkan terjadinya krisis multidimensi dalam satu wilayah, yaitu Bojonegara-Pulo Ampel.
    “Ini sudah masuk ke dalam wilayah sengketa lingkungan dan sengketa ruang,” tegasnya.

    Boni menerangkan, berawal masuk dalam sengketa ruang, hal itu jelas bahwa tata ruang Bojonegara-Pulo Ampel yang termasuk wilayah Kabupaten Serang, tidak sesuai dengan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kabupaten Serang. Disebut memasuki sengketa lingkungan, menurut dia hal itu dinyatakan jelas dalam KLHS, dalam dokumen lingkungan dan lainnya, tidak pernah ada evaluasi terhadap industri ataupun korporasi terkait dengan dampak lingkungan yang ada di Bojonegara-Pulo Ampel.

    “Penutupan jalan raya Bojonegara-Pulo Ampel untuk saat ini adalah atas dasar geramnya masyarakat terhadap Pemkab ataupun korporasi itu sendiri,” ujarnya, mengungkit peristiwa pemblokiran jalan yang dilakukan oleh masyarakat Bojonegara, Selasa (7/1), karena wilayah tempat tinggalnya menjadi langganan banjir, disinyalir akibat aktivitas galian C yang tidak mematuhi perundang-undangan.

    Menurutnya, hal itu terjadi karena pemerintah Kabupaten Serang tidak pernah berfikir untuk merancang, bertindak, dan menganalisa audit lingkungan sebagaimana mestinya. Seperti yang tertuang dalam regulasi undang-undang 32 Tahun 2009 dan Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara.

    “Karena itu, jelas bahwa masyarakat Bojonegara Pulo Ampel sudah antipati sebenarnya terhadap pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan,” pungkasnya. (MUF/AZM)

  • Sikap Pemerintah Soal Tambang Liar di Lebak Dipertanyakan

    Sikap Pemerintah Soal Tambang Liar di Lebak Dipertanyakan

    SERANG, BANPOS – LBH Rakyat Banten mempertanyakan sikap tegas pemerintah dalam menindak penambangan liar yang ada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Karena berdasarkan hasil kajian yang ada, penambangan liar tersebut menjadi faktor utama terjadinya banjir bandang di Lebak beberapa waktu yang lalu.

    Selain itu, LBH Rakyat Banten juga menyebutkan bahwa pembangunan yang tidak berawasan lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah, juga menjadi faktor terjadinya bencana di beberapa daerah lain.

    Koordinator LBH Rakyat Banten, Aeng, menuturkan bahwa berdasarkan pengakuan masyarakat, TNGHS memiliki banyak batu-batu fosil yang besar. Namun saat ini batu-batu yang berfungsi sebagai pondasi alam tersebut, telah lenyap akibat penambangan liar.

    “Dari cerita masyarakat sendiri, dahulu itu terdapat batu-batu fosil yang besar dan banyak. Tetapi hari ini batu-batu tersebut sudah hilang karena aktifitas penambangan batu liar. Padahal secara tidak langsung batu-batu itu merupakan pondasi alam yang kuat untuk menahan tanah dikawasan tersebut,” ujarnya, Kamis (9/1).

    Menurut Aeng, penambangan liar yang berada di TNGHS bukan hanya penambang liar batu saja. Akan tetapi juga terdapat penambangan liar emas yang dilakukan oleh korporasi dan beroperasi tanpa adanya pengawasan maupun tindakan dari pemerintah.

    “Selain perseorangan, ternyata ada pula korporasi yang mengeruk Gunung Halimun Salak. Terdapat tiga perusahan yang beroperasi disana. Sudah lama dilakukan dan tidak ada pengawasan ataupun tindakan dari pemerintah daerah maupun aparat terkait,” ucapnya.

    Berdasarkan data yang ia terima, sekitar 193.000 hektare atau 23 persen dari 860.000 hektar lahan yang ada di Banten dalam kondisi yang sangat kritis dan gundul. Akibatnya, Banten kerap kali diterjang bencana alam.

    Pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan menurutnya juga menjadi salah satu faktor terjadinya bencana. Seperti yang terjadi di kawasan wisata Negeri di Atas Awan.

    “Pada akhir tahun 2019, peringatan dini akibat longsor di Lebak sudah terjadi. Dimana kawasan wisata Negeri di Atas Awan masuk kategori rawam bencana ditutup, karena terjadi longsor. Pasca-pembangunan jalan menuju kawasan wisata tersebut, tidak berapa lama daerah terebut longsor,” katanya.

    Kembali longsornya tanah di daerah Lebak, kata Aeng, dikarenakan pemerintah dalam melakukan pembangunan tidak berdasarkan pada perencanaan yang matang. Sehingga, aspek mitigasi bencana dan kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) tidak dirancang.

    “Menjadi sebuah pertanyaan. Apakah tempat wisata Negeri Diatas Awan itu sudah diatur pada RTRW Provinsi Banten dan RDTR Kabupaten Lebak? Saat ini Pemerintah Pusat, provinsi dan kota/kabupaten coba menyelaraskan pembangunan, tanpa melihat aspek dan dampak yang akan terjadi dimasa yang akan datang,” tuturnya.

    Oleh karena itu, ia menuntut kepada pemerintah baik provinsi maupun kabupaten, agar dapat menindak tegas para pelaku penambang liar. Bukan hanya yang perseorangan, namun juga penambang liar berbentuk korporasi.

    “Apa lagi sudah memakan korban, baik materil maupun inmateril. Dan jangan sampai pengabaian selama ini ternyata tidak ada tindakan tegas dari aparat terkait. Cukup kejadian hari ini sebagai pelajaran karena tidak adanya pengawasan,” ujarnya.

    Selain itu, ia juga menuntut agar pemerintah dalam melakukan pembangunan harus benar-benar berwawasan lingkungan, tidak semata-mata membangun hanya untuk mengejar investor namun mengorbankan masyarakat.

    “Jangan sampai ini jadi alasan klasik, mengatasnamakan masyarakat, tapi masyarakatnya yang jadi korban buat apa. Apa lagi di daerah Citorek itu kan secara kapasitas hanya cukup untuk 1.500 orang, sedangkan yang datang kesana hampir 15.000 orang, ditambah beban kendaraan dan juga faktor-faktor yang lainnya,” tandas Aeng. (DZH/AZM)

  • Banyak Tanah Tak Bersertifikat, Pemkot Gandeng BPN Serang Gratiskan Sertifikasi

    Banyak Tanah Tak Bersertifikat, Pemkot Gandeng BPN Serang Gratiskan Sertifikasi

    SERANG, BANPOS – Sebanyak 1.2 juta bidang tanah di Provinsi Banten, khususnya di Kota Serang, masih belum tersertifikasi. Oleh karena itu, Pemkot Serang bersama Badan Pertanahan Nasional (BPN) Serang telah menjalin kerjasama untuk melakukan program sertifikasi tanah gratis.

    Walikota Serang, Syafrudin, mengatakan bahwa program tersebut diprakarsai oleh Kanwil BPN Banten. Ia sangat mengapresiasi, sebab tanah yang semulanya tidak tersertifikasi, dapat tersertifikasi dengan mudah.

    “Program pendaftaran tanah sistematis lengkap (PTSL) ini khusus untuk Kota Serang, jadi dari seluruh tanah yang ada di Kota Serang akan diberikan sertifikat gratis,” ujarnya di Puspemkot Serang, Kamis (9/1).

    Kendati gratis, masyarakat tetap harus mengeluarkan biaya untuk keperluan administrasi seperti foto copy berkas-berkas dan juga biaya pembelian materai.

    “Jadi sebenarnya itu gratis. Kalau untuk biaya administrasi kayak foto copy dan materai itu sangat murah. Hanya Rp150 ribu. Jauh lebih murah dibandingkan sebelum program ini ada,” ucapnya.

    Untuk menyukseskan program tersebut, Pemkot Serang telah mengangkat petugas untuk menjalankan program di setiap kelurahan dan kecamatan. Ia menegaskan kepada para petugas agar jangan bermain nakal.

    “Tadi sudah dilantik para petugasnya, agar nanti dapat menjalankan tugas sebagaimana yang memang telah ditugaskan. Jangan sampai ada yang meminta lebih, jangan sampai ada yang mempersulit,” katanya.

    Agar tidak terjadi praktik penyelewengan, Walikota Serang mengaku akan terus melakukan monitoring terhadap para petugas tersebut dan tidak segan untuk memberikan sanksi.

    “Kami akan melakukan monitoring, karena petugasnya sebagian besar PNS di kelurahan dan kecamatan. Jika terjadi, maka kami akan memberikan sanksi kepada mereka,” tegasnya.

    Dengan adanya program ini, Syafrudin berharap tanah yang ada di Kota Serang dapat lebih terpetakan. Ia juga berharap masyarakat dapat mendukung program ini.

    “Mudah-mudahan Kota Serang dapat lebih terpetakan dalam masing-masing bidang. Dan semoga semua masyarakat dapat mendukung agar dokumentasi bidang tanah dapat lebih baik,” tuturnya.

    Dari 4 juta hektare bidang tanah yang berada di Provinsi Banten, sekitar 1,2 juta diantaranya, termasuk Kota Serang belum bersertifikat. Oleh karena itu, Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kantor Wilayah (Kanwil) Banten menargetkan selesai pada 2023.

    Kepala BPN Kanwil Banten, Andi Tanri Abeng, mengatakan dari jumlah 4 juta bidang tanah di Provinsi Banten, hanya tersisa sebanyak 30 persen atau 1.2 juta yang belum bersertifikat.

    “Dari 4 juta bidang tanah di Banten, yang belum bersertifikat sekitar 1.2 juta. Jadi 30 persen yang belum terpetakan dan kami sedang melakukan pemetaan. Saya menargetkan selesai di tahun 2023,” ujarnya.

    Untuk Kota Serang sendiri, pihaknya menargetkan untuk melakukan sertifikasi terhadap 60.000 bidang tanah di Kota Serang. Sedangkan saat ini sedang dilakukan evaluasi atas 37.250 bidang tanah.

    “Nanti apabila akan ada penambahan bidang tanah, kami akan coba untuk mengajukan penambahan anggaran sesuai dengan jumlah bidang yang bertambah,” tandasnya. (DZH).

  • PWKS Beri ‘Kado’ Ultah Syafrudin

    PWKS Beri ‘Kado’ Ultah Syafrudin

    SERANG, BANPOS – Menginjak usia 57 tahun, Walikota Serang, Syafrudin, mendapatkan ‘kado’ ulang tahun dari Pokja Wartawan Kota Serang (PWKS) berupa penyerahan laporan hasil jajak pendapat kepuasan terhadap kepemimpinannya.

    Ketua PWKS, M. Tohir menyatakan, momen ulang tahun tersebut sengaja dijadikan sebagai waktu yang tepat untuk menyerahkan hasil jajak pendapat yang dilakukan oleh PWKS beberapa waktu yang lalu.

    “Jadi ulang tahun pak Wali, selain syukuran, juga ada bahan untuk melakukan peningkatan kualitas, khususnya kepemimpinan dengan bahan dari jajak pendapat yang kami lakukan,” terangnya, Kamis (9/1).

    Dalam jajak pendapat tersebut, diketahui popularitas dan kepuasan terhadap kepemimpinan Syafrudin menunjukkan tren peningkatan.

    Akan tetapi, di beberapa item terdapat pelayanan-pelayanan yang masih belum memuaskan masyarakat.

    “Misalnya di infrastruktur ramah disabilitas dan pelayanan kesehatan. Kedepannya diharapkan akan lebih baik lagi,” ujarnya.

    “Selamat ulang tahun untuk pak Syafrudin. Semoga selalu dalam keberkahan dan ridho Allah SWT,” tandasnya.

    Sebelumnya, Syafrudin mengapresiasi jajak pendapat yang telah dilakukan oleh PWKS. Akan tetapi, ia mengaku belum membaca secara keseluruhan laporan dari jajak pendapat tersebut.

    “Secara gambaran besar sudah. Namun secara laporan tertulisnya saya belum memegang,” ujar Syafrudin saat mengisi Talkshow di Radio Harmony FM.

    Akan tetapi, menurutnya hasil jajak pendapat ini menunjukkan kepedulian dari pada jurnalis terhadap pembangunan Kota Serang. Sehingga bisa dijadikan batu pijakan untuk memperbaiki pelayanan kedepannya.

    “Saya ini mantan birokrat. Jadi sudah lama tahu bagaimana kerja dari temen-temen PWKS. Jadi jajak pendapat ini bukan bentuk tidak suka atau benci, tapi jadi bentuk kepedulian dari wartawan,” terangnya. (PBN)

  • Penggalangan Bantuan Ditutup, 11 OPD Tidak Ikut Instruksi Walikota Serang

    Penggalangan Bantuan Ditutup, 11 OPD Tidak Ikut Instruksi Walikota Serang

    SERANG, BANPOS – BPBD Kota Serang telah menutup masa penerimaan bantuan untuk penyintas bencana Lebak. Hasilnya, dari 33 OPD yang ada di Kota Serang, terdapat 11 OPD yang tidak ikut mengumpulkan penggalangan bantuan yang diakomodir oleh BPBD Kota Serang, seperti yang diinstruksikan Walikota Serang.

    Demikian disampaikan oleh Kepala Pelaksana BPBD Kota Serang, Diat Hermawan. Menurut Diat, hingga masa pengumpulan bantuan ditutup yaitu pukul 18.00 WIB, sebanyak 22 OPD yang ikut mengumpulkan bantuan.

    “Masih ada 11 yang belum mengumpulkan sampai tadi masa pengumpulan ditutup. Terakhir itu Dindikbud yang mengumpulkan, sekitar menjelang maghrib,” ujar Diat kepada BANPOS, Rabu (8/1) saat ditemui di kantornya.

    Ia mengatakan, dirinya tidak mau berspekulasi mengapa 11 OPD tersebut tidak ikut mengumpulkan bantuan sesuai dengan instruksi Walikota. Namun, ia mengatakan apabila 11 OPD tersebut tetap mau mengirimkan bantuan, dapat mengirimkan langsung ke lokasi bersama dengan rombongan.

    “Jadi kalau kami tetap menerima bantuan sampai malam, bisa-bisa kami tidak selesai melakukan pengepakan bantuan yang sudah masuk. Jadi bukan tidak menerima, tapi ikut mengirimkan ke Lebak bersama rombongan. Jadi memang beberapa OPD mengirimkan langsung ke lokasi,” ucapnya.

    Saat ditanya OPD apa saja yang tidak ikut mengumpulkan bantuan, Diat mengatakan akan memberikan laporan terlebih dahulu kepada Walikota Serang. (DZH)

  • Murid se-Kota Serang Galang Dana, Rp61 Juta Bantuan Terkumpul

    Murid se-Kota Serang Galang Dana, Rp61 Juta Bantuan Terkumpul

    SERANG, BANPOS – Dindikbud Kota Serang berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp61.778.000. Uang tersebut merupakan hasil galang dana yang dilakukan oleh pihak sekolah baik SD maupun SMP bersama dengan peserta didiknya.

    “Alhamdulillah, kami berhasil menggalang dana sebesar Rp61.778.000. Ini merupakan hasil dari penggalangan anak-anak sekolah beserta guru serta tenaga kependidikan lainnya. Mereka bergerak secara sukarela,” ujar Kepala Dindikbud Kota Serang, Wasis Dewanto, Rabu (8/1).

    Ia mengatakan, penggalangan dana itu dilakukan selama tiga hari, dimulai dari awal masuk sekolah pada Senin yang lalu.

    “Pengumpulannya tiga hari yah. Dari Senin anak-anak sekolah itu sudah mulai bergerak. Itu bentuk kepedulian mereka terhadap penyintas bencana di Lebak. Makanya kalau dilihat ini uangnya receh semua,” ucapnya tertawa.

    Selain itu, Wasis mengatakan bahwa ada sekolah yang juga ikut mengantarkan langsung bantuan yang mereka kumpulkan, yaitu SD Negeri Rau, bersama rombongan BPBD Kota Serang.

    “Yah kami tidak melarang jika memang ada sekolah yang mau berpartisipasi langsung untuk menyalurkan bantuan ke lokasi bencana,” tandasnya. (DZH)